Teknologi.id - Penggunaan teknologi Artificial
Intelligence (AI) di berbagai sektor terus berkembang, termasuk di bidang
energi. Pemerintah Indonesia kini sedang mempersiapkan penerapan AI di Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk membatasi pembelian BBM subsidi,
seperti Pertalite dan Solar, demi memastikan subsidi tepat sasaran.
Dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF)
2024, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar
Pandjaitan, mengungkapkan bahwa pemerintah akan meluncurkan program pembatasan
BBM subsidi dengan memanfaatkan teknologi AI. Program ini bertujuan untuk
menyortir kendaraan mana yang berhak menerima BBM subsidi berdasarkan data
nomor plat kendaraan, sehingga penghematan dana negara dari subsidi bisa
mencapai Rp90 triliun per tahun.
Bagaimana AI Membantu Membatasi BBM Subsidi?
Salah satu aplikasi utama AI di SPBU adalah melalui
integrasi big data dan sistem identifikasi kendaraan berbasis nomor plat.
Teknologi ini memungkinkan SPBU untuk mendeteksi apakah kendaraan yang datang
berhak mendapatkan BBM subsidi atau tidak. Jika nomor plat teridentifikasi
sebagai kendaraan yang tidak berhak, nozzle bensin otomatis akan berhenti,
mencegah kendaraan tersebut untuk mengisi bahan bakar bersubsidi. Dengan
begitu, hanya orang-orang yang benar-benar memenuhi kriteria akan bisa membeli
Pertalite atau Solar dengan harga subsidi.
Langkah ini diambil oleh pemerintah karena selama ini distribusi subsidi BBM sering kali tidak tepat sasaran. Banyak mobil mewah dan kendaraan yang dimiliki oleh golongan ekonomi atas yang justru mendapatkan manfaat dari subsidi yang seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu. Dengan bantuan teknologi AI, pembelian BBM bisa lebih tertarget dan efisien, memastikan bahwa hanya masyarakat yang benar-benar membutuhkan yang mendapatkan manfaat subsidi.
Baca juga: Jasa Marga Terapkan AI: Layanan Tol Lebih Canggih dan Efisien
Manfaat Penerapan AI di SPBU
Penggunaan teknologi AI di SPBU tidak hanya membantu dalam pembatasan
BBM subsidi, tetapi juga membawa manfaat besar lainnya:
- Penghematan Anggaran Negara
Menurut Luhut, penerapan AI di SPBU dapat menghemat subsidi hingga Rp90 triliun per tahun. Dana ini dapat dialihkan untuk program-program lain yang lebih penting, seperti pendidikan dan industri. Dengan begitu, pemerintah dapat memaksimalkan penggunaan anggaran untuk kepentingan yang lebih luas dan bermanfaat bagi masyarakat. - Transparansi dan Pengawasan
Dengan integrasi big data dan AI, distribusi BBM subsidi dapat diawasi secara lebih transparan dan real-time. Data dari setiap transaksi di SPBU akan tersimpan secara otomatis dan dapat dianalisis oleh pemerintah untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan atau penyelewengan dalam distribusi subsidi. - Pengurangan Konsumsi BBM Tidak Tepat Sasaran
Penerapan AI dapat mengurangi pemborosan subsidi oleh golongan ekonomi atas yang tidak berhak. Ini juga akan mendorong masyarakat kelas atas untuk menggunakan BBM non-subsidi, yang sesuai dengan daya beli mereka. - Efisiensi Operasional SPBU
SPBU yang menggunakan AI akan lebih efisien dalam operasionalnya. Sistem otomatisasi ini mengurangi risiko kesalahan manusia dan mempercepat proses penjualan BBM. Dalam jangka panjang, ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan memperbaiki sistem distribusi BBM di seluruh negeri.
Uji Coba Awal di SPBU Milik BUMN
Sebagai tahap awal, teknologi AI ini akan diujicobakan pada SPBU
milik BUMN seperti yang dioperasikan oleh PT Pertamina. Uji coba ini dilakukan
untuk melihat efektivitas teknologi AI dalam membatasi pembelian BBM subsidi.
Selama ini, pembatasan BBM subsidi baru diterapkan pada Solar, sementara untuk
Pertalite masih dalam tahap uji coba di beberapa wilayah.
Dengan keberhasilan uji coba ini, pemerintah berencana untuk memperluas penggunaan AI di seluruh SPBU di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menciptakan distribusi energi yang lebih efisien, adil, dan berkelanjutan.
Baca juga: Pemerintah Prioritaskan ASN Jomblo untuk Dipindah ke IKN
Tantangan Penerapan AI di SPBU
Meski teknologi AI menawarkan banyak manfaat, penerapannya
di lapangan tentu tidak tanpa tantangan. Beberapa tantangan yang mungkin
dihadapi meliputi:
- Kesiapan Infrastruktur
Penggunaan teknologi AI memerlukan infrastruktur teknologi yang mumpuni, termasuk perangkat keras dan perangkat lunak yang bisa mengolah data dengan cepat dan akurat. Pemerintah perlu memastikan bahwa semua SPBU, terutama di daerah-daerah terpencil, memiliki akses dan kesiapan untuk menerapkan teknologi ini. - Penolakan dari Konsumen
Sebagian konsumen yang selama ini menikmati subsidi meskipun tidak berhak mungkin akan menolak kebijakan ini. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat terkait pentingnya kebijakan ini demi keadilan dan efisiensi anggaran negara. - Keamanan Data
Dengan penggunaan big data dan sistem identifikasi nomor plat kendaraan, masalah keamanan data pribadi menjadi penting. Pemerintah harus memastikan bahwa data yang dikumpulkan dari setiap transaksi di SPBU aman dari risiko kebocoran dan penyalahgunaan.
Penerapan teknologi AI di SPBU untuk membatasi pembelian BBM
subsidi adalah langkah maju yang signifikan dalam upaya pemerintah menciptakan
distribusi energi yang lebih tepat sasaran dan efisien. Dengan bantuan big data,
SPBU dapat mendeteksi kendaraan yang berhak mendapatkan subsidi, sementara
kendaraan yang tidak berhak akan dihentikan secara otomatis. Penggunaan
teknologi ini diharapkan dapat menghemat hingga Rp90 triliun per tahun, yang
bisa dialokasikan untuk program-program prioritas lainnya seperti pendidikan
dan industri.
Meskipun terdapat beberapa tantangan, keberhasilan uji coba
awal di SPBU BUMN menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam sektor energi memiliki
potensi besar untuk menciptakan sistem yang lebih transparan dan adil bagi
semua lapisan masyarakat.
Baca Berita dan Artikel lain di Google News.
(emh)