Plastik Kresek untuk Bahan Pembuatan Aspal Mulai Diterapkan di Indonesia

Kemala Putri . September 22, 2018

Seorang pekerja mengoperasikan alat pencacah plastik. Kredit : kompas.com
Teknologi.id - Sudah dua pekan terakhir, Tiara membawa plastik kresek ke sekolahnya di SMP Negeri 1 Sentolo, Kabupaten Kulon progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. "Bagus untuk pengelolaan sampah. Ketimbang sampah plastiknya tak berguna di rumah, mending dibawa ke sekolah," katanya. Kegiatan Tiara ini sejalan dengan imbauan Arif Prastowo, selaku kepala Dinas Lingkungan Hidup Kulonprogo, agar semua pelajar di kabupaten itu mengumpulkan plastik kresek. Di Kulon Progo ada sekitar 70.000 pelajar, mulai dari SD sampai SMA atau sederajat. Jika setiap hari semua pelajar membawa satu plastik kresek, diharapkan dalam sebulan ada lebih dari dua juta plastik kresek yang terkumpul. "Ini juga pembelajaran kepada siswa sejak usia SD agar peduli kepada lingkungan untuk mengelola plastik secara benar. Tidak dibuang, tapi dibawa ke sekolah lalu kami ambil dan kami setorkan ke Bank Sampah," kata Arif.

Bank sampah

Selain melibatkan para pelajar, Kabupaten Kulon Progo juga memberdayakan bank sampah untuk mewujudkan proyek mengubah plastik kresek menjadi bahan pembuatan aspal. Kabupaten Kulon Progo memiliki 94 bank sampah. Tapi cuma 37 saja yang aktif. Sementara sisanya tidak aktif atau sudah mati. Menurutnya, proyek aspal berbahan campuran sampah plastik kresek, adalah kesempatan untuk kembali mengaktifkan dan memberdayakan bank sampah. Salah satu bank sampah yang diberdayakan adalah Dhuawar Sejahtera yang terletak di Dusun Kroco, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih. Bangunan berukuran 6 X 12 meter itu terpilih menjadi bank sampah induk pengelola limbah plastik kresek. Semua limbah plastik kresek dari semua sekolah di Kulonprogo dicacah menjadi kecil-kecil yang nantinya menjadi bahan campuran aspal. Seorang perempuan yang memperkenalkan dirinya sebagai Febriyanti menjelaskan aktivitas bank sampah yang dikelolanya itu. Febriyanti mengaku mengerjakan progam aspal dengan campuran plastik kresek sejak awal bulan lalu. Sudah ada sekitar satu ton sampah plastik kresek yang dia terima. Sampah itu dia dapatkan dari semua sekolah di seluruh Kulon Progo. "Tahap pertama kemarin pada akhir Agustus dan awal September, ada sekitar satu ton sampah plastik kotor," katanya. Dari sekolah, sampah itu dikumpulkan di Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) setiap kecamatan. Sampah lalu dibawa ke Bank Sampah terdekat untuk ditimbang. Setelah dicatat timbangannya dalam tabungan sampah, baru dikirimkan ke Bank Sampah Induk Dhuawar Sejahtera yang dipimpinnya untuk dipilah dan diolah menjadi kecil-kecil.

Tidak semua jenis plastik

Tidak semua plastik kresek bisa menjadi bahan campuran aspal, hanya plastik kresek yang tipis dan mengkilap. Febriyanti harus memilahnya terlebih dahulu dan membersihkan plastik dari berbagai macam logam. Tak jarang, plastik-plastik kresek yang terkumpul berisi logam seperti paku atau uang recehan serta batu kecil. "Kalau ada logam atau batu bisa merusak mesin pencacah," katanya. Setelah dicacah, plastik akan dibeli Dinas Pekerjaan Umum. Febriyanti belum menentukan harga plasik cacahan perkilonya, dia memperkirakan sekitar Rp3.000. "Rencananya sekitar tiga ribu, karena alat pencacah plastik dan listriknya merupakan bantuan dari Dinas PU," katanya.

Tidak semua plastik kresek bisa menjadi bahan campuran aspal, hanya plastik kresek yang tipis dan mengkilap. Kredit : kompas.com
Sejak awal beroperasi sampai pertengahan bulan, Febriyanti mengaku baru mendapatkan 10 kantong besar dengan taksiran timbangan sekitar 100 kg. Kendalanya adalah mesin yang pengoperasiannya tidak bisa maksimal karena mesin harus diistirahatkan 15 menit setelah 1 jam beroperasi. "Normalnya, satu jam mendapatkan 10 kg," kata Saridjan. Febriyanti yang sudah lama mengelola sampah di Bank Sampah Dhuawar Sejahtera, mengakui kesadaran masyarakat Kulon Progo mengelola sampah belum maksimal. Padahal sampah memiliki banyak manfaat jika bisa dikelola. "Di sini saja, kita butuh setahun untuk mensosialisasikan bank sampah ke masyarakat." Dengan pengelolaan sampah, masyarakat juga mendapatkan banyak keuntungan, mengolah sampah menjadi kerajinan dan masyarakat punya rekening sendiri dari tabungan sampah.

Rencana ke depan

Setelah sampah plastik terkumpul dan jalanan dengan aspal mulus sudah membentang, pelibatan para pelajar dan bank sampah akan tetap dilakukan, kata Arif Prastowo, kepala dinas lingkungan hidup Kulon Progo. "Pascaplastik kresek itu nanti, program ini tetap berjalan. Dan seterusnya nanti tidak hanya plastik kresek, tapi ada juga kertas, kaleng dan semuanya bekerja sama dengan bank sampah," ujarnya. (DWK)
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar