Foto: Forbes
Teknologi.id – Perubahan iklim yang diperkirakan melanda dunia
termasuk Indonesia akan membawa berbaga dampak.
Salah satunya berbagai wilayah
terancam tenggelam karena terjadi peningkatan risiko banjir atau permukaan air
meningkat.
Penelitian terbaru yang dibagikan
Climate Central mengungkapkan bahwa beberapa kota di Indonesia terancam akan
tenggelam pada 2050.
Organisasi pengamat perubahan
iklim itu merancang alat online yang menunjukkan efek kenaikan perubahan air.
Alat berbasis web tersebut
memungkinkan pengguna memilih tahun dengan menggesernya dan melihat bagian
negara mana yang akan terpengaruh oleh peningkatan risiko banjir.
Dalam peta, terlihat beberapa
pinggiran kota di Indonesia ditandai dengan warna merah, yang artinya lokasi
tersebut berada di bawah permukaan air atau tenggelam.
Data memprediksi bagian Jakarta Barat hingga Utara akan tenggelam. Itu mencakup wilayah Kota Tua, Ancol, Monas, Kalideres, hingga wilayah Banten pun akan terkena dampaknya.
Baca juga: Varian Corona Delta di Jakarta Hingga Kudus Berbahaya?
Beberapa lokasi pantai seperti
Anyer pun akan tenggelam dalam waktu 30 tahun mendatang.
Tak hanya itu, wilayah Jawa
lainnya seperti Indramayu, Cirebon, Nusa Kambangan, sebagian wilayah Tegal,
Pemalang, Pekalongan, Semarang, Demak, hingga Surabaya juga akan berada di
bawah air.
Wilayah lainnya yang juga
mengkhawatirkan mencakup Kuta, Bali, Mataram, dan beberapa wilayah di Nusa
Tenggara Barat.
Daerah merah lainnya termasuk Kalimantan, di mana pepohonan telah banyak ditebang, Palembang, Lampung, dan beberapa lokasi di Sumatra Utara.
Jika ingin mencoba mengakses peta
tersebut dapat klik tautan berikut https://coastal.climatecentral.org/map/ dan
memilih wilayah mana saja di Indonesia untuk mengetahuinya secara lebih detail.
Para ahli sebelumnya telah
memperingatkan tentang bahaya naiknya permukaan laut sebagai akibat dari
pemanasan global selama bertahun-tahun.
Dilansir dari Metro.uk, Rabu
(16/6/2021), jika ketinggian naik dua meter, maka itu bisa mengakibatkan
hilangnya 1,79 juta km persegi di seluruh dunia.
Ini akan mencakup daerah-daerah
kritis produksi pangan yang akan berdampak pada hingga 187 juta orang.
Kembali pada 2019, tim peneliti internasional menggunakan teknik yang disebut "penilaian ahli terstruktur" untuk meminta 22 ahli, memperkirakan kisaran yang masuk akal untuk kenaikan permukaan laut di masa depan.
Baca juga: Bukan Industri, ini Penyumbang Pemanasan Global Terbesar?
Tim ahli diminta mempertimbangkan
proyeksi pencairan masing-masing lapisan es Greenland, Antartika Barat, dan
Antartika Timur, di bawah skenario kenaikan suhu global masa depan yang rendah
dan tinggi.
"Proyeksi total kenaikan
permukaan laut global berikutnya menggunakan metode ini menghasilkan
kemungkinan kecil.
“Tapi, berarti kenaikan permukaan
laut berikutnya melebihi dua meter pada 2100 di bawah skenario suhu
tinggi," kata profesor Jonathan Bamber dari University of Bristol, dikutip
dari Suara.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa
masyarakat pesisir tidak boleh mengesampingkan kemungkinan kenaikan permukaan
laut abad ke-21 berikutnya lebih dari dua meter.
(fpk)
Tinggalkan Komentar