Karyawan Merana, Petinggi Amazon Pamit

Sutrisno Zulikifli . May 10, 2020

Amazon Web Service (Foto: Reuters)


Teknologi.id - Salah satu petinggi Amazon, Tim Bray angkat koper dari perusahaan. Ia merasa jengah dengan sikap para petinggi lainnya, termasuk sang pendiri, Jeff Bezos yang begitu antikritik terhadap karyawannya.

Keputusan Bray ini sebetulnya akumulasi dari kemuakannya. Bray memutuskan melepas jabatan VP Software Engineer Amazon yang berlimang dollar itu. Pengunduran diri Bray dipublikasikan lewat di blog probadinya berjudul ‘Bye, Amazon’, tepat pada hari buruh internasional 1 Mei lalu.

BACA JUGA: Amazon Kembangkan Alat Uji COVID-19 Setelah Diancam Demo Pegawainya

Di hari itu juga, sejumlah karyawan Amazon diganjar pemutusan pemutusan kerja (PHK) lantaran melakukan aksi protes mogok kerja. Para karyawan yang melakukan unjuk rasa itu meminta perusahaan untuk menaikkan gaji dan memudahkan akses hak cuti sakit yang selama ini menjadi problem bagi buruh di Amazon.

“Amazon memang dikelola dengan sangat baik dan mampu menunjukkan keterampilan yang sangat hebat dalam menemukan peluang dan mengolahnya secara berulang hingga mengeksploitasinya," tulis Bray dalam postingan di blognya, dilansir Kumparan, pada Minggu (10/5/2020).

"Inilah kurangnya kepedulian tentang biaya manusia karena mementingkan pertumbuhan tanpa henti serta akumulasi dari kekayaan dan kekuasaan,” imbuhnya.

Bray juga menyinggung soal kasus pemecatan yang dialami oleh dua mantan desainer user experience (UX) yang memprotes perusahaan atas perlakuannya terhadap pekerja gudang, Emily Cunningham dan Maren Costa.

“Memecat orang yang mengkritik bukan hanya dampak dari kekuatan ekonomi makro, bukan juga unsur intrinsik dari fungsi pasar bebas. Ini adalah bukti adanya racun yang mengalir dalam budaya perusahaan. Saya memilih untuk tidak menyajikan atau meminum racun itu,” katanya.

BACA JUGA: Amazon Pasang Kamera Termal untuk Deteksi Suhu Tubuh Kayawannya

Bray juga menuliskan pengalaman menyenangkannya selama bekerja di Amazon. Namun, rasa bangga itu pudar setelah melihat perlakukan perusahaan terhadap karyawan yang memprotes kebijakannya.

“Dengan gaji raksasa teknologi dan pembagian saham, ini mungkin bisa menghasilkan jutaan dolar AS untuk saya. Apalagi, saya bisa bilang ini adalah pekerjaan terbaik saya bekerja bersama orang-orang yang sangat baik. Jadi saya cukup sedih,” pungkas Bray.

(sz)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar