Semakin Panas, Kali Ini Amerika Batasi Visa Karyawan Asal Cina

Nimas Disri . July 17, 2020

Foto: IndustryWeek

Teknologi.id - Ketegangan antara Cina dan Amerika sepertinya belum menemukan titik terang perdamaian. Kali ini, Amerika mengambil langkah untuk membatasi visa karyawan teknologi dari Cina, salah satunya Huawei. Hal ini dipicu oleh pemberian dukungan materiel dari perusahaan teknologi Cina kepada rezim yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran di seluruh dunia. 

Pelanggaran yang dimaksud adalah pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Partai Komunis Cina (CPP) terhadap minoritas muslim Cina di Xinjiang. 

Baca Juga: Tak Peduli Serangan Amerika, Huawei Catat Penjualan Terbaik di Paruh Pertama

"Amerika akan menerapkan pembatasan visa pada karyawan tertentu. Dari perusahaan teknologi Cina seperti Huawei karena telah memberikan dukungan materiel kepada rezim yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran global," tutur Mike Pompeo yang dilansir dari CNN International (16/7).

Huawei, menurut Pompeo, merupakan perpanjangan tangan dari Partai Komunis Cina yang menutupi pembangkangan politik dan membiarkan kamp penahanan massal di Xinjiang serta perbudakan penduduk di seluruh Cina. 

Pompeo juga menambahkan, bagi perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia yang bekerja sama dengan Huawei, berarti telah melakukan bisnis dengan pelaku pelanggaran hak asasi manusia. 

Tak terima dengan tudingan Pompeo, pihak Huawei buka suara dan mengatakan bahwa mereka merupakan perusahaan independen yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah Cina. 

Baca Juga: Ikuti Jejak Amerika, Inggris Resmi Larang Jaringan 5G Huawei

"Kami adalah perusahaan swasta milik karyawan dan kami kecewa dengan tindakan yang tidak adil dan sewenang-wenang untuk membatasi visa karyawan kami," tegas juru bicara Huawei. 

Namun, kebijakan ini tidak disertai pengumuman daftar spesifik perusahaan teknologi Cina mana saja yang akan dibatasi visanya oleh Departemen Luar Negeri Amerika. Kebijakan pembatasan ini keluar satu hari setelah pemerintah Inggris memutuskan untuk melarang jaringan 5G milik Huawei di Inggris. 

(nd)

Share :