Teknologi.id - Untuk mencegah bencana akibat perubahan iklim yang sedang terjadi, pemerintah Indonesia kini mulai secara bertahap beralih menuju netralitasl karbon. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan penetrasi kendaraan listrik.
Keseriusan pemerintah Indonesia dalam mengalihkan penggunaan energi fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan juga didorong oleh meningkatnya subsidi energi yang semakin membebani negara dan sudah saatnya dikurangi.
Presiden Joko Widodo belum lama ini menyampaikan keinginannya agar mobil listrik dibuat di Indonesia, bukan hanya baterainya saja. Dia menyebutkan bahwa Elon Musk melihat negara itu lebih dari sekadar gudang yang kaya sumber daya.
"Yang kami inginkan adalah mobil listrik, bukan baterai. Untuk Tesla, kami ingin mereka membangun mobil listrik di Indonesia," kata Presiden yang akrab dipanggil Jokowi, dalam wawancara dengan Pemimpin Redaksi Bloomberg News John Micklethwait, dikutip dari Bloomberg (19/8).
Tidak hanya Tesla, Jokowi juga berbagi harapan yang sama dengan produsen mobil listrik lainnya seperti Ford, Hyundai, Toyota, dan Suzuki. Hal ini memastikan bahwa Indonesia bukan hanya pemasok bahan baku atau produsen komponen dalam rantai pasokan kendaraan listrik global.
Presiden Jokowi ingin Indonesia memiliki "ekosistem besar mobil listrik" daripada hanya menggunakan sumber daya alamnya untuk memproduksi baterai. Seperti diketahui, Indonesia merupakan sumber tembaga, nikel, dan timah terbesar di dunia.
Baca juga: Mahasiswa Asal Jember Jadi Pekerja WNI Pertama di Tesla Jerman
Meski begitu, Jokowi mengatakan harapannya untuk membangun ekosistem mobil listrik di Indonesia masih didiskusikan dengan Tesla. Dia menjawab, "Semuanya membutuhkan waktu. Saya tidak ingin berjalan cepat tanpa hasil. Ini membutuhkan komunikasi yang intens dan hasilnya akan terlihat."
Pada Mei lalu, Jokowi datang ke markas Tesla untuk bertemu dengan Elon Musk dan membahas prospek investasi dengan perusahaan kendaraan listrik tersebut. Musk mengatakan dia berencana untuk mengunjungi Indonesia pada bulan November, menurut pernyataan dari kantor Jokowi.
"Yang kita bangun adalah trust internasional. Kita ingin membangun kepercayaan internasional di negara kita, Indonesia. Yang ingin kita bangun adalah ekosistem, bukan hanya proyek kecil, parsial, tidak," kata Jokowi dalam Economic Update 2022 yang ditayangkan pada program Squawkbox, Kamis (18/8/2022).
Dalam wawancara tersebut, Jokowi juga berharap Indonesia dapat menjadi kekuatan besar untuk mobil listrik dunia.
Jokowi mengatakan bahwa hilirisasi barang tambang ini adalah bentuk awal dari Indonesia yang ingin mendapatkan nilai tambah. Bahkan untuk nikel, nilai tambah dari produk ini pada tahun ini diperkirakan menembus US$ 30 miliar.
"Sehingga hilirisasi ini adalah sebuah awal kita ingin mendapatkan nilai tambah, misalnya nikel. Ada nilai tambah 18 kali sampai saat ini, dan saya yakin tidak hanya 20,8 miliar US dolar dari nikel, tapi kemungkinan angkanya akan naik. Tahun ini saja perkiraan saya mungkin bisa tembus 30 miliar US dolar. Berikutnya bisa 35 miliar US dolar per tahun, itu hanya satu komoditas. Dan itu masih barang jadi dan setengah jadi," jelas Jokowi.
Baca juga: Layanan Internet Starlink Punya Elon Musk Masuk Indonesia, Tapi..
Meski memiliki cita-cita tinggi, saat ini kondisi pasar mobil listrik di Indonesia masih jauh dari optimal. Data Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menyebutkan pada tahun 2021, pangsa pasar mobil listrik hanya 0,4% dengan penjualan mencapai 3.193 unit. Meskipun tingkat pertumbuhannya relatif cepat atau tiga kali lipat setiap tahun, namun masih rendah dibandingkan dengan kendaraan konvensional.
Angka ini terlalu rendah karena beberapa alasan. Selain fasilitas pabrik yang masih terbatas atau infrastruktur pengisian baterai yang belum dapat diandalkan, kendala utama terkait dengan harga yang relatif tinggi.
Jokowi berharap Indonesia bisa menjadi kekuatan dalam mobil listrik dunia, dan dari sana, Indonesia bisa segera masuk ke negara industri maju.
(aka)