Perkembangan teknologi informasi di segala bidang membuat banyaknya tumpukan data yang kian bertambah setiap harinya. Tumpukan data ini berasal dari berbagai aplikasi dan mesin. Contohnya saja, jika kita mengakses website tertentu atau aplikasi tertentu maka besar kemungkinan data kelakuan kita di website atau aplikasi tersebut akan di rekam untuk digunakan di kemudian hari.
Mudahnya melakukan akuisisi data melalui media aplikasi dan internet inilah yang membuat membludaknya data yang disimpan di setiap perusahaan. Mulai dari data data marketing, bisnis, finansial, data produktivitas dan lain sebagainya. Data data ini kemudian akan dimanfaatkan oleh organisasi yang bersangkutan untuk keperluan peningkatan layanan dan juga untuk mengerti lebih dalam kelakuain pelanggan. Kemudian informasi ini bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan bisnis.
Contoh di atas terdengar sangat mudah, akan tetapi implementasi di lapangan sangatlah sulit karena banyaknya perbedaan data, perbedaan aplikasi dan juga kecepatan serta volume data yang harus di olah menjadi informasi yang berguna. Sebagai contoh sebuah perusahaan biasanya menggunakan lebih dari 10 aplikasi untuk menunjang bisnis mereka, mulai dari aplikasi marketing, promosi, finansial, operasi dan produksi. Semua aplikasi tersebut menghasilkan data dalam format dan karakteristik yang berbeda beda. Hambatan ini biasanya dikenal dengan istilah data SILO atau data yang tercecer dimana mana sehingga sulit dimanfaatkan.
Menurut riset dari Mckinsey, 78% kegagalan organisasi dalam melakukan transformasi digital disebabkan karena faktor teknologi, salah satunya teknologi pengolahan data. Inilah yang membuat teknologi pengolahan data menjadi sangat menarik apalagi di era new normal seperti sekarang ini. Pemerintah Indonesia juga tidak kalah cepat dalam mengantisipasi masalah tumpukan data yang menjadikan kesimpangsiuran informasi dengan mengesahkan Peraturan Presiden PERPRES No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia. Perpres inilah yang kemudian mendorong setiap lembaga negara untuk melakukan unifikasi data sehingga memberikan sumber kebenaran tunggal.
Program satu data adalah fondasi utama dalam melakukan transformasi digital, tanpa sumber data yang benar dan akurat, maka keputusan keputusan yang diambil dari informasi itu tidaklah benar. Bahkan menurut riset yang dilakukan Forbes, 10% kenaikan kualitas pengolahan data akan menyumbangkan rata rata 1 trilyun tambahan pendapatan bagi perusahan perusahaan besar di Amerika Serikat.
Di Indonesia, teknologi satu data tergolong sesuai yang baru. Banyak perusahaan yang berusaha mengimplementasikan tetapi kesulitan dikarenakan kekurangan tenaga ahli atau harga infrastruktur perangkat lunak yang begitu mahal. Oleh karena itulah, Volantis.io sebagai prusahaan rintisan karya anak bangsa berusaha memecahkan masalah tersebut dengan membangun platform lokal dengan kualitas global. Volantis.io dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan mampu mempersingkat waktu implementasi satu data, dari rata rata 6 bulan menjadi 3 hari dengan sepersepuluh harga yang ditawarkan kompetitor global.