Implan Otak Neuralink Elon Musk Dipakai 12 Pasien, Bikin Lumpuh Bisa Gerak Lagi

Sarah Shabrina . September 11, 2025

Teknologi.id – Neuralink resmi mengumumkan keberhasilan mereka menanamkan implan otak kepada pasien ke 12. Dengan keberhasilan ini, Neuralink membuktikan kelayakan teknologinya yang memungkinkan otak manusia mengirimkan sinyal langsung kepada komputer atau perangkat lain untuk membantu pasien lumpuh dan gangguan saraf menjalani kehidupan sehari-hari.

Neuralink dan Teknologi Implan Otak

Neuralink merupakah sebuah perusahaan startup neuroteknologi yang didirikan oleh Elon Musk pada tahun 2016. Perusahaan ini terletak di Pioneer Building, San Fransisco, California.

Neuralink berfokus pada pengembangan teknologi kesehatan manusia khususnya pada implan otak untuk membantu pasien yang mengalami kelumpuhan. Teknologi yang dikembangkan yaitu Brain-Computer Interfaces (BCI) atau teknologi antarmuka otak-komputer dengan menanamkan chip pada otak manusia.

Teknologi ini bertujuan agar pasien yang mengalami kelumpuhan dapat menggunakan otaknya secara maksumal dengan mengendalikan komputer atau perangkat seluler. Uji coba implan otak dimulai pada tahun 2024 dengan pasien pertamanya Noland Arbaugh.

Meskipun Neuralink berada di Amerika Serikat, tetapi Neuralink juga membuka studi aktif di beberapa negara seperti Canada, Inggris Raya (United Kingdom), dan Uni Emirat Arab.

Di tanggal 31 Juli, Neuralink meluncurkan studi klinisnya di Inggris Raya dan bermitra dengan University College London Hospitals Trust dan Newcastle Hospitals. Sedangkan di Canada, Neuralink berhasil menyelesaikan 2 operasi implan otak sebagai prosedur pertama di luar Amerika Serikat.

Neuralink juga menawarkan bagi pasien penderita kelumpuhan akibat cedera tulang belakang dan penyakit sistem syaraf (ALS) yang ingin berpartisipasi dalam penelitian nya untuk mengunjungi dan mendaftar pada situs website Neuralink.

Baca Juga: Eli Lilly Luncurkan TuneLab, Platform AI untuk Percepat Penemuan Obat Baru

Cara Kerja Implan Otak Neuralink

Implan otak yang dilakukan Neuralink mengunakan teknologi  Brain Computer Interfaces (BSI) yang disebut dengan “Link”.

Cara kerja dari “Link” sendiri berupa sebuah chip yang ditanam pada otak manusia. chip ini menggunakan benang tipis dan dilengkapi dengan 1.024 elektroda yang dapat merekam aktivitas neutron, sel saraf yang dalam mengendalikan fungsi tubuh.

Dengan merekam dan mengkode sinyal saraf dari neutron, chip ini memungkinkan pengguna untuk mengendalikan perangkat melalui pikiran. Elon Musk menamai implan ini dengan sebutan “telepati”, sebab dengan melakukan implan dapat membantu pasien untuk menggunakan perangat atau komputer melalui pikirannya.

Pasien-Pasien yang Mendapatkan Implan Otak dari Neuralink

Melalui akun media sosial resmi X (twitter) @neuralink, pada selasa 9 September mereka mengumumkan bahwa sudah ada 12 orang yang menggunakan implan Neuralink.

 

“kini terdapat 12 orang di seluruh dunia yang menggunakan implan Neuralink. Secara keseluruhan, mereka telah menggunakan perangkat tersebut selama 2.000 hari dan telah mengumpulan lebih dari 15.000 jam penggunaan. Kami berharap dapat terus mengeksplorasi kemungkinan antarmuka saraf dengan semua peserta kami” tulis Neuralink dalam unggahannya.

Jumlah ini meningkat dari bulan juni lalu ketika mitra Neutralink yaitu Barrow Neurological melalui akun media sosial X nya @BarrowNeuro mengumumkan ada 7 orang  yang telah menerima implan N1. Implan N1 ini adalah sebuah perangkat Brain Computer Interface (BCI) yang memungkinkan sesorang dengan kelumpuhan disebabkan cedara sumsum tulang belakang di leher atau stroke dapat mengendalikan komputer dengan pikiran mereka.

4 dari 7 pasien yang mendapatkan implan N1 yaitu:

1. Noland

Seseorang yang mengalami cedera tulang belakang. Setelah menggunakan perangkat Neuralink, ia berpartisipasi sebagai peserta studi dan menggunakan perangkat untuk bermain gim video dan menemukan tujuan hidupnya.

2. Alex

Sebelum ia mengalami cedera tulang belakang, Alex bekerja untuk merakit komponen mesin di sebuah bengkel. Setelah mendapatkan implan N1, ia kembali bekerja untuk merancang komponen mesin 3D dengan bantuan CAD (computer-aided design). Alex juga terlibat dalam studi CONVOY dan menggunakan implan N1 untuk mengendalikan lengan robot.   Dalam sebuah video pendek yang di unggah Neuralink, terlihat Alex sedang mengendalikan tangan robot virtual dengan pikirannya untuk bermain gunting, batu, kertas melawan pamannya.

3. Brad

Orang pertama yang menerima implan N1 pada kasus ALS (Amyotrophic Laateral Sclerosis)

4. Mike

Seperti Brad, Mike mengalami ALS dan mendapatkan implan N1. Melalui implan tersebut dan bantuan perangkat lunak CAD, Mike dapat melanjutkan pekerjaanya sebagai pekerja survei dari rumah.

Selain itu melalui projek miami, Neuralink juga berhasil melakukan implan otak kepada seorang veteran militer Amerika Serikat yang lumpuh akibat kecelakaan sepeda motor, RJ.

RJ berhasil menerima implan pada bulan April 2025 dan merupakan peserta kelima dalam studi PRIME (Precise Robotically Implanted Brain-Computer Interface) dan orang pertama yang di implan dalam “The Miami Project to Cure Paralysis dan Departemen Bedah Saraf di University of Miami Health System.

“Mereka mengembalikan semangat saya. Mereka telah mengembalikan tujuan hidup saya. Sekarang saya, bisa bangkit dan menyalakan kembali semangat itu untuk orang-orang berikutnya yang akan datang” ucap RJ.

Baca Juga: Vaksin Kanker Buatan Rusia Enteromix Lulus Uji Klinis, Diklaim 100% Efektif

Risiko dan Tantangan Etis penggunaan Implan Otak

Perusahaan ini sempat di kritik habis-habisan sebab mereka melakukan uji coba pada hewan primtif. Physicians Committee for Responsible Medicine juga sempat mengatakan bahwa Neuralink kedapatan gagal dalam beberapa operasinya.

Sebelumnya, ditahun 2022 ketika Neuralink mengajukan izin untuk melakukan implan pertamanya pada Badan pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), FDA menolak izin tersebut. kemudian dua tahun kemudian, pada 2024, FDA mengizinkan Neuralink untuk melakukan uji klinis pada manusia.

Meskipun Neuralink menjanjikan secara teknologi, tetapi ada kekhawatiran pada dampak sosial. Maka dari itu, para peneliti neuroteknologi berpendapat bahwa keamanan dan transparansi dalam uji klinis tetap menjadi pertimbangan penting.

Baca artikel dan berita lainnya di Google News.

(SS)

Share :