Teknologi.id - Tim mahasiswa ITB berhasil menggagas sumber daya baru dan terbarukan yang menghasilkan energi listrik dari energi angin. Saat berkendara, kita seringkali merasakan hempasan angin ketika berpapasan dengan truk atau mobil berkecepatan tinggi. Berangkat dari fenomena itu, mereka memikirkan potensi pemanfaatan energi angin yang tercipta akibat kejadian tersebut. Berdasarkan kalkulasi, terdapat 11-13% energi yang hilang akibat gaya hambat udara tiap pergerakan mobil dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Fenomena ini menciptakan dinamika fluida, yaitu peristiwa ikut bergeraknya udara di sekitar benda bergerak.
Tim mahasiswa ITB melihat adanya peluang inovasi dari kejadian “tak disengaja” tersebut. Mereka akhirnya menciptakan Savlite, sebuah produk terintegrasi antara turbin savonius dan lampu penerangan jalan di jalan tol atau disebut Self-sustaining Smart Street Lighting System. Sebuah turbin dipasang di tengah jalan tol untuk menangkap energi angin dari kendaraan yang melintasi jalan tol.
Energi listrik yang dihasilkan mampu menyuplai daya untuk lampu penerangan jalan. Berdasarkan simulasi Computer Fluid Dynamics (CFD) dengan tinjauan Jalan Tol Jakarta-Cikampek, satu kendaraan dengan kecepatan rata-rata 90 km/jam mampu menghasilkan 100 Watt Peak yang cukup menyuplai sebuah lampu penerangan jalan selama 12 jam. Lampu penerangan yang digunakan memiliki daya 120 Watt.
Baca juga: Bongkar Kasus Pemalsuan Situs, 2 Mahasiswa Unair Ini Diundang ke Markas FBI
Tim ini beranggotakan Priyo Bayu R. (Teknik Mesin 2018), M. Maulana Ibrahim (Teknik Mesin 2018), Yahya Zakaria (Teknik Mesin 2018), dan M. Ali Novandhika (Teknik Elektro 2018). Lewat ide inovasi itu, mereka berhasil membawa pulang gelar Runner Up pada ajang Think Efficiency 2022 yang bertajuk “Powering The Nation”. Ajang kompetisi ini diadakan oleh Shell Indonesia dan Energy Academy Indonesia (ECADIN).
Menurut tim ini, surplus energi yang dihasilkan dari Savlite dapat memberi daya untuk lampu di permukiman warga dan mengisi daya kendaraan listrik (electrical vehicle) di sekitar jalan tol. Tim Savlite menjelaskan produknya baru mencapai tahap pembentukan prototipe yang telah diuji coba di Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja. Oleh karena itu, mereka berharap riset ini terus dilanjutkan sehingga dapat memasuki tahap uji coba di jalan tol sesungguhnya.
“Inginnya ada pilot project di suatu jalan tol yang telah disurvei dan cocok. Kita coba selama 1 – 2 tahun untuk diobservasi apakah ada hal yang perlu dioptimasi atau tidak. Jika (hasilnya) bagus, bisa dilanjutkan ke tahap komersialisasi,” ungkap Priyo, salah satu anggota Tim Savlite dikutip dari laman itb.ac.id.
Melalui lomba yang mereka ikuti, banyak memberi mereka pembelajaran. Bahkan, Think Efficiency 2022 menjadi ajang perlombaan pertama yang diikuti di bangku perkuliahan bagi beberapa anggota tim. Mereka juga merasa ide-ide yang dirumuskan lebih dihargai sehingga menggugah semangat berkompetisi dan berkarya di masa mendatang. Selain itu, sebagai sebuah tim, mereka memahami pentingnya komunikasi dan kerja sama. “Kerja sama yang bagus membawa komunikasi tim yang bagus,” ungkap Ali.
Meskipun banyak aral melintang di tengah mengikuti lomba, seperti perbedaan kesibukan dan terbatasnya waktu pengerjaan prototipe, mereka berhasil menyelesaikan Savlite hingga membawa pulang gelar juara kedua pada kategori energi.
Baca juga: Cerdik! Mahasiswa Ini Kerjakan Tugas Kuliah Pakai AI, Dapat A dari Dosen!
Prestasi mereka tidak lepas dari dukungan banyak pihak, seperti Syarif Riyadi, Co-Founder ECADIN, yang menjadi mentor selama perlombaan ini berlangsung. Dewan juri Think Efficiency 2022 yang kerap memberikan masukan konstruktif pun menjadi pihak di balik prestasi Tim Savlite.
Keempat mahasiswa ini berpesan agar selalu berinovasi karena mereka yakin negara ini memiliki sumber, yakni sumber daya alam dan sumber daya manusia, yang tak kalah dari negara lain. “Harus bisa menciptakan sesuatu, tetapi tetap harus benar secara ilmiah,” kata salah satu anggota Tim Savlite. Selain itu, mereka berpesan untuk mengikuti lomba sedini mungkin karena akan menumbuhkan pengalaman yang tak cukup diperoleh dari perkuliahan saja.
(dwk)
Tinggalkan Komentar