Kepala BMKG Ungkap Fakta-Fakta di Balik Kabar Megathrust yang Mengancam Indonesia

Teknologi.id . August 21, 2024

bmkg Megathrust

Teknologi.id - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa pengungkapan potensi ancaman megathrust di Indonesia bukanlah peringatan dini atau prediksi. BMKG tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi kapan megathrust akan terjadi. Pernyataan ini disampaikan Dwikorita dalam Webinar Waspada Gempa Megathrust yang diadakan secara online oleh Departemen Teknik Geofisika ITS dan PVMBG pada Selasa, 20 Agustus 2024.

Dwikorita menegaskan bahwa informasi tentang potensi gempa dan tsunami adalah untuk persiapan menghadapi risiko sosial dan ekonomi, bukan untuk menimbulkan kepanikan. Dia mengingatkan agar masyarakat tidak salah mengartikan informasi ini sebagai indikasi bahwa gempa besar akan terjadi dalam waktu dekat. BMKG saat ini belum dapat memprediksi dengan akurat kapan gempa, baik megathrust atau jenis lainnya, akan terjadi.

Baca juga: BMKG Real-time Earthquakes: Aplikasi Peringatan Gempa Bumi!

Fakta tentang Megathrust

Dwikorita menjelaskan bahwa megathrust adalah jenis gempa yang terjadi pada batas lempeng tektonik di kedalaman dangkal, kurang dari 50 km. Megathrust terjadi ketika lempeng samudera menumbuk lempeng benua, yang menyebabkan deformasi dan pembebasan energi setelah terakumulasi selama ratusan tahun.

Meski demikian, kekuatan gempa megathrust tidak selalu besar karena ada bagian-bagian yang mengalami gesekan atau tumbukan yang tidak bersifat besar secara bersamaan.

Gempa-gempa kecil di zona megathrust penting untuk dicatat dan dimonitor karena bisa menjadi indikator aktivitas seismik yang lebih besar.

bmkg megathrust

Dwikorita mengungkapkan bahwa ada dua dari 13 segmen megathrust di Indonesia, yaitu Selat Sunda-Banten dan Mentawai-Siberut, yang masih belum mengalami periode ulang patah. Jika kedua segmen tersebut mengalami gempa, bisa mencapai magnitudo M8,9 untuk segmen Mentawai-Siberut dan M8,7 untuk segmen Selat Sunda-Banten.

Upaya Mitigasi dan Pemantauan

BMKG telah menempatkan sensor seismograf di 533 lokasi yang tersebar di sepanjang zona megathrust untuk memantau gempa dan potensi tsunami. Dengan adanya teknologi ini, BMKG dapat memberikan informasi mengenai kekuatan gempa dan potensi tsunami, serta kapan tsunami tersebut bisa terjadi. Peringatan dini akan diberikan jika diperlukan untuk menghindari korban jiwa dan kerusakan.

Baca juga: Yuk, Kenalan dengan "Shinna", VTuber Baru dari BMKG Gowa!

Indonesia dan Ancaman Bencana

Indonesia adalah negara yang rawan bencana dengan banyak ancaman alam seperti gempa bumi, tsunami, perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan letusan gunung berapi. BMKG mencatat bahwa Indonesia dikelilingi oleh 13 segmen megathrust dengan potensi gempa besar.

Selain megathrust, terdapat pula 295 sesar aktif yang sudah teridentifikasi dan banyak lagi yang belum. Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia: Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia, yang membuatnya sangat rentan terhadap aktivitas gempa.

Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, meskipun banyak sumber gempa telah teridentifikasi, masih banyak yang belum terpetakan. Gempa dengan kedalaman di atas 300 km di bawah laut (gempa deep focus) juga masih menjadi misteri dalam penelitian seismik.
Dengan informasi ini, Dwikorita berharap masyarakat dan pemerintah dapat lebih siap dan tidak hanya fokus pada ancaman megathrust tetapi juga pada mitigasi terhadap berbagai potensi bencana alam lainnya.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(dwk)

Share :