Foto: Vox
Teknologi.id - Lebih dari 7.000 akun telah dihapus oleh Twitter dalam beberapa minggu terakhir karena disinyalir terhubung dengan QAnon, sebuah akun yang dikenal menyebarkan teori konspirasi dan disinformasi daring.
Tim keamanan Twitter menyampaikan hal ini melalui sebuah unggahan pada Rabu (22/7) lalu. "Kami dengan tegas akan mengambil tindakan pada perilaku yang berpotensi menyebabkan kerusakan secara offline," tulis mereka. Sejalan dengan hal ini, Twitter akan mengambil tindakan lebih lanjut terhadap aktivitas QAnon di seluruh layanan mereka.
In addition, we will:
— Twitter Safety (@TwitterSafety) July 22, 2020
1⃣ No longer serve content and accounts associated with QAnon in Trends and recommendations
2⃣ Work to ensure we’re not highlighting this activity in search and conversations
3⃣ Block URLs associated with QAnon from being shared on Twitter
Baca Juga: Hacker Twitter Bill Gates dkk Berhasil Kantongi Rp 4,1 Miliar
QAnon merupakan sebuah akun konspirasi tunggal yang pada akhirnya dipuja-puja oleh para pengikutnya. Bahkan para pengikutnya ini sangat mempercayai informasi apa pun yang disebarkan oleh QAnon.
Teori konspirasi utama yang diangkat oleh QAnon adalah klaim terhadap lusinan selebriti dan politisi bahwa mereka bekerja sama dengan pemerintah untuk terlibat dalam pelecehan seksual anak. Pengikutnya juga mempercayai bahwa ada "deep state" untuk 'menghancurkan' Presiden Donald Trump.
Namun sampai saat ini, tidak ada bukti sedikit pun bahwa apa yang disebarkan oleh QAnon merupakan fakta. Pengikutnya menyebarkan klaim tidak berdasar disertai dengan bukti-bukti di luar konteks melalui Twitter untuk mendapat dukungan atas tuduhan yang mereka ciptakan itu.
Pihak Twitter menyebutkan bahwa tidak akan lagi menayangkan konten yang terkait dengan QAnon di bagian Tren dan rekomendasi, memblokir URL, dan mencegah konten tersebut tampil di kolom pencarian.
Baca Juga: Twitter Tarik Video Trump Setelah Diprotes Linkin Park
"Tindakan ini akan diluncurkan secara komprehensif di minggu ini, dan kami akan terus meninjau aktivitas ini di seluruh layanan," ujar pihak Twitter.
Selama beberapa bulan terakhir, Twitter telah mengambil tindakan tegas terhadap disinformasi yang tersiar melalui platformnya. Seperti yang diketahui, Twitter sempat ramai diperbincangkan saat memberi label peringatan pada unggahan Presiden Donald Trump tentang surat suara dan selama demonstrasi rakyat beberapa waktu lalu.
(nd)