
Foto: NASA
Teknologi.id - Agensi Antariksa Amerika Utara (NASA) mengonfirmasi kabar yang dirilis pada November 2025 tentang proses signifikan dari misi Psyche, yang menargetkan asteroid 16 Psyche. Asteroid ini diyakini berlokasi pada sabuk asteroid di antara Mars dan Jupiter yang berjarak sekitar 370 juta kilometer dari bumi, mengorbit pada jarak rata-rata 370 juta kilometer dari bumi. Spacecraft (Wahana Antariksa) Psyche ini diluncurkan pada Oktober 2023, menunjukkan usaha ambisius untuk menyelidiki objek unik tersebut.
Harta Karun Penuh Logam dan Pengetahuan Ilmiah
Asteroid 16 Psyche diketahui berukuran 226 kilometer, atau setara dengan West Virginia, Amerika Serikat. Berdasarkan observasi, kepadatannya menujukkan kalau asteroid ini merupakan objek primitif yang lapisan luarnya terkikis akibat tabrakan hebat pada awal pembentukan sistem Tata Surya.
Materinya terbentuk dari besi nikel dan logam seperti emas dan platinum. Komposisinya berbeda dari mineral silikat (S-Type) pada umumnya atau senyawa karbon (C-Type). Diperkirakan komposisinya adalah 30% sampai 60% besi. Komposisi yang kaya akan logam menunjukkan kemungkinan asteroid ini adalah inti dari protoplanet kuno yang berpotensi terekspos.
Objek ini dirumorkan berpotensi membuat seluruh penduduk bumi sangat kaya. Berdasarkan laporan, nilai dari asteroid ini mencapai US$10.000 kuadriliun. Bahkan ada yang mengatakan nilainya mencapai US$700 kuintiliun. Dengan asumsi US$700 kuintiliun dibagikan ke seluruh populasi bumi sebanyak 7.6 miliar, maka tiap orangnya akan mendapat sebanyak US$93 miliar (Rp 1.552 triliun) jika Psyche 16 sukses ditambang, dikutip dari Business Standard, Senin (8/12/2025).
Baca juga: NASA & Google Kembangkan Dokter AI untuk Astronot, Bisa Selamatkan Nyawa!
Tujuan Misi dan Kemajuan Operasional
Tujuan utama misi ini adalah analisis ilmiah mendalam mengenai struktur internal asteroid tersebut. Studi asteroid 16 Psyche ini menawarkan kesempatan menarik untuk mengumpulkan data tentang inti dari planet berbatu. Data yang dikumpulkan dapat menjadi wawasan penting tentang proses pembentukan awal Tata Surya, termasuk terpisahnya planet menjadi beberapa inti. Para peneliti berusaha memahami bagaimana objek batuan dapat berbentuk dan berevolusi, menggunakan 16 Psyche sebagai lab alami untuk mengungkap misteri geologi planet. Eksplorasi Psyche adalah bagian dari Discovery Program milik NASA, yang menargetkan misi robotik biaya yang cukup terjangkau.
Misi ini akan memberikan informasi mengenai topografi, gravitasi, dan magnet selama rencana mengorbit 20 bulan mengelilingi asteroid. Instrumen yang dibutuhkan termasuk pencitraan multispektral, magnetometer, dan spektrometer sinar gamma dan neutron.
Penyelidikan berlanjut dengan tenaga penuh pada Juni 2025, setelah berhasil menyesuaikan saluran bahan bakar cadangannya. Sistem pendorong xenon-ion-nya penting untuk menjaga lintasan spacecraft. Total massa spacecraft saat diluncurkan mencapai 2.747 kilogram, termasuk beberapa eksperimen lanjutan, yang ditenagai panel surya berukuran 24 meter. Pencapaian penting berikutnya adalah manuver terbang mendekati Mars dengan bantuan gravitasi, yang dijadwalkan pada Mei 2026. Pembaruan pada tahun 2025 mengonfirmasi bahwa tekanan bahan bakar spaceraft telah stabil pada 26 pon per inci persegi.
Baca juga: NASA Umumkan Temuan Tanda Kehidupan Biologis di Planet Mars
Teknologi Inovatif dan Observasi Jarak Jauh
Misi ini juga menguji Deep Space Optical Communications (DSOC), teknologi laser inovatif yang mengirim data hingga 25 Mbps. Sementara itu, observasi jarak jauh dari Hubble telah mengonfirmasi variasi logam dan keberadaan silikat terhidrasi pada permukaan asteroid, bukti dari tabrakan kuno.
Dilema Legal Sumber Daya Luar Angkasa

Foto: NASA
Sayangnya, berita ini didampingi isu hukum. Direktur Program Sektor Swasta di Secure World Foundation, Ian Christensen mengatakan kurang jelasnya kepemilikan dari sumber daya ruang angkasa secara hukum.
"Ada beberapa celah dalam undang-undang, dan beberapa hal perlu diklasifikasi untuk memberikan kepastian lebih pada undang-undang saat ini," ucapnya.
Tidak ada otoritas yang bertanggung jawab atas alokasi sumber daya ruang angkasa. Izin saat ini dikeluarkan oleh pemerintah negara-negara yang melakukan kegiatan tersebut.
“Penegakan hukum dilakukan oleh otoritas pemerintah nasional, tetapi belum ada otoritas antariksa khusus,” jelasnya. Regulasi paling komprehensif mengenai aktivitas antariksa adalah Perjanjian Antariksa PBB, yang diterbitkan pada tahun 1967.
Rebeca Keller, seorang analis sains dan teknologi di Stratfor, menambahkan bahwa masalah ini dapat diinterpretasikan dari kedua sisi dan menimbulkan kontroversi, dengan para ahli masih mendebatkan penggunaan yang tepat dari sumber daya ini.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(yna/sa)

Tinggalkan Komentar