Teknologi.id - ByteDance perusahaan teknologi asal China yang juga induk TikTok, baru-baru ini mengungkapkan valuasi perusahaan mereka mencapai 300 miliar dolar AS (sekitar Rp4.755 triliun).
Angka ini terungkap dalam program pembelian kembali (buyback) saham yang ditawarkan kepada investor. Buyback saham adalah langkah di mana perusahaan membeli kembali saham yang telah beredar, dan dalam hal ini, ByteDance menawarkan harga 180,70 dolar AS (sekitar Rp2,8 juta) per lembar.
Penawaran terbaru ini menunjukkan peningkatan dibandingkan program buyback sebelumnya pada Desember 2023, di mana harga yang ditawarkan adalah 160 dolar AS (sekitar Rp2,5 juta) per lembar.
Peningkatan harga ini turut mendongkrak valuasi ByteDance dari sebelumnya 268 miliar dolar AS (sekitar Rp4.246 triliun). Seorang sumber yang dikutip oleh Reuters mengungkapkan bahwa aksi buyback ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perusahaan, memberikan ByteDance kemampuan lebih baik untuk memenuhi kewajiban finansialnya.
Namun, ByteDance dikabarkan tidak memiliki rencana untuk melaksanakan Initial Public Offering (IPO) dalam waktu dekat. Program buyback ini merupakan yang ketiga kalinya, setelah upaya serupa dilakukan pada 2022 dan akhir 2023.
Baca juga : TikTok Diperintahkan Angkat Kaki dari Kanada, Kenapa?
TikTok di Tengah Ketidakpastian di AS
Sumber yang sama juga menyatakan bahwa prospek bisnis ByteDance diprediksi cerah, meskipun TikTok, salah satu unit bisnis utamanya, menghadapi ancaman pemblokiran di Amerika Serikat. TikTok sebelumnya menjadi sorotan ketika mantan presiden AS ke-45, Donald Trump, menyerukan pelarangan platform tersebut. Setelah Trump meninggalkan jabatan, Presiden Joe Biden melanjutkan langkah ini dengan mengesahkan undang-undang pada April 2024 yang mewajibkan ByteDance menjual TikTok di AS. ByteDance diberikan waktu hingga Oktober 2024, dengan tambahan tiga bulan jika diperlukan, untuk menyelesaikan proses tersebut.
Alih-alih mematuhi perintah tersebut, ByteDance dan TikTok memilih menggugat kebijakan itu ke pengadilan federal AS, dengan harapan perintah penjualan dapat dibatalkan. Di tengah ketidakpastian ini, Donald Trump, yang kini kembali menjabat sebagai presiden AS ke-47 setelah pemilihan umum terbaru, menyatakan komitmennya untuk "menyelamatkan" TikTok.
Pernyataan ini disampaikan melalui sebuah video yang diunggah di platform Truth Social saat Trump masih dalam masa kampanye. "Jika ingin menyelamatkan TikTok di AS, pilih Trump. Pihak lain ingin menutupnya, tetapi saya akan menjadi bintang besar di TikTok," ujarnya pada September 2024. Namun, hingga kini, belum ada detail konkret mengenai rencana Trump untuk menyelamatkan platform tersebut, seperti dilaporkan oleh CBS Austin.
Dengan valuasi yang terus meningkat dan prospek bisnis yang tetap kuat, ByteDance menghadapi tantangan besar untuk memastikan TikTok dapat bertahan di pasar AS, salah satu wilayah terpenting bagi bisnis global mereka.
Baca berita dan artikel lain di Google News
(mha)