
Foto: Times Bull
Teknologi.id – Raksasa teknologi yang berbasis di Tiongkok dan pemilik platform global TikTok, ByteDance, telah mengguncang pasar smartphone dengan perilisan perangkat AI pertamanya. Berkolaborasi dengan ZTE, ByteDance meluncurkan sebuah prototipe teknik bernama ZTE Nubia M153 yang mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) secara mendalam, dan hasilnya sungguh fenomenal: ponsel tersebut dilaporkan habis terjual dalam waktu singkat pada hari pertama peluncurannya di Tiongkok.
Peristiwa ini menandai sebuah momen penting di industri teknologi konsumen, menunjukkan pergeseran paradigma yang jelas, di mana nilai jual utama sebuah smartphone tidak lagi terletak pada kekuatan hardware atau desain fisik, melainkan pada kecanggihan dan kemampuan software AI yang tertanam di dalamnya. Keberhasilan kolaborasi antara perusahaan software besar dan produsen hardware ini menjadi bukti terbaru keunggulan Tiongkok dalam memadukan kemampuan AI generatif dengan perangkat genggam.
Antusiasme Konsumen dan Lonjakan Harga Sekunder ZTE Nubia M153, meskipun diposisikan sebagai prototipe teknik dengan ketersediaan terbatas dan hanya tersedia melalui pemesanan online, mendapatkan sambutan yang sangat hangat. Ponsel ini dengan cepat habis terjual pada Senin (1/12) malam, segera setelah diluncurkan. Antusiasme ini didorong oleh keinginan konsumen untuk mencoba perangkat yang diklaim dapat mengubah fundamental cara mereka menggunakan ponsel.
Prototipe ini dibanderol dengan harga yang relatif premium untuk sebuah prototipe, yakni 3.499 yuan (sekitar Rp8,2 juta). Namun, kelangkaan pasokan segera memicu gejolak harga di pasar sekunder. Di Xianyu, pasar loak online milik Alibaba Group Holding, ponsel tersebut dijual kembali dengan harga mencapai 4.999 yuan, melonjak tajam hingga 43 persen di atas harga aslinya. Lonjakan harga yang signifikan ini bukan sekadar cerminan kelangkaan, tetapi juga indikasi kuat bahwa pasar bersedia membayar mahal untuk inovasi AI yang terintegrasi penuh.
ByteDance dan ZTE tidak merilis detail jumlah unit yang tersedia untuk dibeli, namun respons pasar memaksa layanan pelanggan untuk meminta pembeli mengajukan permintaan jumlah ponsel yang ingin dibeli, menyiratkan bahwa produksi selanjutnya akan disesuaikan secara dinamis berdasarkan permintaan pasar yang melonjak.
Baca juga: TikTok Hadirkan Fitur Nearby Feed, Pengguna Kini Bisa Jelajahi Konten Lokal

Foto: SCMP
Doubao: Kekuatan AI di Tingkat Sistem Operasi
Kunci sukses utama dari Nubia M153 adalah Doubao, asisten mobile AI interaktif yang dikembangkan oleh ByteDance dan diintegrasikan langsung pada tingkat sistem operasi. Integrasi mendalam ini memungkinkan Doubao untuk melampaui kemampuan asisten suara tradisional, menjadikannya mitra digital yang benar-benar cerdas dan kontekstual.
Demonstrasi video menunjukkan kemampuan Doubao yang sangat canggih dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari:
- Pemesanan dan Layanan Cerdas: Doubao dapat melakukan tugas praktis seperti memesan restoran atau layanan lain hanya melalui perintah suara, tanpa pengguna harus membuka dan menavigasi berbagai aplikasi secara manual.
- Pengeditan Gambar Real-Time: Asisten ini mampu melakukan manipulasi visual, seperti menghapus pejalan kaki yang tidak diinginkan dari sebuah foto, sebuah fungsi yang biasanya memerlukan perangkat lunak pengeditan khusus.
- Perbandingan Belanja Otomatis: Doubao dapat mengidentifikasi harga terendah untuk produk yang sama di berbagai aplikasi belanja yang berbeda, dan bahkan menginisiasi proses pembelian setelah mendapatkan persetujuan pengguna.
- Pemahaman Visual: Doubao mampu menceritakan narasi atau konteks dari sebuah gambar yang dilihatnya, menunjukkan pemahaman konteks yang lebih mendalam dibandingkan pengenalan objek biasa.
Fungsionalitas ini menempatkan Doubao sebagai perwujudan nyata dari konsep AI companion di perangkat seluler, sebuah janji yang telah lama diusung oleh industri teknologi.
Pergeseran Fokus: Software Mengalahkan Hardware
Kolaborasi ByteDance dan ZTE ini menandai momen penting dalam sejarah pemasaran smartphone. Untuk pertama kalinya, poin penjualan utama sebuah perangkat baru adalah perangkat lunaknya. ZTE, yang sebelumnya berbasis di Shenzhen, telah berjuang untuk mempertahankan relevansinya di pasar smartphone yang didominasi oleh merek-merek besar. Namun, kemitraannya dengan raksasa software seperti ByteDance telah memberikan angin segar, membuktikan bahwa inovasi AI dapat menjadi katalis kebangkitan kembali.
Fenomena ini menunjukkan bahwa konsumen mulai memprioritaskan pengalaman pengguna yang didukung AI revolusioner dibandingkan peningkatan spesifikasi kamera atau kecepatan chip yang inkremental. Pasar kini berfokus pada seberapa cerdas dan efisien ponsel dapat membantu kehidupan penggunanya.
Baca juga: ByteDance Rilis Seedream 4.0: AI Multimodal Open-Source Penantang Google Nano Banana
Tantangan ke Depan Bagi ByteDance
Meskipun sukses di hari pertama, analis industri menyoroti tantangan besar yang dihadapi ByteDance. Morgan Stanley, dalam laporannya, menyebutkan prospek asisten AI ByteDance "terlihat menantang."
Alasannya terletak pada integrasi AI di tingkat sistem operasi yang justru dapat "melemahkan daya tawar produsen perangkat asli (OEM) dalam rantai pasokan." Perusahaan smartphone besar dengan kemampuan teknologi kuat, seperti Apple (dengan Apple Intelligence), Huawei, dan Xiaomi, cenderung akan mengembangkan asisten AI mereka sendiri secara mandiri daripada bermitra dengan entitas luar.
Manajer Riset IDC China, Guo Tianxiang, juga sepakat, memprediksi bahwa ByteDance akan kesulitan membentuk kolaborasi mendalam dengan produsen smartphone besar. Dengan demikian, ByteDance mungkin akan terbatas hanya mendukung produsen yang lebih kecil, seperti ZTE Nubia, yang secara tradisional belum pernah masuk ke dalam lima besar pasar lokal.
Namun demikian, debut ZTE Nubia M153 yang laku keras telah menunjukkan kepada dunia bahwa ByteDance adalah pemain serius dalam perlombaan AI mobile. Ini adalah upaya terbarunya untuk menavigasi pasar smartphone, dan meski tantangan dengan OEM (Original Equipment Manufacturer) besar masih menghadang, pasar telah memberikan suara mereka: masa depan smartphone adalah Kecerdasan Buatan.
Baca berita dan artikel lainnya di Google News
(WN/ZA)