Survei TUC: 51% Pekerja Takut PHK Akibat AI, Ini Solusinya

Aisyah Khoirunnisa' . September 05, 2025

Foto: The Indian Alert

Teknologi.id – Perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang begitu cepat kini bukan lagi sekadar wacana futuristik. Bagi jutaan pekerja, teknologi ini telah menjadi ancaman nyata yang menimbulkan ketakutan kehilangan pekerjaan. Sebuah survei terbaru dari Trades Union Congress (TUC) Inggris mengungkap fakta bahwa keresahan ini sudah merambah berbagai lapisan angkatan kerja.

Survei TUC: Lebih dari Separuh Pekerja Takut Kehilangan Pekerjaan

Hasil survei terhadap 2.600 responden di Inggris menunjukkan bahwa 51% pekerja khawatir akan kehilangan pekerjaan atau mengalami perubahan kontrak kerja akibat penerapan AI.

Kekhawatiran ini tidak hanya dirasakan pekerja senior, tetapi juga generasi muda. Sebanyak 26% pekerja berusia 25–34 tahun menyatakan hal yang sama. Mereka takut AI bukan hanya mengambil alih pekerjaan repetitif, melainkan juga tugas yang membutuhkan keterampilan kognitif, sehingga berpotensi mengikis stabilitas pekerjaan sekaligus kualitas hidup.

Baca juga: OpenAI Buka Akses Projects ChatGPT untuk Semua Pengguna, Gratis!

TUC: AI Bermanfaat Jika Dikelola Bersama

Meski ada potensi ancaman, TUC menegaskan bahwa AI bukan semata bahaya. Teknologi ini dapat membawa manfaat besar jika dikelola dengan tepat, seperti meningkatkan layanan publik, mempercepat produktivitas, dan efisiensi sektor industri.

Namun, TUC menekankan pentingnya melibatkan pekerja dan serikat buruh dalam proses implementasi AI di tempat kerja. Dengan begitu, transisi menuju otomatisasi dapat berjalan adil tanpa mengorbankan hak-hak pekerja.

Strategi Mitigasi Ancaman AI Menurut TUC

Untuk mengurangi dampak negatif AI, TUC memberikan sejumlah rekomendasi yang bisa diambil pemerintah dan perusahaan, di antaranya:

1. Reskilling dan Investasi Keterampilan

Program pelatihan ulang (reskilling) menjadi kunci agar pekerja tetap relevan di era AI. Pemerintah diminta memastikan setiap investasi publik dalam riset dan pengembangan AI disertai komitmen menjaga keberlangsungan tenaga kerja. Perusahaan juga didorong berinvestasi pada keterampilan pekerja agar mereka tetap kompetitif.

2. Dividen Digital untuk Pekerja

TUC mengusulkan konsep “dividen digital”, yaitu pembagian manfaat dari produktivitas AI kepada pekerja. Bentuknya bisa berupa:

  • Kenaikan gaji, seiring meningkatnya produktivitas.

  • Perbaikan kondisi kerja, seperti pengurangan jam kerja atau peningkatan keselamatan.

Selain itu, TUC menilai pekerja perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan perusahaan, termasuk di level direksi, agar implementasi AI lebih adil.

Baca juga: Lulusan IT di AS Susah Cari Kerja, Pilih Kembali Kuliah AI di Universitas

Kesimpulan: AI, Ancaman atau Peluang?

Ketakutan pekerja terhadap ancaman PHK akibat AI adalah isu nyata yang tidak bisa diabaikan. Survei TUC menegaskan bahwa lebih dari separuh pekerja merasa cemas, sehingga diperlukan langkah konkret untuk melindungi mereka.

Dengan reskilling, perlindungan hak-hak pekerja, serta pembagian dividen digital, AI bisa menjadi alat pendukung yang memperkuat produktivitas tanpa mengorbankan kesejahteraan pekerja.

Pada akhirnya, kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan pekerja adalah kunci untuk membangun ekosistem kerja yang adil, inklusif, dan berkelanjutan di era revolusi AI.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(ak)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar