Foto : Jonathan Raa/NurPhoto via Getty
Teknologi.id - Neuralink, startup milik Elon Musk telah berhasil menanamkan chip otak (Brain-Computer Interface/BCI) pada manusia untuk pertama kalinya. Musk menuturkan bahwa pasien pertamanya telah pulih dan dapat mengendalikan kursor komputer dengan pikiran mereka.
Melalui platform 'Spaces' di X (Twitter), Musk mengatakan bahwa tidak ada efek samping yang dialami oleh pasien tersebut. Kendati demikian, para pakar medis merasa khawatir atas klaim yang disampaikan oleh Elon Musk tersebut.
Kurangnya transparansi atas informasi yang disampaikan justru menimbulkan pertanyaan mengenai keselamatan pasien. Neuralink dianggap telah mengabaikan norma ilmiah dan etika dalam menyampaikan hasil uji coba tersebut.
"Apa yang benar-benar membingungkan saya tentang hal ini bukanlah teknologinya itu sendiri, melainkan cara mengomunikasikan berita ilmiah," kata Marcello Lenca, seorang profesor etika AI dan ilmu saraf di Technical University of Munich, dilansir dari Forbes (28/2).
Marcello Lenca juga mengatakan bahwa Neuralink lebih memilih media sosial dalam menyebarkan berita ilmiah dibanding platform publikasi yang ditinjau oleh para pakar.
"Hal ini tampaknya menghindari protokol yang telah ditetapkan yang mendukung integritas ilmiah," kata Lenca, yang mana hal tersebut diduga untuk mencegah para ahli untuk mengevaluasi atau memahami setiap kemajuan yang diklaim.
Baca juga : Elon Musk Klaim Pasien Implan Otak Sukses Kendalikan Mouse dengan Pikiran
Elon Musk juga dikatakan hanya memberi sedikit rincian informasi terkait proses pemulihan pasien, dan penguasaan kontrol yang mereka miliki terhadap kursor tersebut.
Dilansir dari Nature (28/2), dikatakan bahwa uji coba tersebut tidak terdaftar di ClinicalTrials.gov, sebuah repositori online yang dikuratori oleh Institut Kesehatan Nasional AS. Menurut Marcello Lenca, hal tersebut telah melanggar pedoman etika dasar untuk penelitian biomedis.
Meskipun demikian, para ahli neuroteknologi sangat antusias dengan uji coba Neuralink pada manusia.
"Saya berharap mereka dapat menunjukkan bahwa alat ini aman. Dan bahwa alat ini efektif dalam mengukur sinyal otak - jangka pendek, tetapi yang paling penting, jangka panjang," kata Mariska Vansteensel, seorang ahli saraf di University Medical Centre Utrecht di Belanda dan presiden BCI Society internasional, dilansir dari Nature.
Baca juga berita dan artikel yang lain di Google News
(ftn)