(Foto: University of Technology Sydney)
Teknologi.id - Saat ini AI telah banyak digunakan sebagai salah satu alat yang bisa membantu manusia di berbagai bidang, terlebih salah satunya banyak dimanfaatkan oleh bidang Science. Baru-baru ini para ilmuwan dari Pusat Kecerdasan Buatan GrapheneX University of Technology Sydney, tengah mengembangkan helm berbasis AI yang dapat menerjemahkan gelombang otak menjadi sebuah teks yang dapat dibaca.
Teknologi revolusioner ini menjadi pertama didunia yang berlapis sensor yang bisa melihat aktivitas listrik tertentu di otak saat pemakainya berpikir dan mengubahnya menjadi sebuah kata-kata. Hebatnya para ilmuwan mengklaim bahwa teknologi AI ini dapat merevolusi bidang medis bagi pasien bisu yang disebabkan oleh stroke atau kelumpuhan. Dalam sebuah video demonstrasi menunjukan subjek manusia yang memikirkan sebuah kalimat yang ditampilkan di layar, yang kemudian beralih ke apa yang dikodekan oleh model AI, dan alhasilnya hampir sama dan sempurna.
Baca Juga: Riset Oxford: AI Bisa Prediksi Resiko Serangan Jantung
Helm Pembaca Pikiran
Profesor peneliti utama CT Lin mengungkapkan bahwa penelitian ini merupakan upaya perintis dalam menerjemahkan gelombang EEG mentah langsung ke dalam bahasa, tentunya ini merupakan sebuah terobosan yang signifikan di bidang medis dan science. Menurut Lin, penelitian ini merupakan pertama yang menggabungkan teknik pengkodean diskrit dalam proses penerjemahan otak ke teks, serta memperkenalkan pendekatan inovatif terhadap decoding saraf.
Sebelumnya teknologi untuk menerjemahkan sinyal otak ke bahasa memerlukan pembedahan untuk menanamkan elektroda di otak, seperti Neuralink milik Elon Musk, atau pemindaian dalam mesin MRI. Namun, untuk teknologi yang satu ini menggunakan helm sederhana di atas kepala yang tujuannya untuk membaca apa yang dipikirkan oleh pemakainya. Untuk menguji teknologi helm berbasis AI ini, Lin dan timnya melakukan eksperimen dengan 29 partisipan yang diperlihatkan sebuah kalimat atau pernyataan di layar yang harus mereka pikirkan untuk dibaca.
Model AI kemudian akan menampilkan apa yang diterjemahkan dari gelombang otak subjek. Salah satu contonya, para partisipan diminta untuk berpikir 'Selamat siang! Saya harap kamu baik-baik asja. Saya akan mulai dengan cappucino, dengan tambahan espresso'. Hasilnya layar akan menunjukan AI 'berpikir' dan menampilkan responnya: Sore! Kamu baik-baik saja? Cappuccino, Xtra shot. Espresso.'
Baca Juga: Gantikan Stetoskop,Teknologi Laser AI Bisa Deteksi Detak Jantung Lewat Tenggorokan
Gelombang EEG ini lalu disegmentasi menjadi unit-unit berbeda yang menangkap karakteristik dan pola tertentu dari otak manusia. Urusan ini dilakukan oleh model AI bernama DeWave. Model ini menerjemahkan sinyal EEG menjadi kata dan kalimat dengan mempelajari data EEG dalam jumlah besar. DeWave dapat menerjemahkan sinyal EEG menjadi sebuah kata-kata menggunakan model bahasa besar (LLM) berdasarkan konteks dua arah BERT dan dekoder kiri ke kanan Chat GPT. Tim ilmuwan mencatat bahwa skor akurasi terjemahan saat ini berkisar 40 perser tetapi, ini menjadi salah satu pekerjaan rumah dan akan terus berupaya untuk meningkatkannya hingga 90 persen.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
Tinggalkan Komentar