
Teknologi.id - Raksasa ride-hailing asal Singapura, Grab Holdings (Grab), dikabarkan tengah dalam pembicaraan untuk memperoleh pinjaman sebesar 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 33,2 triliun. Dana ini disebut-sebut akan digunakan untuk mendukung langkah strategis perusahaan dalam mengakuisisi pesaing utamanya di Indonesia, GoTo Group—induk dari Gojek.
Kabar ini pertama kali mencuat melalui laporan Bloomberg News, yang mengutip sumber terpercaya yang dekat dengan negosiasi tersebut. Pinjaman ini dikategorikan sebagai bridge loan, yakni fasilitas kredit jangka pendek dengan tenor sekitar satu tahun yang biasanya dimanfaatkan untuk kebutuhan pendanaan sementara sebelum mendapatkan sumber pendanaan jangka panjang, seperti penerbitan obligasi atau saham.
Baca juga: Berhembus Kabar Merger dengan Grab, GoTo Membantah: Hanya Berita Spekulatif
Strategi Akuisisi dan Opsi Pendanaan Grab
Selain bergantung pada pinjaman jangka pendek ini, Grab juga disebut tengah mengeksplorasi opsi lain, termasuk penerbitan obligasi atau ekuitas sebagai alternatif sumber pendanaan tambahan. Rumor mengenai potensi merger antara Grab dan GoTo sebenarnya sudah berhembus sejak Februari lalu. Saat itu, Grab dikabarkan mempertimbangkan beberapa skenario akuisisi terhadap GoTo.
Salah satu opsi yang disebutkan adalah pembelian seluruh saham GoTo dengan harga Rp 100 per lembar saham. Angka ini lebih tinggi sekitar 20 persen dibandingkan harga saham GoTo yang saat ini diperdagangkan di level Rp 87 per lembar. Jika skenario ini terwujud, valuasi akuisisi diperkirakan mencapai lebih dari 7 miliar dolar AS.
Namun, negosiasi ini masih berada pada tahap awal, dan belum ada kepastian apakah pembicaraan ini akan berujung pada transaksi merger atau tidak. Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, rincian kesepakatan masih bisa berubah sewaktu-waktu.
Baca juga: Bonus Hari Raya untuk Mitra Grab Cair! Cek Nominalnya di Sini!
Bantahan dari Pihak GoTo
Seiring dengan semakin maraknya rumor terkait potensi merger ini, GoTo secara tegas membantah adanya kesepakatan dengan pihak manapun terkait transaksi akuisisi. Pada Februari lalu, saat isu ini kembali mencuat, Sekretaris Perusahaan GoTo, R.A. Koesoemohadiani, menegaskan bahwa perseroan tidak memiliki perjanjian untuk melakukan merger dengan Grab atau pihak lainnya.
"Perseroan mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir, dan berita-berita tersebut adalah berdasarkan spekulasi," ujar Koesoemohadiani, dikutip dari Antara pada Selasa (4/2/2025).
Sementara itu, regulator persaingan usaha di Singapura menyatakan bahwa mereka belum menerima pemberitahuan resmi dari kedua perusahaan terkait potensi merger ini. Jika akuisisi ini benar-benar terjadi, lanskap industri ride-hailing dan layanan pengantaran makanan di Asia Tenggara akan mengalami perubahan besar, mengingat Grab dan GoTo adalah dua pemain dominan di sektor ini.
Hingga kini, pihak Grab belum memberikan pernyataan resmi mengenai kabar ini. Dengan masih berlangsungnya diskusi dan berbagai spekulasi di pasar, publik dan investor masih harus menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai langkah strategis kedua perusahaan teknologi ini.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(dwk)