Foto: worldfinancialreview.com
Teknologi.id - Konflik antara China dan perusahaan teknologi asing kembali memanas! China kembali menggelar penyelidikan anti-monopoli, kali ini menargetkan App Store milik Apple. Langkah ini diumumkan hanya sehari setelah penyelidikan serupa terhadap Google, Nvidia, dan Intel.
Sebagai salah satu pasar terbesar bagi Apple, tindakan China ini tentu berpotensi memberikan dampak besar terhadap bisnis perusahaan tersebut. Mulai dari kemungkinan penurunan penjualan hingga gangguan rantai pasokan, situasi ini menarik perhatian banyak pihak.
Baca juga: 5 Fakta Menarik tentang DeepSeek, AI China yang Bikin Geger
Langkah China dalam menargetkan Apple
Menurut laporan Bloomberg, Apple diduga memanfaatkan dominasinya di App Store dengan membebankan komisi hingga 30% kepada pengembang aplikasi China.
Selain itu, perusahaan ini juga membatasi penggunaan layanan pembayaran eksternal dan aplikasi pihak ketiga, yang dianggap menghambat persaingan di pasar digital.
Regulator anti-monopoli China, Badan Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar (SAMR), menilai kebijakan tersebut menguntungkan Apple secara tidak adil, sehingga perlu ditindaklanjuti.
Pasalnya, pengembang aplikasi lokal harus menghadapi biaya tinggi untuk mendistribusikan aplikasi mereka di App Store, sementara Apple meraup keuntungan besar dari komisi tersebut.
Ketegangan dagang antara AS dan China bukanlah sebuah hal baru. Keluhan dari raksasa teknologi seperti Tencent dan ByteDance terhadap kebijakan Apple menjadi salah satu pemicunya.
Sejak tahun lalu, regulator China telah mencoba menyelesaikan masalah ini melalui diskusi dengan Apple dan para pengembang. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan yang dicapai.
Kebijakan tarif baru yang diterapkan Trump terhadap China
Ketegangan ini semakin meningkat setelah AS memberlakukan tarif impor baru sebesar 10% untuk produk China pada 4 Februari lalu.
Sebagai balasan, China langsung membuka penyelidikan terhadap beberapa perusahaan teknologi AS, seperti Google, Nvidia, dan Intel, atas dugaan monopoli.
Tak hanya itu, China juga berencana membawa konflik ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta menerapkan tarif baru pada beberapa produk impor AS.
Batu bara dan gas alam cair akan dikenakan tarif 15%, sementara minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil berkapasitas besar dikenai 10%.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi China untuk memperketat regulasi terhadap perusahaan teknologi asing, terutama yang berasal dari AS.
Penyelidikan yang dilakukan China menjadi pukulan berat bagi Apple dalam menjalankan bisnisnya di negara tersebut.
Dirangkum dari Yahoo Finance, Jumat (7/2/2025), saat ini harga saham Apple dalam perdagangan pra-pasar turun lebih dari 2%. Hal ini menunjukkan respons negatif dari para investor terhadap potensi penyelidikan anti-monopoli ini.
Dikutip dari laman resminya, Bloomberg telah meminta tanggapan dari Apple dan regulator China, namun hingga laporan ini dibuat, belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(AAA)
Tinggalkan Komentar