Teknologi.id - Pada hari Kamis (29/2/2024), harga Bitcoin terus melonjak dengan luar biasa. Menurut data dari CoinDesk, dalam 24 jam terakhir, harga Bitcoin mencapai sekitar 56.740 dollar AS atau sekitar Rp 890,9 juta. Bahkan, harga sempat mencapai level tertinggi sebesar 64.037 dollar AS atau sekitar Rp 1,005 miliar per kepingnya. Pada pagi hari Kamis sekitar pukul 08.15 WIB, harga Bitcoin diperdagangkan sekitar 61.363 dollar AS atau sekitar Rp 963,5 juta per keping.
Rekor harga tertinggi ini menjadi yang terbesar dalam hampir 2,5 tahun terakhir. Sebelumnya, Bitcoin terakhir kali diperdagangkan di atas 57.000 dollar AS lebih dari dua tahun yang lalu, pada sekitar 29 November 2021.
Sejak itu, Bitcoin mengalami periode melemah atau bearish, bahkan sempat mencapai harga terendah sekitar 16.000 dollar AS atau sekitar Rp 251,3 juta per keping pada November 2022.
Namun, dalam setahun terakhir, mulai dari Januari 2023 hingga Januari 2024, harga Bitcoin mulai bangkit kembali. Ada dua faktor utama yang mendorong lonjakan harga ini:
1. Disahkannya ETF Bitcoin Spot
Salah satu faktor utama adalah disahkannya Exchange-Traded Funds (ETF) berbasis Bitcoin oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat pada 10 Januari 2024. Ini merupakan pertama kalinya regulator AS memberikan izin untuk ETF Bitcoin. ETF Bitcoin spot ini berperan seperti reksa dana, memungkinkan investor untuk dengan mudah membeli dan menjual Bitcoin serta melacak pergerakan harga. Sejak Januari lalu, sudah ada 11 instrumen ETF Bitcoin spot yang disetujui SEC dan diperdagangkan di bursa Nasdaq, NYSE, dan CBOE.
Menurut data terbaru, sembilan ETF Bitcoin spot baru telah mengumpulkan total 300.000 BTC, dengan pemasukan senilai 17 miliar dollar AS atau sekitar Rp 266,5 triliun sejak debut publiknya pada 11 Januari. Arus masuk bersih ETF Bitcoin spot ini bahkan melampaui 6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 94 triliun dalam waktu lebih dari 1 bulan.
Baca juga: Harga Bitcoin Melesat ke Angka Fantastis Rp 902 Juta, Ini Penyebabnya
2. Menuju Halving Day April 2024
Lonjakan harga Bitcoin juga didorong oleh peristiwa "halving day" yang akan terjadi pada sekitar 19 atau 20 April 2024. Halving day adalah peristiwa di mana imbalan untuk menambang blok baru di blockchain Bitcoin dipotong setengahnya, dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC per blok. Hal ini bertujuan untuk membatasi pasokan dan mengendalikan inflasi Bitcoin. Berdasarkan sejarah, harga Bitcoin selalu meningkat secara signifikan setelah halving day.
Misalnya, setelah halving tahun 2012, harga Bitcoin mencapai 1.000 dollar AS, dan setelah halving tahun 2016, mencapai 20.000 dollar AS. Bahkan, halving terakhir pada 2020 membawa Bitcoin mencapai harga tertinggi sepanjang masa di level 69.000 dollar AS. Dengan pasokan yang berkurang dan permintaan yang terus tinggi, diperkirakan harga Bitcoin akan mencapai rekor baru sekitar 88.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,37 miliar sepanjang tahun 2024, stabil di sekitar 77.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,2 miliar pada akhir tahun.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)