Teknologi.id - Beredar kabar bahwa Matahari akan mengalami lockdown (penguncian diri), atau lebih tepatnya akan memasuki periode 'solar minimum' yang berarti terjadinya penurunan aktivitas di permukaan Matahari secara drastis.
Menurut para ilmuwan, fenomena periode solar minimum kali ini bakal menjadi yang terparah dalam satu abad terakhir karena sunspot atau titik hitam di matahari telah menghilang dari pandangan.
"Jumlah titik matahari mengindikasikan ini peristiwa paling dalam sejak satu abad terakhir. Medan magnet Matahari telah melemah, memungkinkan pancaran kosmik ekstra masuk ke tata surya," kata astronom Tony Phillips dikutip dari New York Post, Senin (18/5).
Baca juga: Program Tes COVID-19 Bill Gates Dihentikan Pemerintah AS, Kenapa?
"Kelebihan sinar kosmik akan menimbulkan bahaya kesehatan bagi astronot dan pelancong kutub utara, memengaruhi elektro-kimia atmosfer atas bumi, dan membantu memicu petir," tambah Phillips.
Beberapa pihak pun khawatir fenomena ini akan mengulangi periode Dalton Minimum yang terjadi pada 1790 dan 1830. Mereka mengaitkan fenomena tersebut dengan terjadinya berbagai bencana yang mengancam kehidupan di Bumi seperti menyebabkan musim dingin yang parah, gempa bumi, serta letusan gunung berapi yang kuat.
Pada periode Dalton Minimum 1790 dan 1830 tersebut, suhu bahkan merosot hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun, sehingga juga menghancurkan produksi pangan dunia karena kegagalan panen.
Selain itu, beberapa data yang mendukung dugaan tersebut adalah adanya letusan besar Gunung Tamboro, Nusa Tenggara Barat, pada 10 April 1815, yang menewaskan 71.000 orang.
Bahkan tahun 1816 sampai disebut 'Tahun Tanpa Musim Panas' karena bulan Juli yang harusnya mengalami musim panas justru turun salju.
Baca juga: Messenger Rooms Rilis untuk Seluruh Pengguna, Begini Cara Pakainya
Tidak timbulkan bencana
Menanggapi kabar tersebut, peneliti sains antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung, Dr Johan Muhammad membenarkan bahwa Matahari saat ini sedang berada pada fase minimum.
Namun ketika disinggung mengenai adanya keterkaitan antara fenomena tersebut dengan munculnya bencana di Bumi, ia menampiknya.
“Tidak benar solar minimum bisa menimbulkan bencana parah di Bumi,” tegas Johan, dikutip dari Kompas.com, Senin (18/5).
Baca juga: Program Tes COVID-19 Bill Gates Dihentikan Pemerintah AS, Kenapa?
Solar minimum, lanjutnya, memang dapat menyebabkan radiasi kosmik galaksi yang masuk ke Bumi meningkat sehingga mempengaruhi pembentukan awan pada atmosfer.
“Namun, sejauh ini pengaruh solar minimum tidak mengakibatkan bencana besar. Karena solar minimum sudah terjadi sejak dahulu, dan terus berulang setiap sekitar 11 tahun," jelasnya.
Ia menyebut, bila benar fenomena solar minimum menyebabkan bencana parah di Bumi, seharusnya para ilmuwan sudah menyadarinya sejak dulu dan menemukan banyak bencana yang terjadi pada periode tersebut.
"Seharusnya kita bisa melihat banyak bencana terjadi pada saat solar minimum, tapi kami belum menemukan pola seperti itu,” ungkapnya.
(dwk)