Milio Meluncur, Sosmed Baru Berteknologi Blockchain untuk Cegah Pencurian Konten

Kemala Putri . September 02, 2019
Teknologi.id - Milio, sebuah media sosial baru yang dilengkapi teknologi blockchain resmi diluncurkan oleh Rightsledger, perusahaan digital yang bermarkas di Amerika Serikat. Milio diyakini akan menjadi pesaing Facebook dan Instagram, dua platform media sosial terbesar saat ini. Kepercayaan diri yang tinggi ini datang dari penerapan sejumlah teknologi unik yang dihadirkan di media sosial tersebut. "Milio mirip dengan Facebook dan Instagram. Namun, Milio tidak dengan tangan kosong untuk bersaing dengan platform media sosial lainnya, apalagi yang berasal dari perusahaan raksasa." kata Rio K Liau, Country Director Rightsledger Indonesia, dalam peluncuran Milio, Jumat (30/8/2019) malam.

Baca juga: Mampu Bobol Keamanan Libra? Facebook Siapkan Hadiah Rp 142 Juta Untukmu

Milio tak datang sendirian, Rightsledger ditemani tiga platform lain yakni Milstage yang merupakan platform streaming seperti YouTube, serta Mildeals yang merupakan platform untuk jual beli konten. Ketiganya memiliki sejumlah teknologi baru yang tak dimiliki oleh media sosial lainnya. Salah satunya adalah content ownership authentication atau otentikasi atas kepemilikan konten.

Otentikasi dan Blockchain Cegah Pencurian Konten

Otentikasi kepemilikan konten tersebut ditujukan agar konten yang dibuat kreator tidak bisa dicuri atau diambil alih pihak lain. "Di era digital, konten adalah sebuah komoditas, misalnya Atta sebulan bisa dapat Rp 22 miliar berdasarkan kalkulasi YouTube. Artinya, konten memiliki nilai. Nah, nilai ini bisa menjadi besar jika ada kepemilikan. Kalau tidak ada kepemilikan, konten bisa dipindah ke platform lain," tutur dia. Teknologi lain yang dimiliki sosmed baru ini adalah blockchain. Penerapan blockchain akan membuat semua konten yang telah didaftarkan di Milio bisa di-recall ke jaringan blockchain. "Blockchain itu merupakan sistem pencatatan atas data digital yang tidak bisa diutak atik. Misalnya konten sudah diregistrasi, tidak bisa lagi diubah atau modifikasi." jelas Rio. Tak hanya itu saja, Milio juga menerapkan digital fingerprint alias tanda tangan digital untuk pengecekan konten. "Misalnya ingin mengunggah konten, akan dilakukan pengecekan konten, fingerprint ini membandingkan berapa persen kemiripannya. Dengan begitu, saat ada orang yang mengambil konten milik kita, akan terlihat berapa persen kemiripannya," ujar Rio. Menariknya lagi, Milio juga menerapkan ads viewers reward, di mana penonton bakal mendapatkan imbalan jika mau menonton iklan yang tayang.

Monetisasi yang Terbuka

Tak seperti platform lain yang tertutup terkait monetisasinya, VP Director Rightsledger Asia Magin Marriepan, justru membongkar skema monetisasi mereka. Untuk setiap keuntungan yang didapatkan pembuat konten di Milio, Rightsledger mengambil porsi 40 persen, sementara pembuat konten mendapat 30 persen dan viewers atau audiens mendapatkan 30 persen. Sementara untuk Milstage, Rightsledger mendapat keuntungan 40 persen, pembuat konten mendapat 40 persen dan viewers 20 persen.

Baca juga: Teknologi AI Milik Google Lindungi Hutan Sumatra dari Illegal Logging

Untuk Mildeals, Rightsledger mengambil porsi keuntungan 10 persen dan 90 persen untuk penjual konten. Marriepan mengatakan, dengan keunikan-keunikan di atas ditambah dengan monetisasi yang jelas, Milio bakal menjadi platform konten yang terbesar di dunia. Karena monetisasi dan keuntungan untuk audiens tersebut, Rightsledger pun menargetkan di tahun pertama mereka akan mendapatkan 191 ribu pengguna Milio, dan ditingkatkan hingga 75 juta pengguna untuk 5 tahun ke depan dengan pendapatan iklan mencapai USD 10 miliar dan pendapatan blockchain sebesar USD 317 juta. (dwk)
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar