Teknologi.id- Indonesia telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan startup di Asia Tenggara, dengan banyak perusahaan rintisan yang muncul dan berkembang pesat. Namun, tidak semua startup berhasil bertahan. Beberapa di antaranya harus gulung tikar karena berbagai alasan, mulai dari kehabisan modal hingga dampak pandemi COVID-19. Berikut adalah beberapa contoh startup terkenal di Indonesia yang telah tutup operasinya:
1. Zenius
Zenius, startup edutech yang menyediakan platform pendidikan online dan memiliki jaringan bimbingan belajar Primagama, mengumumkan penghentian operasional sementara pada awal 2024. Mereka menghadapi tantangan operasional yang signifikan, yang memaksa mereka untuk menghentikan kegiatan sementara.
2. Rumah.com
Platform marketplace properti, Rumah.com, yang dimiliki oleh PropertyGuru, menutup operasinya pada Agustus 2023. Penutupan ini berdampak pada 61 pegawai yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk mengakhiri bisnis marketplace di Indonesia.
Baca Juga : Perusahaan Startup di Indonesia Alami Tech Winter, Ada Apa?
3. JD.ID
JD.ID, bagian dari raksasa e-commerce JD.com, resmi menutup seluruh layanannya pada 31 Maret 2023. Penutupan ini merupakan bagian dari keputusan strategis JD.com untuk fokus pada pembangunan jaringan rantai pasok lintas-negara, dengan logistik dan pergudangan sebagai intinya.
4. Airy Rooms
Airy Rooms, startup yang bergerak di bidang hotel aggregator, menghentikan operasionalnya pada 31 Mei 2020. Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar pada bisnis mereka, yang sebelumnya sedang naik daun. CEO Airy Rooms Indonesia, Louis Alfonso Kodoatie, menyatakan bahwa penghentian operasional dilakukan karena kondisi pasar yang berubah drastis akibat pandemi.
5. Fabelio
Fabelio, startup yang bergerak di bidang furnitur, juga harus menutup operasinya. Mereka menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan bisnis di tengah persaingan yang ketat dan perubahan perilaku konsumen selama pandemi.
6. Sorabel
Sorabel, sebelumnya dikenal sebagai Sale Stock, adalah startup e-commerce fashion yang menargetkan pasar kelas menengah ke bawah. Mereka mengumumkan penutupan operasional pada Juli 2020. Sorabel menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan model bisnis mereka di tengah persaingan ketat dan perubahan perilaku konsumen selama pandemi COVID-19.
7. Qlue
Qlue, startup yang fokus pada solusi smart city, juga mengalami kesulitan dan akhirnya menutup beberapa layanannya. Meskipun mereka berhasil mendapatkan beberapa kontrak dengan pemerintah daerah, tantangan dalam skala besar dan keberlanjutan bisnis membuat mereka harus mengurangi operasional.
Baca juga : 3 Startup Climate Tech Raih 10 Miliar, Ciptakan Teknologi Solusi Perubahan Iklim
8. Stoqo
Stoqo, startup yang menyediakan layanan B2B untuk kebutuhan bahan baku restoran, menghentikan operasionalnya pada April 2020. Pandemi COVID-19 yang menyebabkan penutupan banyak restoran dan bisnis makanan menjadi faktor utama di balik keputusan ini
9. KoinWorks
KoinWorks, platform peer-to-peer lending, menghadapi tantangan regulasi dan persaingan yang ketat. Meskipun mereka masih beroperasi dalam skala terbatas, beberapa layanan mereka telah dihentikan karena kesulitan dalam mempertahankan pertumbuhan dan profitabilitas.
10. Bridestory
Bridestory, platform perencanaan pernikahan yang diakuisisi oleh Tokopedia, juga mengalami penurunan signifikan dalam bisnisnya. Pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyak pernikahan ditunda atau dibatalkan menjadi faktor utama yang mempengaruhi operasional mereka.
Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan startup di Indonesia. Menurut laporan dari CB Insights, dua alasan utama adalah kehabisan dana (ran out of cash) dan tidak adanya kebutuhan pasar (no market need). Selain itu, faktor manajerial seperti kurangnya pengalaman dan visi yang jelas dari founder juga berperan besar dalam kegagalan startup.
Startup yang gagal sering kali tidak mampu beradaptasi dengan perubahan pasar atau menghadapi tantangan operasional yang tidak terduga. Pandemi COVID-19 juga menjadi faktor signifikan yang mempercepat kegagalan banyak startup, terutama yang bergerak di sektor-sektor yang terdampak langsung seperti pariwisata dan perhotelan.
Banyaknya pemain di pasar yang sama membuat persaingan semakin sulit, terutama bagi startup yang belum memiliki keunggulan kompetitif yang kuat.
Selain itu, Perubahan regulasi yang cepat dan ketat dapat menjadi tantangan besar bagi startup, terutama yang bergerak di sektor keuangan dan teknologi.
Bahkan Beberapa startup gagal mendapatkan dukungan finansial yang cukup dari investor, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan ekspansi bisnis.
Startup yang berhasil biasanya memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan memiliki visi yang jelas serta dukungan finansial yang kuat. Namun, bagi banyak startup, tantangan ini terlalu besar untuk diatasi, yang akhirnya menyebabkan mereka harus menutup operasional.
Baca artikel dan berita lainnya di Google News
(nda)