Benarkah Satu Hari Akan Jadi 25 Jam? Ilmuwan Beberkan Proses Penyebabnya!

Irmanon Riandina . December 29, 2025


Foto: Getty Images/photovideostock 

Teknologi.id - Pernahkah kamu membayangkan jika suatu hari nanti durasi sehari tidak lagi 24 jam, melainkan menjadi 25 jam? Klaim ini terdengar seperti fiksi ilmiah atau teori konspirasi. Namun faktanya, para ilmuwan menyebut bahwa hal tersebut memang mungkin terjadi secara ilmiah. Meski begitu, perubahannya tidak akan terjadi dalam waktu yang singkat dan perlu proses yang lama

Secara teknis, durasi hari di Bumi memang diperkirakan akan bertambah menjadi 25 jam. Namun proses ini berlangsung sangat lambat dan membutuhkan waktu ratusan juta tahun. Proses ini berlangsung begitu lambat hingga tidak akan berdampak pada kehidupan manusia saat ini. Artinya, kita tidak perlu khawatir jam di rumah tiba-tiba “melambat” dalam waktu dekat. 

Baca juga: Sintesis Verticillin A Berhasil! Peneliti MIT Temukan Kunci Basmi Kanker Otak

Memahami Durasi Hari

Selama ini, kita mengenal satu hari sebagai periode waktu selama 24 jam. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep ini disebut sebagai solar day, yaitu waktu yang dibutuhkan Matahari untuk kembali ke posisi yang sama di langit, misalnya dari tengah hari ke tengah hari berikutnya.

Namun secara astronomi, ada konsep lain yang disebut sidereal day, yakni waktu yang dibutuhkan Bumi untuk berotasi satu kali penuh terhadap bintang-bintang yang sangat jauh. Durasi sidereal day sedikit lebih singkat, sekitar 23 jam 56 menit. Perbedaan kecil ini menunjukkan bahwa sistem waktu di Bumi sebenarnya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Yang perlu dipahami, rotasi Bumi tidak sepenuhnya statis. Kecepatannya berubah sangat kecil dari waktu ke waktu, dan perubahan inilah yang menjadi kunci utama mengapa durasi hari bisa bertambah.

Bulan, Pasang Surut, dan Rotasi Bumi

Faktor penyebab utama perubahan durasi hari adalah pasang surut laut yang dipengaruhi oleh gravitasi Bulan. Gaya tarik Bulan menyebabkan terbentuknya tonjolan pasang surut atau tidal bulges di Bumi. Tonjolan ini tidak selalu berada tepat di garis lurus dengan posisi Bulan karena Bumi terus berotasi. Akibat ketidakselarasan ini, terjadi gesekan yang secara perlahan menghambat laju rotasi Bumi. Energi rotasi yang hilang tidak lenyap begitu saja, melainkan berpindah ke Bulan dan membuatnya menjauh sedikit demi sedikit dari Bumi.

Bagaimana Ilmuwan Mengukur Perubahan?

Foto: Shutterstock/andrey_l

Perubahan mikro pada rotasi Bumi diukur menggunakan jam atom super-presisi, yang mampu mendeteksi perbedaan waktu hingga sepersekian detik. Selain itu, ilmuwan juga memanfaatkan catatan astronomi historis, seperti pengamatan gerhana dari ratusan hingga ribuan tahun lalu.

Perbedaan kecil antara pengukuran waktu jam dan rotasi Bumi dicatat serta diumumkan oleh lembaga internasional, salah satunya International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS). Melalui pemantauan inilah para ilmuwan dapat memastikan bahwa rotasi Bumi terus mengalami perlambatan secara perlahan dari waktu ke waktu.

Baca juga: NASA Ungkap Asteroid 16 Psyche, Harta Karun Logam yang Bisa Bikin Bumi Kaya Raya

Kapan Satu Hari Jadi 25 Jam?

Pertanyaannya, kapan hal ini akan terjadi? Jawabannya, bukan dalam waktu dekat. Para ilmuwan memperkirakan durasi satu hari akan mencapai 25 jam sekitar 200 juta tahun ke depan, dengan asumsi laju perlambatan rotasi Bumi tetap seperti sekarang. Sebagai perbandingan, jutaan tahun lalu durasi hari di Bumi hanya sekitar 18–19 jam. Saat itu, Bulan berada jauh lebih dekat dengan Bumi, sehingga efek pasang surut jauh lebih kuat. Seiring waktu, jarak Bulan bertambah dan durasi hari pun ikut memanjang. Saat ini, perubahan durasi hari hanya sekitar 1,7 hingga 2 milidetik per abad. Perubahan ini sangat kecil dan nyaris tak terasa dalam kehidupan manusia.

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk merasa cemas atau mengubah kebiasaan sehari-hari terkait waktu. Perpanjangan durasi hari ini tidak akan memengaruhi kehidupan manusia masa kini. Meski begitu, fenomena tersebut menarik untuk dicermati karena menunjukkan bahwa konsep waktu yang selama ini kita anggap konstan sebenarnya terbentuk dari rangkaian proses alam semesta yang berlangsung sangat lama.

Pada akhirnya, gagasan bahwa satu hari di Bumi bisa berlangsung hingga 25 jam bukanlah sekadar teori aneh, melainkan bagian dari dinamika alam yang terus bekerja tanpa henti. Meski perubahan tersebut terjadi terlalu lambat untuk dirasakan manusia, fakta ini memperlihatkan bagaimana interaksi antara Bumi, Bulan, dan hukum fisika membentuk ritme waktu yang kita jalani. Dari sini, kita diingatkan bahwa bahkan hal paling mendasar seperti panjangnya satu hari pun merupakan hasil perjalanan kosmik yang sangat panjang.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(ir/sa)

Share :