Teknologi.id - Dalam medan pertempuran mata-mata
modern, Kementerian Keamanan China (MSS) dan Badan Intelijen Pusat (CIA)
terlibat dalam persaingan sengit, mengingatkan pada era Perang Dingin.
Kedua agen intelijen ini
memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan (AI) untuk mendapatkan keunggulan dalam
lanskap teknologi yang berkembang pesat.
Taktik Pengawasan Canggih China dengan AI
MSS China telah merangkul
teknologi terkini dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan pengenalan
wajah untuk memantau diplomat asing, atase pertahanan, dan agen intelijen di
distrik kedutaan di Beijing. Sistem canggih ini membuat dosier instan tentang
individu yang menarik perhatian, termasuk mata-mata Amerika. Dengan melacak
pergerakan dan menganalisis kontak, MSS bertujuan untuk mengidentifikasi
jaringan dan ancaman keamanan potensial.
Sistem AI ini menarik informasi
dari berbagai basis data, seperti catatan nomor plat kendaraan, data ponsel,
dan sumber lainnya. Dengan data ini, AI membuat daftar target, meramalkan
jaringan, dan kerentanan keamanan. Program "pemburu mata-mata" yang
didukung AI ini memainkan peran kunci dalam persaingan yang semakin intens
antara MSS dan CIA.
Respon CIA
Menanggapi kemajuan teknologi
China, CIA telah meningkatkan dua kali lipat pengeluarannya untuk operasi
intelijen terkait China sejak awal pemerintahan Biden.
CIA awalnya hanya berfokus pada
kemampuan militer dan dinamika kepemimpinan, namun CIA sekarang menyadari
pentingnya informasi terperinci tentang pengembangan teknologi yang muncul di
China.
David Cohen, Wakil Direktur FBI,
mengakui adanya pergeseran fokus. Cohen menyatakan bahwa saatnya untuk
memprioritaskan pemahaman tentang kemampuan semikonduktor, algoritma kecerdasan
buatan, dan teknologi terbaru lainnya dibandingkan hanya berfokus pada tank, misil, dan senjata konvensional lainnya.
Perlombaan spionase AI ini
menyoroti pentingnya supremasi teknologi. Ketika ada dua negara yang berusaha
melampaui satu sama lain dalam AI dan teknologi terkait, implikasinya mencapai
lebih dari pengumpulan intelijen konvensional. Rahasia perdagangan komersial
dan pengembangan teknologi telah menjadi fokus baru, menekankan pergeseran
dalam paradigma spionase.