
Seorang pekerja mengoperasikan alat pencacah plastik. Kredit : kompas.com
Bank sampah
Selain melibatkan para pelajar, Kabupaten Kulon Progo juga memberdayakan bank sampah untuk mewujudkan proyek mengubah plastik kresek menjadi bahan pembuatan aspal. Kabupaten Kulon Progo memiliki 94 bank sampah. Tapi cuma 37 saja yang aktif. Sementara sisanya tidak aktif atau sudah mati. Menurutnya, proyek aspal berbahan campuran sampah plastik kresek, adalah kesempatan untuk kembali mengaktifkan dan memberdayakan bank sampah. Salah satu bank sampah yang diberdayakan adalah Dhuawar Sejahtera yang terletak di Dusun Kroco, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih. Bangunan berukuran 6 X 12 meter itu terpilih menjadi bank sampah induk pengelola limbah plastik kresek. Semua limbah plastik kresek dari semua sekolah di Kulonprogo dicacah menjadi kecil-kecil yang nantinya menjadi bahan campuran aspal. Seorang perempuan yang memperkenalkan dirinya sebagai Febriyanti menjelaskan aktivitas bank sampah yang dikelolanya itu. Febriyanti mengaku mengerjakan progam aspal dengan campuran plastik kresek sejak awal bulan lalu. Sudah ada sekitar satu ton sampah plastik kresek yang dia terima. Sampah itu dia dapatkan dari semua sekolah di seluruh Kulon Progo. "Tahap pertama kemarin pada akhir Agustus dan awal September, ada sekitar satu ton sampah plastik kotor," katanya. Dari sekolah, sampah itu dikumpulkan di Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) setiap kecamatan. Sampah lalu dibawa ke Bank Sampah terdekat untuk ditimbang. Setelah dicatat timbangannya dalam tabungan sampah, baru dikirimkan ke Bank Sampah Induk Dhuawar Sejahtera yang dipimpinnya untuk dipilah dan diolah menjadi kecil-kecil.Tidak semua jenis plastik
Tidak semua plastik kresek bisa menjadi bahan campuran aspal, hanya plastik kresek yang tipis dan mengkilap. Febriyanti harus memilahnya terlebih dahulu dan membersihkan plastik dari berbagai macam logam. Tak jarang, plastik-plastik kresek yang terkumpul berisi logam seperti paku atau uang recehan serta batu kecil. "Kalau ada logam atau batu bisa merusak mesin pencacah," katanya. Setelah dicacah, plastik akan dibeli Dinas Pekerjaan Umum. Febriyanti belum menentukan harga plasik cacahan perkilonya, dia memperkirakan sekitar Rp3.000. "Rencananya sekitar tiga ribu, karena alat pencacah plastik dan listriknya merupakan bantuan dari Dinas PU," katanya.
Tidak semua plastik kresek bisa menjadi bahan campuran aspal, hanya plastik kresek yang tipis dan mengkilap. Kredit : kompas.com
Tinggalkan Komentar