Perang Baru Musk vs Bezos: Adu Cepat Bangun Pusat Data AI di Luar Angkasa!

Yasmin Najla Alfarisi . December 12, 2025

Foto: Composite

Teknologi.id -  Kompetisi antara raksasa teknologi Elon Musk dan Jeff Bezos berlanjut ke level baru: membangun pusat data Artificial Intelligence (AI) di luar angkasa. Kedua miliarder tersebut berlomba untuk merelokasi industri pusat data dengan triliunan data menjauh dari batasan bumi untuk mengorbit, yang terlihat menawarkan ruang dan energi tak terbatas.

Konsepnya lebih dari satelit komunikasi. Blue Origin milik Bezos dilaporkan sedang mengembangkan pusat data teknologi orbit AI selama setahun. Sementara SpaceX milik Musk berencana untuk memasang muatan komputasi AI ke satelit Starlink yang terbaru. Fitur ini menjadi kunci rencana penjualan saham SpaceX, yang dapat meningkatkan nilai perusahaannya sampai 800 miliar dolar (sekitar Rp 13 ribu triliun).

Baca juga: Misi Transporter-15 SpaceX Berhasil Bawa 140 Muatan ke Orbit

Keterbatasan Bumi Mendekat ke Orbit

Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk menekan konsumsi energi yang dibutuhkan model AI berskala besar. Di bumi, pusat data menyebabkan kelaparan, kebutuhan pendinginan, dan masalah penggunaan daratan. Sedangkan orbit memiliki manfaat seperti berikut:

  • Energi Surya yang Tak Terbatas: Satelit di ruang angkasa dapat menerima energi surya 30% lebih intens dan enam kali lipat jumlah total dibandingkan permukaan bumi, sehingga tidak dibutuhkan baterai penyimpan energi yang mahal.
  • Pendinginan Gratis: Dengan suhu angkasa yang hampir nol derajat, dapat mengurangi panas dengan "gratis", sehingga menyingkirkan bagian paling mahal dan kompleks yang dibutuhkan pusat data di darat.

CEO Planet Labs, Will Marshall, mengatakan infrastruktur kaya akan sumber daya di luar bumi telah lama direncanakan, dan berkurangnya biaya untuk teknologi peluncuran dan satelit berarti "Kami mendekati titik kritis ini."

Kemampuan Peluncuran: Arena Utama

Foto: SpaceX

Keberhasilan pusat data orbit bergantung pada kemampuan peluncurannya. Baik Musk maupun Bezos sedang "menabung" roket beban berat mereka.

  • Starship SpaceX: Muatan komputasi SpaceX akan dibawa dengan satelit yang sudah diperbarui, yang dirancang khusus untuk roket Starship yang dapat digunakan kembali. Bulan lalu, Musk mengatakan Starship seharusnya dapat mengirimkan sekitar 300 gigawatt (GW) satelit AI tenaga surya ke orbit setiap tahunnya, dapat mencapai hingga 500 gigawatt.
  • New Glenn Blue Origin: Roket Bezos yang sebagiannya dapat digunakan kembali, dirancang dengan pelindung besar yang bertujuan untuk menurunkan banyak satelit dalam sekali jalan. Bezos memprediksi dalam 20 tahun atau kurang, biaya pusat data orbit akan melebihi infrastruktur AI di darat. 

Sementara itu, CEO Muon Space, Jonny Dyer, menekankan "Pada akhirnya semua bergantung pada (kemampuan) peluncuran."

Kompetisi Di Luar Kedua Pesaing

Perlombaan ini tidak hanya melibatkan Musk dan Bezos. Raksasa teknologi lain juga membuat penyesuaian:

  • OpenAI: CEO Sam Altman telah berencana mengakuisisi operator roket untuk menyebarkan tenaga komputasi AI ke luar angkasa, didorong oleh kebutuhan listrik yang dibutuhkan sistem AI.
  • Google: Google telah bermitra dengan Planet Labs untuk menyebarkan dua satelit percobaan yang membawa chip AI Google (unit prosesor tensor) untuk mengorbit di awal 2027. Hal ini dianggap sebagai salah satu proyek "moonshot" mereka. Seorang petinggi mengatakan untuk menggantikan pusat data di darat akan membutuhkan 10.000 satelit (asumsi satelit 100 kilowatt).
  • Pemain Lain: Termasuk mantan CEO Google, Eric Shmidt yang sekarang memimpin Relativity Space, Red Hat milik IBM, Axiom Space, dan startup yang didukung perusahaan, seperti Aetherflux dan Starcloud.

Reaksi Saham dan Tantangan Dunia Nyata

Euforia infrastruktur orbit telah memengaruhi pasar saham:

  • Rocket Lab USA Inc. menguat lebih dari 8%, karena potensinya untuk berperan sebagai penyedia peluncuran satelit AI.
  • AST Spacemobile Inc. meningkat lebih dari 5%, menjadi relevan karena ukuran satelit yang besar dan kemampuan manufakturnya.
  • Redwire Corp melemah sekitar 1%, merefleksikan biayanya yang tinggi dan teknologi yang kompleks.

Di samping prospeknya menggirukan, terdapat rintangan lain:

  • Resiko Teknis: Chip AI yang mengorbit harus mengelola pembuangan suhu panas dalam vakum, melindungi elektronik yang sensitif terhadap radiasi kosmik, dan mengirimkan banyak data ke bumi.
  • Biaya dan Stabilitas: Sebagian orang ragu jika pusat data orbit di luar angkasa dapat bersaing dengan fasilitas di darat dalam jangka pendek, terutama membutuhkan ribuan satelit untuk mencapai skala sebanding.

Selagi impelementasinya secara penuh membutuhkan bertahun-tahun, komitmen dari tokoh industri luar angkasa paling berpengaruh untuk memastikan modal besar akan diarahkan ke rantai pasokan untuk pelncuran, komponen, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk komputasi interstellar ke depannya.



Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar