Teknologi.id - Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan di Indonesia, masih belum dapat dirasakan oleh masyarakat kecanggihan teknologinya. Mengingat Pixel sendiri tidak dijual resmi di negara ini. Namun AI sendiri sesungguhnya telah mulai merasuk di kehidupan masyarakat Indonesia, entah disadari ataupun tidak.
Artificial Intelligence di Indonesia
Teknologi AI di Indonesia jika dilihat dengan jeli memiliki pertumbuhan yang cukup menjanjikan. Meski belum mencapai tingkatan seperti di AS ataupun Cina. Hal ini diakui oleh CEO Kata.ai Irzan Raditya. Ia mengungkapkan bahwa perkembangan dan adopsi teknologi AI di Indonesia belum sepesat yang terjadi di kedua negara tersebut, utamanya Cina.
Perkembangan Artificial Intelligence di Asia Tenggara
Pengaplikasian AI di Cina sudah berada pada tahap di mana teknologi tersebut sudah terintegrasi di masyarakat. Ketika ingin berbelanja di gerai restoran cepat saji masyarakat Cina sudah tidak perlu mengeluarkan ponsel pintar untuk melakukan transaksi karena restoran tersebut sudah mengetahui identitas dari calon pembeli serta saldo yang dimiliki mereka hanya dengan menggunakan pemindaian kamera. Karena pemerintah Cina sangat mendorong, mem-push pertumbuhan AI. AI di Indonesia memang belum memiliki kompleksitas seperti di Cina. Namun demikian sudah dapat dirasakan dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana melalui teknologi chatbot yang mungkin sering dijumpai di aplikasi-aplikasi pesan instan seperti Line, Telegram ataupun Whatsapp. Chatbot adalah program komputer yang didesain untuk menstimulasi percakapan dengan pengguna manusia dalam sebuah platform berbentuk teks ataupun audio. AI di Asia Tenggara memang tengah meningkat dengan Indonesia memimpin tren positif. Pada 2018, survei ini melibatkan total 502 eksekutif dan kepala lini bisnis IT di Asia Pasifik (kecuali Jepang), termasuk 146 responden dari Asia Tenggara (Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand).
Keuntungan Artificial Intelligence di Indonesia
Kemampuan AI untuk memberikan perusahaan-perusahaan tersebut pemahaman yang lebih menyeluruh dan lebih baik untuk mengadopsi teknologi tersebut. Sebanyak 24,6 persen organisasi di Indonesia telah mengadopsi AI. Ada juga 5 industri di Indonesia yang sudah mengadopsi AI, yakni perbankan, telekomunikasi, healthcare,
e-commerce, dan fast moving consumer goods (FMCG). Di bidang telekomunikasi misalnya, adopsi teknologi AI diterapkan pada layanan customer service dan lainnya. Survei ini menyebutkan bahwa lebih dari 80 persen perusahaan di Cina dan Korea Selatan percaya bahwa AI akan menjadi bagian krusial dari sukses dan daya saing perusahaan di masa depan. sayangnya, Indonesia juga memiliki persentase paling tinggi (59 persen) terkait jumlah organisasi atau perusahaan yang tidak memiliki rencana untuk mengadopsi teknologi AI dalam lima tahun ke depan, masih dari survei yang sama. Ini menandakan bahwa masih terdapat bisnis yang bersifat tradisional yang masih ragu untuk melakukan lompatan pada operasional bisnis mereka.
Peter Sugiapranata Country Manager SAS Indonesia. Menyebutkan tantangan utama yang perlu diatasi dalam beberapa tahun ke depan terkait perkembangan teknologi serta adopsi AI di Indonesia adalah bagaimana Indonesia dapat menempatkan AI sebagai pembeda dalam menjalankan bisnis. Selain itu, akses terhadap talenta sumber daya manusia juga dapat menjadi hambatan lainnya "Indonesia adalah pasar yang sempurna untuk AI untuk berkembang. Dasar dari AI dan analitik terletak pada ketersediaan data dan Indonesia memiliki volume serta skala [data] yang tepat untuk menjustifikasi investasi pada AI,” kata Sugiapranata.
(FM)