Foto: Zamane
Teknologi.id – Pada hari Jumat 06 Agustus 2021 waktu setempat di
Hiroshima, Jepang, diperingati 76 tahun sejak AS menjatuhkan bom atom pertama
di dunia.
Bom atom ini sampai menewaskan
sekitar 140.000 orang. Lalu, apakah masih ada radiasi di Nagasaki dan
Hiroshima?
Melansir Detik dari situs resmi
The City of Hiroshima, radiasi di Hiroshima dan Nagasaki saat ini setara dengan
tingkat radioaktivitas alami yang sangat rendah.
Radiasi di Hiroshima dan Nagasaki
diklaim tidak berpengaruh pada tubuh manusia.
"Bom atom berbeda dari bom konvensional dalam hal memancarkan energi ledakan, besaran dan radiasinya sama sekali berbeda. Dari energi yang dipancarkan, 5% adalah radiasi awal dan 10% adalah radiasi sisa," jelas situs tersebut.
Baca juga: Ini Fakta dan Kecanggihan Bom yang Dijual AS ke Israel
Radiasi awal yang dipancarkan
pada saat ledakan awal menimbulkan kerusakan besar pada tubuh manusia.
Sebagian besar dari korban yang
terkena radiasi langsung dalam radius satu kilometer kemungkinan besar akan
meninggal dunia.
Radiasi sisa adalah radiasi yang
dipancarkan kemudian setelah bom jatuh. Sekitar 80% dari semua radiasi sisa
dipancarkan dalam waktu 24 jam.
Penelitian telah menunjukkan
bahwa 24 jam setelah pengeboman, jumlah radiasi sisa yang akan diterima
seseorang di hiposenter (pusat jatuhnya bom) menjadi 1 banding 1000 dari jumlah
yang diterima setelah ledakan.
Seminggu kemudian, itu akan
menjadi 1 per 1.000.000. "Dengan demikian, radiasi sisa menurun dengan
cepat," tulis situs tersebut.
Radiasi juga dapat memiliki efek yang terjadi dalam skala yang lebih lama, seperti kanker, dengan menyebabkan mutasi pada DNA sel hidup.
Baca juga: Mengenal MAARS Robot, Tank Remote Control Penjinak Bom
Secara teori, radiasi dapat
merusak DNA hingga mengubah gen. Namun, perlu bertahun-tahun setelah paparan
sebelum adanya peningkatan angka kejadian kanker akibat radiasi.
Di antara efek jangka panjang
yang diderita oleh para penyintas bom atom, yang paling mematikan adalah
leukemia.
Peningkatan leukemia muncul
sekitar dua tahun setelah serangan dan memuncak sekitar empat sampai enam tahun
kemudian. Anak-anak terkena dampak paling parah.
The Radiation Effects Research
Foundation memperkirakan risiko leukemia yang dapat diatribusikan adalah 46%
dari korban bom.
Saat ini banyak ilmuwan dan
tenaga kesehatan lebih banyak menaruh perhatian pada anak-anak yang lahir dari
para penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
(fpk)