Foto: Twitter
Teknologi.id – Trending topic atau hal yang sedang banyak dibahas adalah
salah satu fitur yang ada di sosial media misalnya di Twitter.
Trending Topic di Twitter
ternyata dapat dimanipulasi. Hal ini ditemukan dalam sebuah penelitian yang
menemukan kerentanan pada algoritma trending di platform tersebut.
Tim peneliti Institut Teknologi
Federal Swiss di Lausanne (EPFL) menemukan Twitter tidak mempertimbangkan apakah
sebuah tweet telah dihapus.
Terutama saat menentukan kata
kunci mana yang menjadi trending. Dengan begitu para "penyerang"
dapat mendorong topik ke daftar atas tren Twitter secara artifisial.
"Setelah itu mereka bisa menghapus bukti manipulasinya," tulis peneliti EPLF dikutip CNBC Indonesia dari laman The Next Web, Minggu (13/6/2021).
Baca juga: Menghasilkan Uang Lewat Fitur Baru Twitter 'Super Follows'
Twitter menentukan trending pada
sebuah topik dengan algoritma yang mengidentifikasi subyek populer pada saat
tertentu.
"Serangan" itu disebut
peneliti sebagai 'astroturfing fana'. Ini memungkinkan mereka meningkatkan
pesan dengan memanfaatkan desain algoritma trending di Twitter.
"Trends direfresh setiap
lima menit, mengambil tweet sebagai masukan yang telah diterbitkan dalam
beberapa interval waktu,”
“Terlepas dari pentingnya
integritas daftar tren, algoritma tidak memeriksa apakah tweet masih tersedia
atau telah dihapus," tulis tim peneliti dalam makalah itu.
Tim peneliti juga memeriksa
trending Twitter di lokal dan global wilayah Turki. Mereka ingin menyelidiki
dampak astroturfing fana dari negeri itu.
Mereka menemukan para "penyerang" menyumbang sekitar 47% dari trend lokal di Turki. Sementara pada 10 trend global teratas menyumbangkan 20%.
Baca juga: Twitter Buat Fitur yang Bisa Deteksi Hoaks, Ada 3 Label
Para "penyerang" itu
menggunakan bot dan akun yang telah disusupi. Ini mencakup aplikasi phishing
(pengelabuhan), kampanye disinformasi, ujaran kebencian dan bahkan lamaran
pernikahan.
Menurut tim peneliti, mereka
telah memberitahu Twitter dua kali terkait masalah ini. Twitter sudah
mengetahui adanya serangan namun tim peneliti mengatakan masalahnya belum juga
diperbaiki.
"Manipulasi ini memiliki
implikasi serius karena kami tahu bahwa trend Twitter mendapat perhatian.
Outlet media lebih luas melaporkan trend, yang digunakan untuk proxy yang orang
bicarakan.
Sayangnya ini proxy manipulasi,
mendistorsi pandangan publik mengenai percakapan apa yang sebenarnya
terjadi," kata tim peneliti.
(fpk)
Tinggalkan Komentar