Teknologi.id - Beberapa orang memiliki akun media sosial bukan untuk berbagi kehidupan pribadi, melainkan sekadar mencari informasi tambahan atau hiburan. Mereka jarang sekali, atau bahkan tidak pernah, mengunggah status tentang kehidupan mereka.
Bagi mereka, privasi adalah prioritas yang penting, dan hal ini justru dilihat sebagai tanda kualitas hidup yang baik oleh para psikolog. Dilansir dari Geediting pada 10 Desember 2024, berikut adalah beberapa alasan mengapa jarang main medsos dapat menjadi indikator kelebihan atau kualitas hidup yang baik:
1. Menghargai Waktu untuk Diri Sendiri
Orang yang jarang aktif di media sosial sering kali lebih menghargai kesendirian dan waktu pribadi mereka. Mereka menggunakan waktu ini untuk refleksi diri dan pengembangan pribadi, bukan sekadar mengunggah atau mencari validasi di dunia maya.
Bukan berarti mereka penyendiri atau antisosial. Bahkan, mereka bisa sangat mudah bergaul jika diperlukan. Namun, mereka lebih menyukai interaksi tatap muka yang lebih bermakna dibandingkan koneksi digital. Bagi mereka, hubungan di dunia nyata terasa lebih autentik dan memuaskan.
2. Prioritas pada Kehidupan Nyata
Bagi mereka, kehidupan nyata jauh lebih penting daripada citra yang ditampilkan di media sosial. Mereka tidak merasa perlu untuk merekam atau memamerkan setiap momen hidup di platform digital.
Sebaliknya, mereka memilih untuk menikmati momen tersebut sepenuhnya, menyerap pengalaman, dan kemudian melakukan refleksi jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Fokus ini memungkinkan mereka untuk hidup lebih sadar dan hadir dalam setiap momen.
3. Tingkat Kecemasan yang Lebih Rendah
Orang yang menjaga privasi di media sosial cenderung memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang tinggi sering kali berkorelasi dengan meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi.
Meskipun ini bukan berarti mereka sepenuhnya bebas dari kecemasan, tidak adanya tekanan untuk menjaga citra tertentu atau membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat menciptakan ketenangan pikiran yang lebih besar.
Baca juga : Australia Akan Larang Anak di Bawah 16 Tahun Pakai Medsos, Indonesia Perlu Tiru?
4. Menjunjung Kejujuran
Mereka yang jarang mengunggah di media sosial biasanya lebih jujur terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Mereka tidak berusaha menciptakan gambaran "sempurna" tentang hidup mereka hanya untuk mendapatkan pengakuan dari dunia maya.
Sebaliknya, mereka lebih memilih menjalani kehidupan yang autentik, sering kali bersama orang-orang terdekat mereka. Pendekatan ini, menurut para psikolog, membantu meningkatkan harga diri dan mendukung kesehatan mental yang lebih baik.
5. Lebih Mudah Bergaul
Meski jarang terlihat aktif di media sosial, orang-orang ini cenderung memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Mereka lebih suka membangun hubungan nyata dengan orang lain, seperti menghabiskan waktu berbicara mendalam tentang kehidupan, impian, atau pengalaman.
Bagi mereka, percakapan yang bermakna jauh lebih penting daripada mendapatkan perhatian melalui unggahan yang dilihat oleh ratusan orang.
6. Menghormati Privasi, Baik Diri Sendiri maupun Orang Lain
Orang yang menjaga privasi di media sosial cenderung sangat menghormati privasi, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Mereka memahami pentingnya menjaga aspek-aspek tertentu dari kehidupan agar tetap pribadi.
Mereka juga jarang membagikan informasi tentang orang lain tanpa izin atau terlibat dalam gosip. Sebagai gantinya, mereka menghormati batasan dan memahami pentingnya ruang pribadi, baik secara fisik maupun digital.
7. Tidak Terpengaruh Tren (Anti-FOMO)
Orang-orang ini tidak mudah terpengaruh oleh tren atau tekanan dari lingkungan. Sebaliknya, mereka menjalani hidup berdasarkan nilai dan keyakinan mereka sendiri.
Pendekatan ini membuat mereka merasa lebih puas dengan diri sendiri. Para psikolog menyatakan bahwa sifat ini berkontribusi besar terhadap kesejahteraan mental dan kebahagiaan secara keseluruhan.
Menggunakan media sosial secara terbatas dan jarang mengunggah kehidupan pribadi bukan berarti seseorang antisosial. Sebaliknya, hal ini menunjukkan kemampuan untuk menghargai privasi, fokus pada kehidupan nyata, dan menjaga kesehatan mental.
Orang-orang dengan kebiasaan ini cenderung memiliki kesejahteraan emosional yang lebih baik, hubungan yang lebih autentik, serta rasa puas yang lebih besar terhadap hidup mereka. Jadi, jarang unggah di media sosial ternyata bisa menjadi tanda kualitas hidup yang baik dan keseimbangan yang sehat antara dunia digital dan dunia nyata.
Baca berita dan artikel lain di Google News
(mha)