
Foto: Qoo Media
Teknologi.id - Perusahaan teknologi yang menyediakan perlindungan dan distribusi konten terhadap serangan Distributed Denial of Service (DDoS), Cloudflare, membagikan laporan terbarunya tentang ancaman DDoS. Temuan-temuan ini menggarisbawahi tren yang mengganggu dalam perang siber. Temuan ini berdasarkan data dari jaringan Cloudflare selama kuartal-III tahun 2025 (Juli-September). Laporan tersebut mengungkapkan kenaikan signifikan dalam penyerangan global, 8.3 juta di antaranya berhasil dicegah, setara dengan 3.780 serangan per jam. Angka total serangan DDoS yang berhasil dicegah selama 2025 mencapai 36.2 juta, 170% lebih tinggi dari total angka penyerangan yang berhasil dicegah pada tahun 2024.
Total jumlah penyerangan pada kuartal-III 2025 mewakili 15% peningkatan dari kuartal sebelumnya dan 40% peningkatan year-on-year dibandingkan kuartal-III tahun 2024.
Baca juga: Cloudflare dan Komdigi Gelar Audiensi, Ini Hasilnya untuk PSE Lingkup Privat
Indonesia Sebagai Sumber Utama Penyerangan

Foto: Freepik
Berdasarkan laporan, Indonesia merupakan sumber utama serangan DDoS pada kuartal-III tahun 2025, posisi yang telah dipertahankannya sejak kuartal-III tahun 2024. Selama lima tahun ini belakangan (sejak kuartal-III 2021), persentase serangan DDoS berbasis HTTP yang berasal dari Indonesia telah meningkat sebanyak 31.900 persen.
Tujuh dari sepuluh serangan global bersumber dari Asia. 10 negara teratas teridentifikasi sebagai sumber terbesar serangan DDoS di kuartal-III adalah:
- Indonesia
- Thailand
- Bangladesh
- Ekuador
- Rusia
- Vietnam
- India
- Hong Kong
- Singapura
- Ukraina
Baca juga: 10 Negara dengan Pengguna Instagram Terbanyak di Dunia, Indonesia Tempati Peringkat 4
Kebangkitan Botnet Aisuru dan Serangan Volume Tinggi
Gelombang serangan ini sebagian besar disebabkan oleh sebuah botnet bernama Aisuru, yang telah menginfeksi 1-4 juta perangkat di seluruh dunia (termasuk berbagai perangkat atau sistem yang terhubung internet, seperti komputer, server, dan router). Botnet Aisuru menginfeksi perangkat dengan serangan ekstrim berkat kekuatannya, yang seringkali melebih 1 terabit per detik (Tbps) dan lebih dari satu miliar paket per detik (Bpps), yang mampu mengganggu stabilitas internet. Puncaknya, satu serangan Aisuru dapat mencapai 29.7 Tbps dan 14.1 Bpps.
Analisis detail dari serangan ini menunjukkan perbedaan berdasarkan tingkatannya:
- Network Layer (tingkatan jaringan): Bertanggung jawab atas 71% serangan (sekitar 5.9 juta serangan) dan meningkat sebanyak 87% quarter-on-quarter (QoQ) dan 95% year-on-year (YoY).
- HTTP Layer (tingkatan HTTP): Bertanggung jawab atas 29% penyerangan (sekitar 2.4 juta) dan benar-benar berkurang sebanyak 41% quarter-on-quarter dan 17% year-on-year.
Cloudflare memperingatkan bahwa kebanyakan serangan, baik secara volumetrik maupun HTTP, berumur pendek: 71% serangan HTTP dan 89% serangan network-layer dapat bertahan kurang dari 10 menit. Deteksi cepat dan mitigasi merupakan hal yang krusial, karena sistem tradisional seringkali tidak mampu merespons dengan cukup cepat terhadap gangguan yang bersifat singkat namun intens.
Baca juga: Botnet : Modus Ribuan Bot Bungkam Akun Twitter, Elon Musk Tawarkan Hadiah Uang
Target Korban dan Bidang Geopolitik
Foto: Rugged Tooling
Target terbanyak dari serangan DDos adalah Cina, yang disusul oleh Türkiye dan Jerman. Amerika Serikat menempati peringkat ke-5, dan Filipina kini menempati peringkat ke-10, walau sebelumnya tidak ada dalam daftar. Berikut target serangan DDoS yang lengkap:
- Cina
- Türkiye
- Jerman
- Brasil
- Amerika Serikat
- Rusia
- Vietnam
- Kanada
- Korea Selatan
- Filipina
Berdasarkan sektor profesi, yang paling sering ditargetkan adalah information technology (IT) dan bidang jasa, telekomunikasi, perjudian dan kasino. Laporan tersebut juga menunjukkan kenaikan signifikan terhadap serangan industri otomotif dan pertambangan, mineral, dan logam, di tengah meningkatnya tekanan perdagangan global dan regulasi yang bertambah dalam perdagangan bahan-bahan kritis, yang menujukkan adanya hubungan dengan dinamika geopolitik.
Cloudflare juga mencatat kenaikan siginifikan dalam traffic DDoS di pelayanan Artificial Intelligence (AI), mencapai peningkatan hingga 347% dalam bulan September 2025 saja.
Laporan ini mengonfirmasi bahwa ancama DDoS bukan kejahatan siber yang acak, tetapi juga meningkat hingga digunakan sebagai alat perekonomian, politik, dan persaingan digital lintas-batas (cross-border). Cloudflare menekankan bahwa kompleksitas dan skala serangan DDoS kini telah melampaui kemampuan solusi tradisional.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(yna/sa)