
Teknologi.id - San Jose State University (SJSU) mencetak sejarah baru pada semester gugur 2025. Universitas yang berdiri sejak 168 tahun lalu ini berhasil menerima lebih dari 40 ribu mahasiswa baru, jumlah tertinggi sepanjang sejarahnya.
Tak hanya itu, di awal 2025, SJSU bahkan melampaui Stanford dengan menduduki posisi teratas dunia dalam hal penyerapan kerja mahasiswa internasional. Capaian ini menambah reputasi SJSU sebagai salah satu kampus terbaik di Amerika Serikat, terutama bagi pelajar internasional yang ingin berkarier di dunia teknologi.
Baca juga: Peneliti Top AI Mundur dari Lab Meta Superintelligence, Ambisi Zuckerberg Terhambat
Krisis Lulusan IT: Pengangguran Meningkat
Namun, di balik prestasi tersebut, dunia kerja lulusan ilmu komputer dan IT menghadapi kenyataan pahit.
-
Newsweek (Mei 2025) melaporkan tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi meningkat. Bidang ilmu komputer mencatat pengangguran 6,1%, salah satu yang tertinggi di sektor STEM.
-
Oxford Economics menemukan lapangan kerja untuk lulusan ilmu komputer dan matematika turun 8% dibanding 2022.
-
Bank Sentral St. Louis mencatat jumlah iklan lowongan software development di Indeed anjlok 71% sejak 2022 hingga Agustus 2025.
Kondisi ini membuat banyak fresh graduate kesulitan mendapatkan pekerjaan, bahkan setelah melamar puluhan posisi.
Kisah Lulusan yang Kesulitan Mendapat Kerja
Abraham Rubio, lulusan ilmu komputer di Bloomfield College of Montclair State University, sudah melamar ke 20 posisi sejak lulus, namun belum mendapat jawaban positif. Ia mengaku hampir setiap hari membuka LinkedIn hanya untuk mencari peluang.
Kisah serupa dialami Julio Rodriguez, lulusan Elms College. Ia harus mengirim lebih dari 150 lamaran sebelum akhirnya diterima sebagai data engineer. Meski sudah bekerja, ia tetap khawatir akan ancaman PHK massal di industri teknologi.
Dampak AI: Lapangan Kerja IT Semakin Menyusut
Gelombang otomatisasi berbasis AI sejak 2024 memperparah kondisi. Banyak perusahaan teknologi besar melakukan PHK massal dan menutup pintu bagi lulusan baru.
-
Microsoft memangkas 9.000 karyawan, sementara CEO Satya Nadella menyebut 30% kode di Microsoft kini ditulis oleh AI.
-
TikTok memangkas ratusan moderator konten di Inggris.
-
Startup juga lebih memilih teknologi otomatisasi dibanding fresh graduate. Data SignalFire mencatat hanya 6% perekrutan startup yang berasal dari lulusan baru.
Sebaliknya, perusahaan rela menggelontorkan ratusan juta dolar untuk merekrut pakar AI kelas dunia. Meta bahkan dikabarkan menawar insinyur OpenAI hingga 100 juta dolar.
Mahasiswa Pilih Balik ke Kampus
Akibat kondisi ini, banyak lulusan ilmu komputer memilih melanjutkan studi atau pindah jurusan. Tren ini juga menyebabkan lonjakan jumlah mahasiswa baru di kawasan Silicon Valley.
Contohnya, Choi Jung-hyun, lulusan magister ilmu komputer yang sudah bekerja tiga tahun di perusahaan besar, memutuskan kembali kuliah untuk fokus belajar Artificial Intelligence. Ia menilai bukan hanya posisi entry level, bahkan posisi junior kini mulai digantikan AI.
Beberapa mahasiswa lain memilih jurusan ganda demi memperluas peluang karier. Ada pula yang menunda kelulusan karena sulit mendapatkan magang.
Harapan dan Masa Depan Karier IT
Meski situasi tampak suram, sebagian akademisi percaya masih ada peluang. Profesor Chris Pollett dari San Jose State University menilai tren ini mirip siklus sebelumnya: ketika pasar kerja melemah, pendaftaran kuliah melonjak. Ia optimis diversifikasi AI akan menciptakan peluang baru, terutama di sektor keamanan digital.
Sementara itu, Scott Xiao dari Goodwater Capital menilai permintaan perangkat lunak personal akan tetap membutuhkan sentuhan manusia, meski AI mendominasi.
Baca juga: Lulusan Ilmu Komputer Sulit Dapat Kerja Pertama di Era AI, Ini Alasannya
Kesimpulan
San Jose State University memang mencatat rekor jumlah mahasiswa baru, tetapi kenyataan pahit tengah dialami lulusan IT di Amerika. Otomatisasi AI, PHK massal, dan turunnya lowongan kerja membuat banyak lulusan kesulitan meniti karier. Meski begitu, sektor-sektor baru seperti AI ethics, keamanan siber, dan pengembangan perangkat lunak personal diprediksi akan menjadi ladang peluang bagi generasi berikutnya.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(fs)

Tinggalkan Komentar