Teknologi.id - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, melaporkan bahwa pada Agustus 2024, total penyaluran dana oleh perusahaan pembiayaan di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, tumbuh 10,18%. Pertumbuhan ini didorong terutama oleh pembiayaan modal kerja yang naik sebesar 10,76%. Mahendra menjelaskan bahwa perkembangan positif ini sejalan dengan kinerja intermediasi perbankan yang stabil, yang telah memberikan dampak positif bagi sektor pembiayaan.
Dalam hal profil risiko, perusahaan pembiayaan menunjukkan ketahanan dengan tingkat non-performing financing (NTF) bersih di angka 0,83% dan NTF bruto sebesar 2,66%. Ini mencerminkan kondisi yang tetap terkendali dan menandakan bahwa sektor pembiayaan masih berada dalam batas risiko yang aman.
Pada sektor asuransi, OJK mencatat total aset industri mencapai Rp 1.132,49 triliun pada Agustus 2024, meningkat 1,32% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year). Pendapatan premi di sektor asuransi komersial juga menunjukkan pertumbuhan positif, mencapai Rp 218,55 triliun atau meningkat sebesar 5,82%. Mahendra menekankan bahwa modal industri asuransi komersial tetap kuat, ditunjukkan oleh rasio risk-based capital (RBC) asuransi jiwa sebesar 457,02% dan asuransi umum sebesar 323,74%, yang jauh melebihi ambang batas minimum sebesar 120%. Hal ini menegaskan bahwa permodalan di sektor asuransi tetap dalam kondisi aman dan terjaga dengan baik.
Baca juga : Rawan Disalahgunakan! Begini Cara Hapus Data Diri dari Akun Pinjol
Di sektor dana pensiun, total aset yang dikelola tumbuh sebesar 9,07% secara year-on-year, mencapai nilai total Rp 1.485,43 triliun pada Agustus 2024. Mahendra juga melaporkan bahwa aset dana pensiun sukarela turut mengalami peningkatan, tumbuh sebesar 4,83% hingga mencapai Rp 378,45 triliun. Pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap investasi dana pensiun sukarela sebagai alternatif perencanaan keuangan jangka panjang.
Untuk sektor perusahaan penjaminan, OJK melaporkan peningkatan outstanding penjaminan yang mencapai 11,25%, dengan total nilai sebesar Rp 418,13 triliun. Sementara itu, aset perusahaan penjaminan mengalami pertumbuhan sebesar 7,26%, sehingga total aset di sektor ini mencapai Rp 47,90 triliun. Data ini menunjukkan bahwa sektor penjaminan terus tumbuh dan berkembang, mencerminkan peningkatan permintaan terhadap layanan penjaminan.
Mahendra juga memberikan laporan tentang perkembangan industri peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol). Hingga Agustus 2024, total pembiayaan yang belum dilunasi mencapai Rp 72,03 triliun, dengan pertumbuhan signifikan sebesar 35,62%. Meskipun angka outstanding cukup besar, Mahendra menekankan bahwa tingkat risiko kredit macet atau tunggakan lebih dari 90 hari (TWP90) tetap rendah di angka 2,38%. Ini berarti bahwa secara keseluruhan, pembayaran cicilan oleh nasabah masih berjalan dengan baik dan risiko di sektor ini masih dapat dikelola dengan efektif.
“Di industri fintech peer-to-peer lending, outstanding pembiayaan mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 35,62% atau sebesar Rp 72,03 triliun. Meskipun demikian, tingkat risiko kredit macet atau TWP90 tetap terkendali di level rendah, yaitu 2,38%, sehingga pembayaran cicilan pinjaman online oleh masyarakat masih berjalan dengan baik,”jelas Mahendra dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2024 yang berlangsung di ruang konferensi Bank Indonesia pada Jumat, 18 Oktober 2024.
Baca berita dan artikel lain di Google News