Ikuti Amerika? Rusia Targetkan Bangun Reaktor Nuklir di Bulan Sebelum Tahun 2036!

Yasmin Najla Alfarisi . December 29, 2025

Foto: Teknologi.id/ Yasmin Najla Alfarisi

Teknologi.id -  Rusia resmi mengumumkan rencana ambisiusnya untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di Bulan sebelum tahun 2036. Proyek besar ini dirancang untuk menyediakan sumber energi stabil untuk program eksplorasi Bulan dan rencana pembuatan Stasiun Penelitian Bulan Internasional, sebuah usaha kolaboratif Rusia dan Cina.

Mengapa Nuklir Jadi Kunci Bertahan di Bulan?

Badan antariksa Rusia, Roscosmos, mengonfirmasi kalau proyek ini sudah memasuki fase yang lebih formal, yang melibatkan kemitraan dengan firma kedirgantaraan Lavochkin Association. Meskipun badan antariksa tersebut lebih sering menggunakan istilah "pembangkit listrik", keterlibatan Rosatom (perusahaan nuklir Rusia) dan Kurachtov Institute (pusat penelitian nuklir terkemuka), tidak diragukan lagi bahwa fasilitas ini akan menggunakan energi nuklir.

Alasan utama dalam memilih tenaga nuklir dibandingkan tenaga surya adalah karena lingkungan Bulan yang ekstrem. Satu malam saja di Bulan dapat mencapai sekitar 336 jam (kira-kira 14 hari di bumi). Di masa seperti ini, panel surya tidak berguna, dan suhu turun hingga level yang sangat rendah. Sebuah rektor nuklir menawarkan solusi "tenaga tanpa henti" yang tidak berdampak pada kegelapan panjang, suhu dingin, atau debu Bulan yang terus bertambah.

Baca juga: Perang Baru Musk vs Bezos: Adu Cepat Bangun Pusat Data AI di Luar Angkasa!

Mendukung Ambisi Ruang Angkasa Dalam

Berdasarkan Roscosmos, pembangkit listrik ini akan berfungsi sebagai tulang punggung dari beberapa operasi berteknologi tinggi. Pembangkit ini akan menyediakan listrik untuk robot penjelajah, observatorium ilmiah, dan keseluruhan insfrastruktur pangkalan Bulan Rusia-Cina. Pimpinan Roscosmos menjelaskan proyek ini sebagai transisi yang sangat penting dari "misi sekali jalan" ke "misi jangka panjang, dengan stasiun penelitian yang beroperasi secara permanen".

Selain Bulan, kepala Roscosmos, Dmitry Bakanov, mengaitkan pengembangan nuklir ini dengan tujuan yang lebih luas lagi. Ia mengatakan bahwa menguasai tenaga Bulan merupakan batu loncatan untuk misi angkasa dalam ke depannya, termasuk penjelajahan Venus. Sebagai satu-satunya negara yang berhasil mendarat di Venus di masa lalu, Rusia melihat "tujuan besar-besaran" ini sebagai simbol dari kekuatan nasional dan keahlian teknik yang jenius.

Perlombaan Antariksa Baru: Rusia vs. Amerika Serikat

Foto: NASA

Rusia bukan satu-satunya pemain dalam perlombaan berisiko tinggi ini. Amerika Serikat, melalui NASA mengumumkan pada Agustus 2024 mengenai tujuannya untuk mengarahkan reaktor nuklir miliknya ke permukaan Bulan sebelum kuartal pertama tahun fiskal 2030.

Pejabat-pejabat AS, termasuk Menteri Perhubungan (Transportation Secretary) Sean Duffy, telah menggambarkan hal ini sebagai kompetisi strategis. Ia mengatakan bahwa AS saat ini terlibat dalam "perlombaan ke Bulan" melawan Cina dan Rusia. Pasokan energi berkelanjutan dilihat sebagai "oksigen" misi ini, tanpanya, manusia tidak dapat bertahan hidup cukup lama di Bulan untuk menggunakannya sebagai titik awal misi masa depan ke Mars.

Apakah Legal untuk Membuat Teknologi Nuklir di Luar Angkasa?

Adanya teknologi nuklir di ruang angkasa tentunya menimbulkan kekhawatiran terkait keselamatan dan hukum. Meski begitu, hukum internasional saat ini secara spesifik melarang penempatan senjata nuklir di orbit atau di pada benda langit. Tidak ada larangan penggunaan energi nuklir dalam pembangkit listrik untuk tujuan damai, asalkan proyek-proyek tersebut memenuhi standar keselamatan dan regulasi internasional yang ketat.

Baca juga: Gas Beracun Ditemukan di Luar Angkasa, Begini Penjelasan Ilmiahnya!

"Gold Rush" Bulan

Kenapa negara-negara adidaya sangat ingin membangun infrastuktur di Bulan? Para analis merujuk pada adanya kemungkinan "demam emas (gold rush) bulan". Penelitian dari organisasi seperti Boeing dan NASA mengatakan bahwa bulan merupakan gudang harta karun dari sumber daya langka:

  • Helium-3: Diperkirakan terdapat satu juta ton metrik dari isotop langka ini di Bulan. Isotop ini dianggap sebagai holy grail” yang berpotensi menciptakan teknologi energi bersih di masa depan.
  • Elemen Tanah yang Langka: Permukaan Bulan mengandung skandium, yttrium, dan 15 jenis lantanida yang berbeda. Bahan-bahan ini sangat penting untuk memproduksi smartphone, komputer, dan teknologi militer canggih.

Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Menuju 2036, Bulan berubah dari yang awalnya satelit jauh menjadi medan pertempuran geopolitik dan ekonomi. Pengembangan tenaga nuklir di Bulan menandakan era baru di mana ruang angkasa bukan lagi hanya untuk diamati, namun untuk industrialisasi. Bagi Rusia dan para mitranya, keberhasilan reaktor ini akan menentukan apakah kehadiran mereka di Bulan hanyalah impian belaka atau dapat menjadi kenyataan. 


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


Share :