Foto: Pexels
Teknologi.id - Ahli bedah umum AS, Vivek Murthy, menyarankan agar media sosial diberi label peringatan tentang dampak kesehatannya.
Menurut Murthy, media sosial merupakan salah satu penyumbang terbesar krisis kesehatan mental remaja, sehingga penting untuk menerapkan usulannya.
Dia percaya bahwa platform seperti Facebook, TikTok, Instagram, dan X harus diwajibkan menampilkan label peringatan kesehatan mirip dengan produk tembakau dan alkohol.
Sebagaimana dikutip dari popsci.com, Murthy menuliskan sebuah opini yang diterbitkan di The New York Times pada Senin pagi, 17 Juni 2024. Murthy menyampaikan kritik tajam terhadap kecanduan media sosial dan dampak psikologis negatifnya, terutama pada pengguna muda.
“Krisis kesehatan mental di kalangan generasi muda merupakan sebuah keadaan darurat dan media sosial telah menjadi kontributor penting,” ujar Murthy.
“Sudah waktunya untuk mewajibkan label peringatan dokter bedah umum di platform media sosial, yang menyatakan bahwa media sosial dikaitkan dengan bahaya kesehatan mental yang signifikan bagi remaja.” tambahnya.
Murthy juga mengakui bahwa label saja tidak cukup untuk memastikan media sosial aman bagi kesehatan anak dan remaja. Namun, ia menjelaskan bahwa label dapat meningkatkan kesadaran dan mengubah perilaku, seperti yang terjadi pada konsumsi rokok dan produk tembakau lainnya.
Murthy mendorong Kongres AS untuk menerbitkan undang-undang yang mewajibkan pencantuman label peringatan bahaya di media sosial.
Di Amerika Serikat, label peringatan bahaya rokok diberikan oleh surgeon general.
Organisasi sosial dan politisi telah sering menuduh media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Snapchat memiliki dampak merusak pada anak-anak.
Media sosial dianggap membuat anak sulit fokus, menciptakan citra tubuh negatif, serta membuat mereka rentan terhadap ancaman predator seksual dan perundungan online.
Baca juga: Desas-desus Elaelo ID: 'Medsos' Lokal Pengganti X yang Tiba-tiba Menghilang
Respon bahaya media sosial untuk kesehatan
Perusahaan media sosial saat ini menghadapi pengawasan ketat dari para ahli kesehatan, kelompok advokasi, dan legislator bipartisan karena peran mereka dalam menyediakan lingkungan online yang dapat menyebabkan ketagihan dan seringkali beracun bagi penggunanya.
Pada bulan April, American Psychological Association melaporkan bahwa remaja menghabiskan hampir 5 jam sehari di situs seperti YouTube, Instagram, dan TikTok.
Studi APA pada tahun 2019 juga menunjukkan korelasi langsung antara penggunaan media sosial dan keinginan bunuh diri pada remaja.
Pada Mei 2023, Ahli Bedah Umum Murthy mengeluarkan peringatan yang menyoroti banyak indikator bahwa platform ini bisa membahayakan kesehatan mental dan kesejahteraan pengguna muda.
Beberapa bulan sebelumnya, sistem sekolah negeri Seattle mengajukan gugatan pertama yang menuduh perusahaan media sosial besar mengambil keuntungan dari krisis kesehatan mental remaja, yang mempengaruhi kemampuan sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan.
Upaya untuk mengatasi dampak penggunaan media sosial sudah diupayakan. Beberapa pemerintah negara bagian AS telah menerbitkan regulasi untuk melindungi anak dari dampak negatif media sosial seperti depresi dan kecemasan.
Misalnya, negara bagian New York melarang platform media sosial menggunakan algoritma konten adiktif untuk pengguna di bawah 18 tahun tanpa persetujuan orang tua.
Gubernur Florida, Ron DeSantis, juga telah melarang anak di bawah 14 tahun menggunakan media sosial dan mewajibkan persetujuan orang tua bagi pengguna berusia 14 dan 15 tahun.
Namun, upaya-upaya ini masih dianggap belum cukup untuk menyelesaikan masalah kesehatan akibat media sosial.
Murthy mengakui perlunya lebih banyak upaya untuk mengatasi masalah ini. Ia percaya bahwa label peringatan dapat selalu mengingatkan orang tua dan remaja bahwa media sosial belum terbukti aman.
Murthy sebelumnya juga telah menyuarakan kekhawatirannya tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental.
Dalam opini terbarunya, Murthy mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko kecemasan dan depresi.
Ia juga mengungkapkan survei yang menunjukkan hampir separuh remaja merasa media sosial membuat mereka merasa lebih buruk tentang tubuh mereka.
Namun, label peringatan ini memerlukan dukungan dari Kongres, dan belum jelas sejauh mana dukungan tersebut akan diberikan, meskipun beberapa anggota parlemen telah menunjukkan dukungan terhadap undang-undang verifikasi usia untuk mengatasi masalah keselamatan remaja di media sosial.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ny)
Tinggalkan Komentar