Foto: Sariteknologi
Teknologi.id - Pandemi COVID-19 yang telah terjadi tentunya meninggalkan banyak ketakutan kepada masyarakat. Pandemi yang sudah terjadi dan rasa takut yang ditinggalkan menjadi sebuah pelajaran penting bagi seluruh masyarakat. Oleh karena itu, para ilmuwan bekerja keras untuk menemukan dan mengembangkan sistem yang dapat memprediksi dan melawan kemungkinan virus yang dapat menyebabkan pandemi di masa mendatang. Salah satu sistem yang kini telah dihasilkan adalah pemanfaatan AI (Artificial Intelligence) untuk memberikan peringatan dini mengenai munculnya virus berbahaya yang dikembangkan oleh para ilmuwan.
Early Warning Anomaly Detection atau EWAD
Ilustrasi virus yang dideteksi artificial intelligence. Foto: Pixabay
Para ilmuwan dari Scripps Research dan Northwestern University di Amerika Serikat baru saja mengembangkan sebuah sistem baru bertenaga artificial intelligence. Artificial intelligence yang dikembangkan ini dapat memberikan peringatan dini mengenai munculnya varian virus berbahaya yang dapat menyebabkan pandemi di masa mendatang. Sistem tersebut dipanggil dengan Early Warning Anomaly Detection atau EWAD. Sistem artificial intelligence ini menawarkan wawasan yang penting dalam mencegah dan mengendalikan pandemi yang akan terjadi di masa mendatang.
Sistem EWAD atau Early Warning Anomaly Detection bekerja dengan terus memantau sekuensi virus, mengidentifikasi pola, dan mendeteksi munculnya varian potensial dengan karakteristik yang bersangkutan. Dimana Early Waning Anomaly Detection menggunakan sistem pembelajaran mesin untuk menganalisis urutan genetik, frekuensi, dan tingkat kematian virus ketika menyebar secara global. Hal ini dilakukan melalui teknik komputasi tingkat lanjut, dimana nantinya sistem dapat memberikan informasi berharga kepada ilmuwan dan petugas kesehatan untuk memprioritaskan upaya dalam mengawasi dan mengembangkan intervensi yang telah ditargetkan.
Baca Juga : Dampak AI dalam Dunia Kesehatan
Sistem logaritme artificial intelligence yang dikembangkan dapat menemukan aturan evolusi virus yang seharusnya tidak dapat terdeteksi dan memungkinkan para ilmuwan untuk lebih memahami dasar-dasar biologis virus. Kedua hal ini merupakan poin penting dalam memerangi pandemi di masa depan. Dimana kemampuan artificial intelligence untuk mendeteksi dini ini dapat memberikan waktu kepada seluruh lapisan masyarakat terutama pemerintah dan tenaga kesehatan dalam mengambil langkah yang diperlukan untuk mengurangi penyebaran dan menerapkan intervensi yang tepat dan cepat.
Tentunya kehadiran sistem Early Warning Anomalu Detection ini secara signifikan akan membantu kemampuan surveilans kesehatan atau kegiatan pengamatan sistematis terkait data dan informasi masyarakat. Inovasi yang dihadirkan melalui teknologi artificial intelligence ini juga berpotensi merevolusi pendekatan masyarakat akan kesiapsiagaan dan respon pada pandemi. Dengan sistem yang dapat memantau dan menganalisis data virus secara berkelanjutan, para ilmuwan dan tenaga kesehatan dapat meningkatkan pemahaman mengenai evolusi virus dan selangkah lebih maju dalam perang melawan penyakit menular yang muncul.
Tahap Pelatihan dan Pengujian EWAD
Ilustrasi virus voc yang terdekteksi dalam ewad. Foto: Siencealert
Sistem EWAD sebelumnya telah melewati tahap pengujian dan pelatihan .Tahap ini sendiri dilakukan dengan menggunakan data aktual dari penyebaran SARS-CoV-2. Mulai dari saat infeksi menyebar, seberapa sering varian tersebut muncul, dan tingkat kematian global yang diakibatkan COVID-19. Perangkat lunak bertenaga artificial intelligence ini, dapat melihat perubahan genetik ketika virus beradaptasi yang ditunjukan dalam peningkatan infeksi dan penurunan tingkat kematian.
Hasil yang di dapatkan akurat dalam meprediksi varian baru. Terlihat bahwa virus tersebut menghasilkan VOC yang akan muncul ketika virus mulai bermutasi. "Kami dapat melihat varian gen kunci muncul dan menjadi lebih umum, karena tingkat kematian juga berubah, dan semua ini terjadi beberapa minggu sebelum VOC yang mengandung varian ini secara resmi ditetapkan oleh WHO," ungkap William Balch yang merupakan seorang ahli mikrobiologi di Scripps Research.
Dalam pelatihan ini, sejumlah besar data pelatihan dianalisis oleh komputer untuk menemukan pola, mengembangkan algoritme dan membuat prediksi mengenai bagaimana pola tersebut dapat terjadi dimasa depan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik khusus yang disebut dengan spatial covariance berbasi proses Gaussian yang dapat mengolah angka pada sekumpulan data yang ada untuk memprediksi data baru dengan menggunakan rata-rata titik hingga hubungan diantara rata-rata tersebut.
Sehingga dari tahap pelatihan dan pengujian yang dilakukan, ditemukan bahwa kehadiran EWAD terbukti efektif dalam membantu peneliti dan tenaga kesehatan untuk mengetahui skenario yang mungkin sulit atau tidak dikenali akan kehadiran virus dan kemungkinan terjadinya pandemi.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ras)
Tinggalkan Komentar