
Foto: Terra Drone
Teknologi.id - Sebuah kebakaran besar terjadi di gedung Terra Drone di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (9/12), yang menyebabkan tewasnya 22 korban jiwa. Insiden ini dipercaya dipicu oleh baterai drone yang terbakar di gudang gedung tersebut. Baterai drone, terutama yang digunakan oleh bisnis agrikultur Terra Drone Group, menggunakan bahan kimia berbasis lithium.
Terra Drone group adalah perusahaan teknologi yang berbasis di Jepang, dibangun pada Februari 2016, berspesialisasi pada drone dan Urban Air Mobility (UAM) untuk industri. Terra Drone Indonesia, diakuisisi pada 2019 (sebelumnya PT Aero Geosurvey Indonesia), menyediakan layanan penggunaan drone untuk berbagai industri, termasuk energi, tambang, konstruksi, dan pertanian. Kantor perusahaan ini terletak di Cempaka Baru, Jakarta Pusat, dan Cicendo, Bandung.
Baca juga: Kemenhub Berencana Pakai Drone untuk Angkut Logistik dan MBG di Wilayah 3T
Dugaan Lithium dan Detail Kejadian

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro mengatakan api diduga disebabkan oleh baterai drone yang terbakar.
"Kalau dari keterangan tadi, memang sementara baru karena baterai ya, baterai dari drone yang terbakar. Namun sebabnya terbakar, saat ini tim labfor (lab forensik) masih bekerja,"
Susatyo menambahkan kalau penyelidikan lebih lanjut akan dapat diketahui kemungkinan adanya kelalaian atau tanggung jawab dari pihak lain, termasuk perizinan.
Baterai yang diduga menyebabkan kebakaran terdapat di lantai satu, yaitu di salah satu gudang. Seorang pegawai menjelaskan kondisinya, katanya sekitar pukul 12.30 WIB, baterai di lantai satu terbakar. Para pegawai berhasil mematikannya, namun api menyebar dengan cepat karena lantai satu merupakan gudang. Ledakan dari baterai lithium yang terdapat di drone memicu penyebaran api ke seluruh gedung. Api yang membesar memaksa beberapa pegawai untuk memanjat ke area rooftop, di mana mereka menunggu selama 30 menit, namun akses evakuasi tidak dapat dicapai.
Memahami Baterai Lithium Pada Drone
Foto: Terra Drone Store
Lithium merupakan tipe baterai yang menggunakan logam lithium atau ion sebagai komponen utamanya. Umumnya digunakan di perangkat elektronik modern seperti smartphone, laptop, power bank, dan kendaraan elektrik karena beratnya yang ringan, kapasitasnya yang besar, awet, dan fast charging.
Baterai ini memanfaatkan pergerakan lithium ion antara dua elektroda (katoda dan anoda) untuk menyimpan dan melepaskan energi listrik. Saat dicas, lithium ion bergerak menuju anoda, saat dilepas, mereka kembali ke katoda, untuk memproduksi arus listrik.
Namun, baterai lithium juga memiliki kekurangan: baterai ini sensitif terhadap panas dan memiliki risiko terbakar jika overheat atau terlalu panas, dan biasanya lithium lebih mahal dari tipe baterai lainnya.
Dikutip dari situs Terra Drone, drone agrikultur biasanya menggunakan dua tipe baterai lithium:
- Lithium Polymeer (LiPo): Umum digunakan drone penyemprot, diketahui ringan, kuat, dan dapat membawa beban berat. Namun sangat sensitif, tipe ini dapat mengembung, kehilangan kestabilan, bahkan meledak jika tidak ditangani dengan benar.
- Lithium-ion (Li-ion): Dirancang untuk stabilitas dan keawetannya. Walaupun lebih berat, komposisi kimianya membuat tiope ini lebih aman dan tidak mudah membengkak. Daya keluaran Li-ion lebih rendah dari LiPo, menjadikannya lebih cocok untuk pemetaan dan monitoring.
Salah satu perusahaan drone, EFT, lebih sering mengandalkan baterai LiPo, sementara drone pertanian DJI lebih memilih baterai Li-ion untuk menyeimbangkan keamanan dan performance yang konsisten.
Baca juga: Keren! Siswa SD di Denpasar Bikin Drone dari Tusuk Sate
Penyebab Kebakaran dan Langkah Mitigasi
Jika lalai, baterai drone beresiko besar terbakar dan meledak. Menurut Terra Drone, ledakan dapat terjadi karena beberapa faktor yang menyebabkan thermal runaway, reaksi berantai cepat yang menyebabkan api atau ledakan:
- Overcharging: Mengecas terlalu lama dapat menyebabkan panas berlebih.
- Overheating saat diterbangkan: Menerbangkan drone terlalu lama dapat menyebabkan panas berlebih dan merusak sel baterai.
- Kerusakan fisik: Sering jatuh atau tertusuk dapat menyebabkan korsleting internal.
- Penyimpanan yang buruk: Meninggalkan baterai di suhu ekstrim, atau membiarkannya dicas terlalu lama dapat memperburuk stabilitas.
Untuk mencegahnya terjadinya kebakaran dan ledakan, disarankan untuk mengikuti langkah mitigasi berikut:
- Selalu gunakan charger yang disarankan produsen.
- Jangan pernah meninggalkan baterai yang sedang dicas.
- Tunggu baterai hingga dingin sebelum dicas setelah penerbangan.
- Periksa pembengkakan, kebocoran, atau penyok sebelum digunakan.
- Simpan di wadah tahan api di suhu ruang, dan biarkan baterai setengah penuh jika tidak akan digunakan selama beberapa minggu
- Tukar baterai saat penerbangan untuk memastikan keausan yang merata.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(yna/sa)