Ini Alasan Kenapa Temu Dinilai Jadi Ancaman Bagi UMKM Indonesia

Muhammad Haris Aminan . October 04, 2024

temu

Foto: gamebrott

Teknologi.id - Sebagai salah satu poros perputaran ekonomi di Indonesia, UMKM memiliki peran penting yang harus dijaga keberlangsungannya. Hal tersebut menjadi dasar atas respon tegas beberapa petinggi nasional di Indonesia terhadap perusahaan asal China yang hendak beroperasi di Indonesia yakni Temu.Penolakan ini didasarakan pada kekhawatiran bahwa kehadiran Temu dapat mengancam kelangsungan hidup usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Dilansir dari CNN Indonesia, Pejabat yang menyoroti dan telah mengeluarkan pernyataan terkait hal ini antara lain Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yakni Budi Arie serta Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan UKM yang secara terbuka menyampaikan pandangan mereka mengenai bahaya yang bisa ditimbulkan oleh platform tersebut terhadap sektor UMKM lokal.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, yang merasa khawatir akan dampak yang lebih besar dari kehadiran Temu. Menurutnya, ancaman yang ditimbulkan oleh Temu bisa lebih serius dibandingkan TikTok Shop, terutama karena Temu mendukung model perdagangan lintas batas (cross border), yang memungkinkan produk-produk dari China masuk ke Indonesia dengan mudah. Teten menyebutkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada Juni lalu, bahwa kehadiran platform lintas batas ini sangat mengkhawatirkan.

"Saya melihat ada platform lain yang kemungkinan besar akan masuk ke Indonesia, dan ini bisa lebih dahsyat dari TikTok Shop," katanya.

Baca juga: Larang Aplikasi Temu di RI, Menkominfo Sebut Bisa Hancurkan UMKM

Pandangan serupa juga disampaikan oleh, Menteri Kominfo, Budi Arie, dengan tegas menolak aplikasi Temu. Menurutnya, platform tersebut berpotensi merusak ekosistem UMKM yang telah ada di Indonesia. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan memberikan peluang kepada platform ini karena dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi masyarakat.

"Kita tidak akan memberi kesempatan. Masyarakat akan dirugikan. Kita ingin ruang digital di Indonesia memberikan manfaat bagi masyarakat, membuat mereka lebih produktif dan menguntungkan. Kalau malah merugikan, untuk apa kita izinkan?" ungkap Budi Arie dalam konferensi pers di Kantor Kominfo, Jakarta, Selasa (1/10).

Alasan Temu Dinilai Jadi Ancaman

Temu dinilai menjadi ancaman karena menawarkan produk dengan harga yang sangat murah dan jauh di bawah harga produk-produk yang dijual oleh pelaku UMKM lokal. Ini menimbulkan kekhawatiran bahwa produk-produk UMKM tidak akan mampu bersaing dengan barang-barang dari China yang ditawarkan di platform tersebut. Selain itu, keberadaan platform ini juga berpotensi menghapus peran reseller dan affiliator lokal yang selama ini menjadi bagian penting dalam distribusi produk di Indonesia. Berbagai dampak tersebut timbul dikarenakan sistem dalam platform ini memungkinkan konsumen membeli produk langsung dari produsen di China tanpa melalui perantara seperti reseller, affiliator, atau pihak ketiga. 

Bukan hanya pejabat Kementerian, Wientor Rah Mada selaku Direktur Utama Smesco Indonesia juga turut menyoroti dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh Temu terhadap UMKM di Indonesia. Menurutnya Temu menawarkan harga produk yang sangat rendah, bahkan pada beberapa kesempatan, platform ini menawarkan produk dengan harga 0 persen sebagaimana di Amerika Serikat dan pembeli hanya perlu membayar biaya pengiriman.

"Kami melihat indikasi bahwa di beberapa kondisi, Temu memberikan harga 0 persen. Di Amerika Serikat, mereka pernah melakukan ini, di mana pembeli hanya perlu membayar ongkos kirim," ujar Wientor dalam diskusi media di kantor Kemenkop UKM, Selasa (6/8).

Ia menambahkan, "Temu adalah aplikasi jahat dari China. Jika ini dibiarkan masuk, UMKM kita pasti akan mati."

Foto: Merca2.0

Selain penolakan dari para pejabat, proses hukum terkait izin operasional Temu di Indonesia juga menghadapi hambatan. Saat ini, Temu sedang mengurus izin operasional melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham,, Namun permohonannya ditolak karena adanya kesamaan mengenai merek yang sudah terdaftar di Indonesia. Meskipun demikian, Temu tidak tinggal diam dan kini sedang mengajukan banding untuk dapat tetap masuk ke pasar Indonesia.

Temu adalah platform e-commerce yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan asal China dengan kantor pusat di Boston, Amerika Serikat yakni PDD Holdings. Platform ini diluncurkan pada tahun 2022 dan dengan cepat meraih popularitas khususnya di Amerika Serikat. Temu menyediakan beragam produk dari berbagai kategori mulai dari elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, hingga aksesoris yang semuanya terhubung langsung dengan sekitar 80 pabrik di China. Konsep perdagangan langsung dari pabrik ke konsumen ini dianggap lebih efisien, namun menjadi ancaman bagi bisnis lokal yang tidak memiliki akses ke harga serendah itu.

Baca Juga : Punya UMKM Ini Segmentasi Pasar Paling Berpengaruh Saat Ini

Di Amerika Serikat sendiri Temu telah menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play Store dengan jumlah unduhan mencapai 165 juta kali. Popularitas Temu didukung oleh strategi pemasaran yang masif dimana perusahaan tersebut menggelontorkan miliaran dollar untuk beriklan. Hal ini dibuktikan berdasarkan laporan dari The Wall Street Journal yang menyatakan Temu adalah salah satu pengiklan terbesar di Amerika Serikat pada kuartal keempat tahun 2023. Perusahaan ini mengalokasikan dana besar untuk kampanye iklan dan diperkirakan akan menghabiskan sekitar US$3 miliar untuk pemasaran pada tahun 2024 menurut JP Morgan. 

Meskipun menghadapi tantangan regulasi di Indonesia, namun Temu tetap berambisi untuk memasuki pasar Indonesia dengan model bisnisnya yang menghubungkan produsen langsung dengan konsumen tanpa melalui pihak ketiga. Tentunya model ini dinilai tidak sesuai dengan kebijakan perdagangan di Indonesia yang lebih mengutamakan perlindungan terhadap UMKM. Sementara itu, pengamat bisnis memperkirakan bahwa keberhasilan Temu di Amerika Serikat dapat menjadi indikasi bahwa platform ini juga berpotensi meraih popularitas di Indonesia jika diizinkan beroperasi meskipun ancaman bagi UMKM tetap menjadi perhatian utama.

Baca berita dan artikel lain di Google News

(mha)

Share :