
Foto: Freepik
Teknologi.id — Mendekati musim liburan akhir tahun, artinya aktivitas pemesanan via online meningkat. Baik untuk berbelanja kebutuhan, memesan tiket bepergian, hingga booking kegiatan di tempat rekreasi. Saat dalam euforia healing, banyak masyarakat yang terdorong untuk berlomba-lomba memesan tiket demi berkumpul dengan keluarga. Dengan fokus untuk mendapat harga paling murah, kerap kali menyebabkan kurangnya memperhatikan keamanan situs atau agen booking yang digunakan.
Data mengenai Global Fraud Index 2025 dari Sumsub, menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-111 dari 112 negara yang paling tidak terlindungi dari scam atau penipuan. Artinya, kegiatan menipu begitu awam terjadi. Hal ini didukung Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mencatat 343.402 laporan penipuan keuangan dengan total kerugian sebanyak Rp 7,8 triliun (22 November 2024 - 11 November 2025).
Angka tersebut menunjukkan pelaku penipuan memanfaatkan urgensi dan memberikan penawaran menarik untuk memikat korban, terutama saat musim liburan. Dengan bertambah canggihnya teknologi, pelaku penipuan juga menyesuaikan inovasi yang ada dengan meningkatkan skala dan jangkauan serangan.
Baca juga: Serangan Siber Smartphone 2025 Meledak: Malware Android, VPN Palsu & Trojan
Kenali Tiga Jenis Serangan Siber Paling Umum dan Cara Menghindarinya
1. Phishing

Foto: Midtrans
Phishing merupakan penipuan yang paling sering ditemukan. Biasanya, pelaku memancing korban agar mengungkapkan data-data pribadinya, memberikannya uang atau password akun pribadi. Tidak jarang pelaku berpura-pura menjadi salah satu anggota keluarga dan berupaya memanipulasi perasaan korban. Lalu, pelaku mengarahkan korban untuk mengunduh file atau mengklik link yang berisi malware. Sehingga, perangkat yang digunakan dapat dengan mudah dikendalikan pelaku.
Terlebih lagi, pelaku dapat menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk menyempurnakan aksinya. Dengan mengubah suaranya sesuai dengan dokumentasi yang tersebar di dunia maya, bahkan menggunakan wajah orang terdekat korban. Sebagai dampaknya, korban akan menjadi lebih rentan diserang.
Guna melindungi data diri dan orang terdekat, jangan pernah mengklik, mengunduh, atau memasukkan data pribadi anda ke entitas atau situs mencurigakan. Jika dihadapkan dengan orang yang berlagak seperti teman atau kerabat, hubungi dan pastikan dulu kondisi mereka melalui kontak yang dapat dipercaya.
Baca juga: Waspada Phising! Malware Ini Ancam Mobile Banking hingga Privasi HP Kalian
2. Banking Scam

Foto: CNBC
Penipuan perbankan ini dapat terjadi baik melalui phishing atau tidak. Biasanya pelaku kejahatan siber ini mengecoh korban agar memberikan akses ke rekening korban. Hal ini dapat terjadi ketika pelaku memaksa meretas rekening korban dengan menebak pin atau password rekening korban. Saat berhasil dibobol, pelaku akan mengirimkan sejumlah besar uang ke akunnya, melakukan transaksi, bahkan membuat akun kartu kredit baru di bawah nama korban.
Lalu, Man-In-The Middle Attack. Cara ini dapat dilakukan melalui akses jaringan publik. Jadi, saat korban membuka rekeningnya di Wi-Fi publik, seperti di cafe, hotel, atau bandara, pelaku dapat menerima, membaca, bahkan mengubah dan mencuri data korban.
Maka dari itu, selalu berhati-hati di manapun dan kapanpun. Aktifkan Two-Factor Authentication pada akun rekening. Sehingga ketika pelaku mencoba meretas, mereka akan terjebak pada pengisian kode OTP. Dengan begitu, keamanan rekening akan bertambah. Selain itu, hindari membuka rekening pada jaringan publik yang dapat diakses semua orang. Minimalisir kesempatan pelaku dalam meretas.
Baca juga: Kenali 7 Cara Hacker Membobol Akun Bank dan Tips Pencegahannya
3. Online Shopping Scam

Foto: Freepik
Seperti namanya, pelaku Online Shopping Scam menjebak korbannya melalui situs palsu, media sosial, atau bahkan melalui marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Pelaku, yang berperan sebagai penjual, lagi dan lagi memberikan tawaran yang sangat bagus dengan harga yang lebih rendah dari penjual lain. Saat korban termakan promosi dan akhirnya melakukan transaksi, penjual 'hilang' dan tidak mengirimkan produk sesuai dengan yang diiklankan.
Agar tidak menjadi korban, pastikan situs atau iklan yang ditampilkan pelaku tidak palsu dengan memverifikasi nama bisnis yang tercantum, dan yang terpenting, curigai diskon yang "terlalu bagus untuk dilewatkan", jangan mudah termakan iklan dan promosi semata. Utamakan melakukan transaksi melalui toko resmi dan hindari melakukan pembayaran atau komunikasi di luar platform e-commerce terpercaya.
Baca juga: Waspada Scam, Hindari Belanja Online di Beberapa Situs ini
Kunci Kewaspadaan Digital
Melihat kembali angka kerugian sebanyak Rp 7,8 triliun menunjukkan bahwa dengan berkembangnya inovasi dan teknologi, pengguna harus bertanggung jawab dan berhati-hati saat mengelola data pribadinya. Musim liburan menjadi saat yang paling tepat bagi penipu untuk mengeksploitasi perasaan pengguna, terlebih lagi dengan teknologi AI yang terus berkembang dan dengan mudah disalahgunakan.
Dengan mengedepankan berpikir secara kritis, memverifikasi setiap detail transaksi yang akan dilakukan, bahkan sesederhana menerapkan Two-Factor Authentication pada akun-akun yang rawan diretas, akan mengurangi potensi konsumen menjadi korban penipuan. Jangan biarkan euforia liburan menjadikan abai terhadap keamanan digital. Tingkatkan kewaspadaan agar dapat menikmati akhir tahun tanpa memori buruk akibat penipuan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(yna/sa)

Tinggalkan Komentar