Rusia Tawarkan Teknologi Nuklir VVER dan Tenaga Ahli untuk PLTN Indonesia

⁠Adimas Herviana . December 17, 2025

Foto: The Jakarta Post

Teknologi.id - Federasi Rusia merupakan salah satu penyedia teknologi nuklir terbesar di dunia. Dari total 417 reaktor nuklir yang beroperasi di 32 negara, sebanyak 308 di antaranya menggunakan teknologi Pressurized Water Reactor (PWR). Dari jumlah tersebut, model PWR buatan Rusia VVER mendominasi dengan 66 reaktor yang tersebar di 12 negara. Jika digabungkan dengan reaktor yang masih dalam tahap konstruksi, jumlahnya mencapai 91 unit. 

Teknologi VVER (vodo-vodyanoi energeticheskaya reaktor) mulai dikembangkan sebelum 1970 oleh OKB Gidopress dan pertama kali digagas oleh fisikawan Uni Soviet, Savely Moiseevich Feinberg. Reaktor ini memiliki tiga varian utama: VVER‑440, VVER‑1000, dan VVER‑1200, dengan klasifikasi desain mulai dari Generasi I hingga Generasi III+. 

Dengan rekam jejak teknologi yang kuat, tidak mengherankan jika Rusia aktif menawarkan kerja sama nuklir kepada Indonesia. Dalam pertemuan di Kremlin, Presiden Vladimir Putin secara terbuka menyampaikan kesiapan Rusia membantu Indonesia membangun PLTN pertama. Putin sebagai kepala negara Rusia, menawarkan dukungan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto dalam pengembangan energi nuklir nasional.

Putin bahkan menegaskan bahwa Rusia siap mengirimkan tenaga ahli untuk mendukung proyek PLTN Indonesia, sebagaimana diberitakan Media Indonesia dalam laporan mengenai pertemuan Prabowo dan Putin di Moskow.

Lobi Nuklir Rusia dari Pemerintah Pusat hingga Daerah

Tawaran Rusia tidak berhenti pada level kepala negara. Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov sebelumnya telah menyampaikan kesiapan Rosatom, perusahaan energi nuklir milik negara Rusia, untuk berpartisipasi dalam pembangunan PLTN Indonesia. Deputi Pertama Perdana Menteri, Denis Manturov juga datang ke Jakarta menawarkan dua tipe PLTN sekaligus: PLTN skala besar dan reaktor modular kecil (SMR). 

Rosatom bahkan melakukan pendekatan langsung kepada PT PLN (Persero) dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Provinsi tersebut memiliki cadangan mineral strategis seperti emas dan nikel, yang membutuhkan pasokan listrik besar untuk mendukung program hilirisasi. Menurut perhitungan Dewan Energi Nasional, kebutuhan listrik Sulawesi Tenggara diperkirakan mencapai 7 gigawatt hingga 2040.

Hingga saat ini setiap keputusan baik dari PLN maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara memilih tidak memberikan komentar terkait tawaran Rusia tersebut. Keduanya menegaskan bahwa urusan PLTN merupakan kewenangan pemerintah pusat. 

Mengapa Indonesia Belum Memberikan Sikap Resmi?

Presiden Prabowo Subianto belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai program energi nuklir nasional. Padahal, menurut standar Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), sikap nasional merupakan salah satu dari 19 elemen kesiapan infrastruktur yang wajib dipenuhi sebelum sebuah negara membangun PLTN.

Berdasarkan penilaian IAEA pada 2009, Indonesia telah memenuhi 16 dari 19 persyaratan. Tiga elemen yang belum terpenuhi adalah:

  • Sikap nasional.
  • Badan pelaksana.
  • Keterlibatan pemangku.kepentingan.

Ketiadaan sikap nasional ini membuat Indonesia masih berada pada fase pengambilan keputusan, sebagaimana tercantum dalam laporan IAEA “International Status and Prospects for Nuclear Power 2025”. Dalam laporan tersebut, Indonesia masuk dalam daftar 37 negara yang memulai program energi nuklir, bersama negara-negara Asia Tenggara lain seperti Thailand, Singapura, Myanmar, dan Malaysia.

Sementara itu, negara-negara seperti Turki, Mesir, Filipina, dan Vietnam sudah berada pada tahap pembangunan atau persiapan konstruksi PLTN. 

Apakah Indonesia Akan Mengambil Tawaran Rusia?

Foto: IDN Times

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi yang menjelaskan apakah Indonesia akan menerima tawaran Rusia atau memilih bekerja sama dengan negara lain. Akan kemanakan arah kebijakan nuklir Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo?. 

Menurut laporan Republika, Indonesia juga sedang menjajaki teknologi nuklir dari Korea Selatan dan Kanada, seiring dengan penyusunan regulasi nasional terkait PLTN. Artinya, Rusia bukan satu-satunya negara yang menawarkan kerja sama, dan pemerintah tampaknya masih mempertimbangkan berbagai opsi sebelum mengambil keputusan final.

Apakah Indonesia Siap Memasuki Era Nuklir? 

Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi nuklir, terutama untuk memenuhi kebutuhan listrik jangka panjang dan mendukung hilirisasi industri. Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak kecil: 

  • Belum adanya sikap nasional yang jelas.
  • Kebutuhan regulasi dan badan pelaksana yang kuat.
  • Keterlibatan pemangku kepentingan yang masih minim.
  • Persepsi publik yang masih beragam terhadap energi nuklir.

Di sisi lain, peluangnya sangat besar. Dengan dukungan teknologi dari negara-negara berpengalaman seperti Rusia, Korea Selatan, dan Kanada, Indonesia dapat mempercepat transisi menuju energi bersih dan stabil.

Sikap Nasional yang Menentukan Arah Masa Depan Energi Indonesia

Rusia telah menunjukkan minat besar untuk menjadi mitra utama Indonesia dalam pembangunan PLTN. Tanpa sikap nasional yang jelas dari Presiden Prabowo, seluruh tawaran tersebut masih berada dalam ruang negosiasi. 

Keputusan Indonesia akan menentukan arah masa depan energi nasional apakah akan memasuki era nuklir atau tetap mengandalkan sumber energi lain. Dunia menunggu, dan Indonesia berada di titik krusial untuk menentukan langkah strategisnya.


Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News


(dim/sa)


Share :