Data Pengguna API ChatGPT Bocor akibat Celah Mixpanel, OpenAI Beri Klarifikasi

Wildan Nur Alif Kurniawan . November 30, 2025

Foto: Shutterstock

Teknologi.id – Insiden keamanan siber telah mengguncang perusahaan teknologi terkemuka, OpenAI, pencipta dari chatbot ternama, ChatGPT. Pada akhir November 2025, perusahaan tersebut mengonfirmasi bahwa data identifikasi sejumlah penggunanya telah terekspos, termasuk nama dan alamat email. Namun, alih-alih berasal dari serangan langsung ke sistem inti ChatGPT atau infrastruktur riset AI mereka, celah keamanan ini justru berasal dari ranah back-end yang kurang diperhatikan: penyedia analitik data pihak ketiga, Mixpanel

Klarifikasi dari OpenAI melalui blog resminya membedakan insiden ini dari kebocoran besar lainnya. Mereka menekankan bahwa hacker tidak menembus benteng pertahanan utama OpenAI, melainkan mengeksploitasi kerentanan pada Mixpanel melalui kampanye phishing SMS yang terdeteksi sejak 8 November 2025. Meskipun OpenAI baru menerima laporan penuh insiden ini pada 25 November, perusahaan segera mengumumkan dan mengambil tindakan pencegahan keesokan harinya, menyoroti pentingnya rantai pasokan digital yang aman.

Foto: openai.com

Siapa yang Terdampak dan Apa yang Hilang?

Detail mengenai cakupan insiden ini sangat spesifik. OpenAI menegaskan bahwa mayoritas pengguna harian ChatGPT (yang menggunakan antarmuka web atau aplikasi) tidak terpengaruh. Kebocoran ini secara eksklusif berfokus pada pengguna yang memiliki akun untuk mengakses platform API OpenAI yaitu para developer, perusahaan, dan organisasi yang mengintegrasikan model AI ke dalam aplikasi atau layanan mereka. Dalam upaya meyakinkan komunitas developer dan korporasi, OpenAI secara eksplisit mencantumkan data krusial yang aman: "Tidak ada chat, permintaan API, data penggunaan API, password, kredensial, kunci API, detail pembayaran, atau kartu tanda identitas yang disusupi atau terekspos,".

Namun, data yang jatuh ke tangan hacker dari Mixpanel—yang merupakan data identifikasi dasar—meliputi:

  • Nama dan alamat email.
  • Informasi teknis seperti sistem operasi, browser yang digunakan, dan lokasi umum pengguna.
  • Referring website (situs web yang mengarahkan pengguna).
  • ID organisasi atau ID pengguna yang terhubung dengan akun API.

  • Baca juga: 
    Cara Mengoptimalkan Konten Chat GPT untuk SEO

    Foto: Cybercrime Magazine

    Ancaman Nyata: Phishing yang Lebih Bertarget

    Meskipun OpenAI menyarankan bahwa reset password atau pembuatan kunci API baru tidak diperlukan, potensi risiko dari data yang terekspos ini tidak bisa dianggap remeh. Nama dan alamat email pengguna API adalah bahan bakar premium untuk serangan phishing dan rekayasa sosial (social engineering) yang sangat canggih dan bertarget.

    Para hacker kini memiliki informasi yang cukup untuk menyusun email penipuan yang terlihat sangat sah. Dengan mengetahui bahwa target adalah pengguna API OpenAI dari organisasi tertentu, hacker dapat membuat email yang berpura-pura menjadi peringatan keamanan atau update sistem dari OpenAI atau Mixpanel. Tujuan akhirnya adalah mencuri kredensial atau kunci API yang sensitif, yang merupakan master key untuk akses dan kontrol layanan AI korban.

    OpenAI merespons risiko ini dengan mendesak pengguna untuk meningkatkan pertahanan diri. Saran utama adalah mengaktifkan 2FA (Two-Factor Authentication)—sebuah langkah yang menciptakan lapisan keamanan ganda—dan selalu melakukan verifikasi sumber (domain resmi) sebelum mengklik tautan atau mengunduh lampiran apapun.

    Baca juga: Riset Terbaru Ungkap iPhone Lebih Rentan Kena Serangan Phising Dibanding Android

    Memetik Pelajaran dari Rantai Pasokan Digital

    Insiden ini menyoroti pelajaran penting tentang supply chain security di era AI dan cloud. Setiap layanan pihak ketiga yang diintegrasikan untuk analitik, pemasaran, atau fungsi back-end lainnya secara otomatis menjadi mata rantai terlemah dalam keamanan data sebuah perusahaan. Meskipun OpenAI memiliki keamanan inti yang kuat, mereka hanya sekuat vendor yang mereka gunakan.

    Sebagai tanggapan, OpenAI segera mengambil tindakan drastis, yaitu menghapus Mixpanel dari layanan produksinya dan mengumumkan investigasi internal yang menyeluruh. Langkah ini menunjukkan pengakuan perusahaan atas risiko yang ditimbulkan oleh mitra eksternal.

    Kasus ini menjadi peringatan bagi seluruh ekosistem teknologi: di tengah persaingan untuk mengintegrasikan layanan pihak ketiga demi efisiensi, risiko keamanan yang mereka bawa harus dikelola dengan mitigasi yang sangat ketat. Pertahanan terbaik saat ini adalah adopsi 2FA yang universal dan kesadaran tinggi pengguna API terhadap upaya rekayasa sosial yang semakin terpersonalisasi.

    Baca juga: Hati-hati! Modus Penipuan Share Screen WhatsApp Bisa Bobol Rekening

    Baca berita dan artikel lainnya di Google News

    (WN/ZA)

    Share :