Teknologi.id - Startup di Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dengan munculnya fenomena tech winter. Fenomena ini mengacu pada penurunan investasi di sektor teknologi yang cukup tajam dan berdampak pada lanskap investasi di Indonesia. Indonesia memiliki 2.647 startup dan menempati posisi keenam di dunia dalam jumlah perusahaan rintisan. Namun, potensi besar ini sedang diuji oleh ketidakpastian ekonomi global serta perubahan pendekatan investor dalam memberikan pendanaan. Kondisi ini menjadi pemicu terjadinya tech winter bagi startup di tanah air.
Fenomena tech winter telah mengubah fokus utama para investor. Jika sebelumnya mereka cenderung berorientasi pada pertumbuhan cepat, kini perhatian mereka lebih tertuju pada profitabilitas dan cashflow yang berkelanjutan. Menurut mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, investor sekarang lebih selektif dalam memilih startup untuk berinvestasi. Mereka cenderung akan memilih startup yang memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang. Perubahan fokus ini menciptakan tantangan besar bagi startup di Indonesia, terutama yang masih berada dalam tahap awal pengembangan. Banyak dari mereka yang kesulitan mendapatkan pendanaan, padahal kebutuhan akan modal untuk bertahan dan berkembang sangat tinggi.
Riset dari Traxcn, platform survei terkait startup, menunjukkan penurunan tajam pada investasi. Selama semester pertama 2024, investasi tahap awal (seed stage) di Indonesia turun sebesar 42%. Secara nominal, investasi yang sebelumnya mencapai USD45 juta atau sekitar Rp698 miliar, turun menjadi USD26 juta. Penurunan juga terjadi pada pendanaan tahap awal (early stage), yang turun 24%. Sementara itu, pendanaan tahap lanjutan (later stage) anjlok hingga 85%. Data ini menunjukkan betapa besar dampak tech winter terhadap ekosistem startup di Indonesia, yang sebelumnya berpotensi menciptakan banyak unicorn baru.
Baca Juga: PlayStation Akan Menghadirkan World Tour Concert 2025-2026
Selain itu, pada 2024 ini Indonesia belum mencatatkan adanya unicorn baru. Unicorn adalah istilah yang digunakan untuk menyebut startup dengan valuasi lebih dari USD1 miliar. Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menghasilkan beberapa unicorn yang berhasil menarik perhatian dunia, seperti Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak. Namun, dengan adanya penurunan investasi ini, munculnya unicorn baru di Indonesia seolah tertunda.
Solusi
Di tengah kondisi yang penuh tantangan ini, beberapa inisiatif mulai diluncurkan untuk membantu keberlangsungan startup di Indonesia. Salah satu langkah penting adalah peluncuran MUIP Garuda Fund, sebuah dana ventura yang digagas oleh Bank Danamon dan MUFG Innovation Partners. Dengan total dana sebesar USD100 juta, MUIP Garuda Fund berfokus pada investasi di startup tahap Seri A dan Seri B. Nilai investasi berkisar antara USD5 juta hingga USD10 juta untuk setiap perusahaan yang terpilih.
Tujuan utama dari pendanaan ini adalah untuk memperkuat ekosistem startup di Indonesia dan mendorong kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk antara startup, Bank Danamon, dan Adira Finance. Dengan adanya dana ventura ini, diharapkan startup yang masih dalam tahap awal hingga pertengahan dapat menerima suntikan modal yang sangat dibutuhkan untuk bertahan dalam masa tech winter. Tidak hanya sekadar memberikan dana, tetapi inisiatif ini juga bertujuan untuk memperkuat ekosistem digital di Indonesia secara keseluruhan.
Menurut Jin Yoshida, Global Alliance Strategic Director Bank Danamon, pendanaan ini diharapkan dapat memperluas platform digital yang dimiliki oleh startup, sekaligus memperkaya variasi solusi finansial yang ditawarkan. Salah satu startup yang telah menerima pendanaan dari MUIP Garuda Fund adalah Qoala, sebuah perusahaan teknologi asuransi (insurtech) yang menyediakan solusi asuransi digital terintegrasi. Dengan dukungan dana tersebut, Qoala berhasil mengembangkan platform digital mereka dan memperluas solusi finansial yang ditawarkan kepada konsumen. Ini menunjukkan bahwa meski dalam masa sulit, dengan dukungan yang tepat, startup masih bisa tumbuh dan berinovasi.
Baca Juga: Adobe Photoshop Kini Punya Fitur AI untuk Mempermudah Pengguna
Selain pendanaan, Bank Danamon juga memberikan dukungan bagi startup melalui solusi transaksi digital. Bank ini menyediakan produk-produk unggulan seperti QR Danamon dan Direct Debit Danamon, yang dirancang untuk memfasilitasi kebutuhan transaksi digital yang semakin berkembang di kalangan pengusaha startup. Produk-produk ini memungkinkan startup menjalankan bisnis mereka dengan lebih efisien, terutama dalam hal transaksi keuangan.
Fenomena tech winter tentu membawa tantangan besar bagi startup di Indonesia, namun bukan berarti tidak ada harapan. Startup yang mampu beradaptasi dengan perubahan fokus investor, memperkuat model bisnis, dan menghasilkan profitabilitas lebih cepat memiliki peluang besar untuk bertahan. Selain itu, dengan adanya inisiatif seperti MUIP Garuda Fund dan dukungan solusi digital dari perbankan, ekosistem startup di Indonesia masih memiliki potensi besar untuk berkembang lebih jauh. Meski kondisi saat ini penuh ketidakpastian, optimisme tetap ada bahwa startup Indonesia akan mampu mengatasi tantangan ini dan kembali melaju ketika kondisi global mulai membaik.
Baca berita dan artikel lainnya di: Google News
(ANNA)