Tidak Terima Nama Twitter Diambil, Elon Musk Seret Startup Ini ke Pengadilan

Wildan Nur Alif Kurniawan . December 17, 2025

Foto: Slate

Teknologi.id – Apakah sebuah nama benar-benar bisa mati? Bagi Elon Musk, jawabannya tampaknya paradoks: Dia membunuh nama "Twitter", namun ia tidak akan membiarkan orang lain menghidupkannya kembali.

Dalam sebuah putaran hukum yang ironis di penghujung tahun 2025, X Corp—perusahaan induk platform media sosial X—kini berjuang mati-matian di pengadilan untuk mempertahankan hak atas nama yang justru mereka hapus sendiri lebih dari dua tahun lalu.

Berdasarkan laporan dari kantor berita Reuters, Selasa (16/12/2025), X Corp telah resmi melayangkan gugatan terhadap sebuah startup media sosial yang mencoba mengklaim merek dagang "Twitter" dan "Tweet".

Munculnya "Operation Bluebird"

Lawan hukum X Corp kali ini bukanlah raksasa teknologi seperti Meta atau Google, melainkan sebuah entitas yang menamakan dirinya dengan sebutan yang cukup provokatif: "Operation Bluebird".

Nama ini sendiri seolah menyindir sejarah Twitter yang ikonik dengan logo burung birunya (blue bird). Startup ini melihat celah hukum yang menarik. Ketika Elon Musk melakukan rebranding total dari Twitter menjadi X pada Juli 2023, ia secara efektif menghapus burung biru dan nama Twitter dari semua branding resmi perusahaan.

Operation Bluebird berargumen bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk "penelantaran merek" (trademark abandonment). Dalam hukum merek dagang AS, jika sebuah merek tidak digunakan secara komersial untuk jangka waktu tertentu, merek tersebut bisa dianggap kadaluwarsa dan bisa diklaim oleh pihak lain. Dengan dasar inilah, Operation Bluebird mengajukan upaya untuk mendaftarkan dan mengambil alih hak atas nama "Twitter" dan "Tweet".

Baca juga: Twitter Bangkit Lagi? Operation Bluebird Ajukan Petisi untuk Rebut Trademark dari X

Argumen X Corp: Twitter Masih "Hidup dan Sehat"

Tidak terima aset intelektualnya dicuri, X Corp segera bereaksi. Dalam gugatan yang didaftarkan di pengadilan federal Delaware pada 16 Desember 2025, pengacara X Corp menolak mentah-mentah argumen bahwa mereka telah menelantarkan merek tersebut. Menurut laporan Reuters, X Corp menegaskan dalam berkas gugatannya bahwa merek Twitter masih "hidup dan sehat (alive and well)."

Bagaimana mungkin merek yang sudah diganti namanya masih dianggap hidup? X Corp memiliki beberapa argumen kunci yang sulit dibantah:

  1. Infrastruktur Domain: Hingga hari ini, jutaan pengguna di seluruh dunia masih mengetik twitter.com di peramban mereka untuk mengakses layanan X. Pengalihan (redirect) ini dianggap sebagai penggunaan aktif merek dagang.
  2. Persepsi Publik: X Corp berargumen bahwa publik dan media masih secara luas menyebut platform tersebut sebagai Twitter, dan menyebut postingan di dalamnya sebagai "tweet".
  3. Kekayaan Intelektual: Merek dagang adalah aset. Membiarkan pihak lain menggunakan nama Twitter akan menciptakan kebingungan massal dan merugikan bisnis X Corp.

X Corp menuduh Operation Bluebird mencoba melakukan oportunisme hukum—mencoba "mencuri" kekayaan intelektual yang bernilai miliaran dolar dengan memanfaatkan momen transisi branding perusahaan. 

Mengapa Elon Musk Peduli?

Langkah hukum ini memicu pertanyaan menggelitik: Mengapa Elon Musk, yang begitu vokal membenci brand Twitter hingga menggantinya dengan "X", kini begitu protektif terhadapnya?

Jawabannya berkaitan dengan perlindungan defensif. Jika Operation Bluebird berhasil mendapatkan hak atas nama Twitter, mereka bisa meluncurkan aplikasi media sosial baru bernama "Twitter". Hal ini akan menjadi bencana bagi X. Pengguna lama yang tidak menyukai perubahan X bisa saja bermigrasi ke "Twitter baru" tersebut karena faktor nostalgia dan kebingungan.

X Corp meminta pengadilan untuk membatalkan upaya pendaftaran merek oleh Operation Bluebird dan menyatakan bahwa hak atas nama Twitter dan Tweet masih sepenuhnya milik X Corp, meskipun branding utama mereka kini adalah X.

Foto: Code Politan

Preseden Hukum "Zombie Brand"

Kasus ini menyentuh area hukum merek dagang yang sering disebut sebagai zombie brand—merek yang sudah "mati" secara komersial tetapi masih memiliki nilai ingatan (brand recall) yang kuat di benak konsumen.

Biasanya, perusahaan besar akan tetap memelihara merek lama mereka dengan penggunaan minimal hanya untuk mencegah kompetitor mengambilnya. Namun, kasus Twitter unik karena skala dan kecepatan perubahannya. Sangat jarang ada perusahaan global yang membuang salah satu merek paling dikenal di dunia dalam semalam.

Operation Bluebird mencoba menguji batas hukum tersebut: Seberapa lama sebuah merek boleh "disimpan di gudang" sebelum dinyatakan sah untuk diambil orang lain?

Situasi Saat Ini

Gugatan di Delaware ini baru tahap awal. Pengadilan harus memutuskan apakah penggunaan twitter.com sebagai alamat pengalihan dan fakta bahwa publik masih menyebutnya "Twitter" sudah cukup untuk memenuhi syarat hukum "penggunaan dalam perdagangan" (use in commerce).

Jika X Corp kalah, ini akan menjadi preseden hukum yang mengguncang dunia bisnis, di mana rebranding bisa berisiko kehilangan hak atas nama lama. Namun, jika X Corp menang, ini menegaskan bahwa "Twitter" adalah hantu yang tidak akan pernah bisa dimiliki oleh orang lain selain Elon Musk.

Bagi pengguna, drama ini menambah bumbu di tengah transformasi media sosial yang terus berlangsung. Twitter mungkin sudah menjadi X di toko aplikasi, tetapi di ruang sidang, nama legendaris itu masih menjadi rebutan yang sengit.

Baca berita dan artikel lainnya di Google News 

(WN/ZA)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar