Foto: Kabar24
Teknologi.id – Korea Selatan mengundang Menteri Pertahanan Republik
Indonesia Prabowo Subianto agar hadir dalam peluncuran jet tempur KF-X (IF-X).
Dikutip dari Airspace Review, Menhan
Prabowo bersama rombongan telah berangkat ke Korsel untuk menghadiri peluncuran
KF-X yang rencananya akan dilaksanakan pada Jumat, 09 April.
Pihak Korea Selatan juga telah
memastikan bahwa Menteri Pertahanan RI telah berangkat meninggalkan Jakarta
pada hari Selasa menuju Korea Selatan.
KFX/IFX sendiri merupakan pesawat tempur generasi 4.5 atau jet tempur semi siluman. Dibandingkan dengan KF-16, KF-X akan memiliki radius tempur 50% lebih besar.
Baca juga: 4 Tank Terkuat di Dunia Saat ini, Ada Milik Indonesia?
Selain itu juga jarak tempuh 34%
lebih lama, avionik yang lebih baik termasuk radar AESA yang diproduksi di
dalam negeri (oleh Elta), perang elektronik yang lebih baik, IRST, dan
kemampuan datalink.
Dengan muatan maksimum 7.700
kilogram, pesawat tempur ini mampu memasang 10 pod untuk rudal dan barel bahan
bakar.
Pesawat tempur ini juga dapat
membawa beberapa jenis rudal udara-ke-udara (air-to-air missiles), seperti
IRIS-T Jerman dan Rudal Meteor dipandu radar aktif pengembang Eropa MBDA.
Menurut Pusat Pengembangan dan
Aplikasi Konsep Teknologi Senjata Universitas Konkuk, KF-X ditujukan untuk
menggantikan pesawat F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger II milik Korsel.
Sebelumnya pemerintah Indonesia telah menyanggupi untuk menanggung 20 persen dari biaya pengembangan pesawat tempur KF-X yang totalnya mencapai 8,8 triliun won atau sekitar Rp113,45 triliun.
Baca juga: 10 Pesawat Tempur Termahal di Dunia, Ada Milik Indonesia?
Foto: Mylesat
Korsel kukuh meneruskan program
KF-X dan berharap Indonesia akan berpartisipasi secara aktif di seluruh tahap
pengembangannya.
Sempat dikabarkan juga Indonesia ingin
mengurangi secara drastis jumlah pesawat tempur yang akan dibeli.
Rencana semula 48 unit menjadi
separuhnya atau bahkan bisa lebih sedikit lagi, sementara Korsel akan membeli
sekitar 150 unit KF-X.
Lalu, dikatakan bahwa Indonesia
menuntut pula produksi KF-X bisa dilakukan oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI)
di Bandung, Jawa Barat, beserta hak untuk menjual pesawat.
Namun, dalam proyek ini,
Indonesia masih memiliki kewajiban yang tertunggak sebesar 604,4 miliar won atau
sekitar Rp7,8 triliun yang telah jatuh tempo pada semester kedua tahun 2017
lalu.
(fpk)