Teknologi.id - Milio, sebuah media sosial baru yang dilengkapi teknologi
blockchain resmi diluncurkan oleh Rightsledger, perusahaan digital yang bermarkas di Amerika Serikat.
Milio diyakini akan menjadi pesaing Facebook dan Instagram, dua
platform media sosial terbesar saat ini. Kepercayaan diri yang tinggi ini datang dari penerapan sejumlah teknologi unik yang dihadirkan di media sosial tersebut.
"Milio mirip dengan Facebook dan Instagram. Namun, Milio tidak dengan tangan kosong untuk bersaing dengan
platform media sosial lainnya, apalagi yang berasal dari perusahaan raksasa." kata Rio K Liau, Country Director Rightsledger Indonesia, dalam peluncuran Milio, Jumat (30/8/2019) malam.
Milio tak datang sendirian, Rightsledger ditemani tiga
platform lain yakni Milstage yang merupakan
platform streaming seperti YouTube, serta Mildeals yang merupakan
platform untuk jual beli konten. Ketiganya memiliki sejumlah teknologi baru yang tak dimiliki oleh media sosial lainnya. Salah satunya adalah
content ownership authentication atau otentikasi atas kepemilikan konten.
Otentikasi dan Blockchain Cegah Pencurian Konten
Otentikasi kepemilikan konten tersebut ditujukan agar konten yang dibuat kreator tidak bisa dicuri atau diambil alih pihak lain.
"Di era digital, konten adalah sebuah komoditas, misalnya Atta sebulan bisa dapat Rp 22 miliar berdasarkan kalkulasi YouTube. Artinya, konten memiliki nilai. Nah, nilai ini bisa menjadi besar jika ada kepemilikan. Kalau tidak ada kepemilikan, konten bisa dipindah ke
platform lain," tutur dia.
Teknologi lain yang dimiliki sosmed baru ini adalah
blockchain. Penerapan
blockchain akan membuat semua konten yang telah didaftarkan di Milio bisa di-
recall ke jaringan
blockchain.
"
Blockchain itu merupakan sistem pencatatan atas data digital yang tidak bisa diutak atik. Misalnya konten sudah diregistrasi, tidak bisa lagi diubah atau modifikasi." jelas Rio.
Tak hanya itu saja, Milio juga menerapkan
digital fingerprint alias tanda tangan digital untuk pengecekan konten.
"Misalnya ingin mengunggah konten, akan dilakukan pengecekan konten,
fingerprint ini membandingkan berapa persen kemiripannya. Dengan begitu, saat ada orang yang mengambil konten milik kita, akan terlihat berapa persen kemiripannya," ujar Rio.
Menariknya lagi, Milio juga menerapkan
ads viewers reward, di mana penonton bakal mendapatkan imbalan jika mau menonton iklan yang tayang.
Monetisasi yang Terbuka
Tak seperti platform lain yang tertutup terkait monetisasinya, VP Director Rightsledger Asia Magin Marriepan, justru membongkar skema monetisasi mereka.
Untuk setiap keuntungan yang didapatkan pembuat konten di Milio, Rightsledger mengambil porsi 40 persen, sementara pembuat konten mendapat 30 persen dan
viewers atau audiens mendapatkan 30 persen.
Sementara untuk Milstage, Rightsledger mendapat keuntungan 40 persen, pembuat konten mendapat 40 persen dan viewers 20 persen.
Untuk Mildeals, Rightsledger mengambil porsi keuntungan 10 persen dan 90 persen untuk penjual konten.
Marriepan mengatakan, dengan keunikan-keunikan di atas ditambah dengan monetisasi yang jelas, Milio bakal menjadi
platform konten yang terbesar di dunia.
Karena monetisasi dan keuntungan untuk audiens tersebut, Rightsledger pun menargetkan di tahun pertama mereka akan mendapatkan 191 ribu pengguna Milio, dan ditingkatkan hingga 75 juta pengguna untuk 5 tahun ke depan dengan pendapatan iklan mencapai USD 10 miliar dan pendapatan blockchain sebesar USD 317 juta.
(dwk)
Tinggalkan Komentar