
Foto: Getty Images
Teknologi.id – Kabar buruk kembali menerpa imperium bisnis Elon Musk di penghujung tahun 2025. Meskipun kekayaan pribadi Musk dilaporkan mencetak rekor baru hingga menembus US$700 miliar, unit bisnis otomotifnya, Tesla, justru berada dalam situasi yang mengkhawatirkan. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa program sel baterai 4680, yang digadang-gadang sebagai revolusi teknologi untuk memangkas biaya produksi mobil listrik (EV), kini berada di ambang kegagalan total.
Krisis ini terungkap setelah pemasok komponen baterai utama asal Korea Selatan, L&F Co., mengumumkan pemangkasan nilai kontrak suplai dengan Tesla secara drastis hingga 99%. Pengumuman ini menjadi bukti terkuat bahwa permintaan untuk sel baterai in-house Tesla telah anjlok, yang secara langsung menyeret nasib kendaraan futuristik mereka, Cybertruck, ke dalam ketidakpastian komersial yang serius.
Baca juga: Pecahkan Rekor Dunia! Harta Elon Musk Tembus Rp12.500 Triliun
Tragedi Pemangkasan Kontrak L&F Co. Sebesar 99 Persen
Pada tahun 2023, Tesla dan L&F Co. menyepakati kontrak ambisius senilai US$2,9 miliar untuk pengadaan komponen katoda nikel tinggi. Komponen ini dirancang khusus untuk pengembangan sel baterai 4680 yang menjadi tulang punggung rencana jangka panjang Tesla dalam menghadirkan EV murah bagi massa. Namun, dalam pengajuan regulator terbaru di akhir 2025, nilai kontrak tersebut dilaporkan tersisa hanya US$7.386.
Penurunan nilai kontrak yang sangat ekstrem ini—dari miliaran dolar menjadi hanya ribuan dolar—mengirimkan sinyal kepanikan ke pasar otomotif. Meskipun L&F tidak menjelaskan secara detail alasan di balik angka tersebut, analis industri menyimpulkan bahwa Tesla telah menghentikan atau secara drastis mengurangi pesanan mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi sel baterai 4680 tidak berjalan sesuai rencana, baik dari sisi teknis manufaktur maupun dari sisi penyerapan pasar.
Kegagalan Teknologi 4680 dan Dampaknya pada Cybertruck
Baterai 4680 awalnya diperkenalkan oleh Elon Musk sebagai kunci untuk menciptakan mobil listrik seharga US$25.000 (sekitar Rp400 jutaan) dengan efisiensi energi yang jauh lebih baik. Namun, hingga saat ini, hanya Cybertruck yang secara eksklusif menggunakan sel baterai tersebut. Ketika program baterai 4680 tersendat, maka produksi dan distribusi Cybertruck secara otomatis ikut terhambat.
Baca juga: Ilmuwan Kenalkan Baterai Baru untuk Mobil Listrik yang Lebih Aman dan Murah
Masalah teknis dalam memproduksi sel baterai secara massal dengan kualitas yang stabil ternyata jauh lebih sulit dari yang dibayangkan Musk. Kegagalan untuk mengamankan pasokan katoda nikel tinggi dari L&F mengonfirmasi bahwa Tesla tidak lagi membutuhkan komponen tersebut dalam jumlah besar. Ini menjadi paradoks yang menyakitkan: tanpa baterai 4680, Tesla tidak bisa memproduksi Cybertruck secara massal, dan tanpa permintaan Cybertruck yang tinggi, pengembangan baterai 4680 kehilangan urgensinya.

Foto: Tesla
Realitas Pahit Penjualan Cybertruck yang Jauh dari Target
Selain kendala teknis baterai, Cybertruck juga menghadapi masalah serius dari sisi permintaan pasar. Pabrik Giga Texas milik Tesla sebenarnya dirancang untuk memiliki kapasitas produksi hingga 250.000 unit Cybertruck per tahun. Namun, data realisasi penjualan menunjukkan angka yang sangat kontras. Di tahun 2025, penjualan truk listrik dengan desain kontroversial ini dilaporkan hanya mampu menyentuh angka 20.000 hingga 25.000 unit per tahun.
Rendahnya minat konsumen diperparah dengan keputusan Tesla untuk menghentikan penjualan varian Cybertruck termurah pada September lalu. Langkah ini diambil karena perusahaan kesulitan menemukan pembeli yang mau membayar untuk model entry-level, sementara biaya produksinya tetap tinggi. Ketidaksesuaian antara ambisi desain Musk dengan kebutuhan fungsional pasar otomotif kini mulai menunjukkan konsekuensi finansial yang nyata bagi Tesla.
Penurunan Pangsa Pasar di Eropa dan Tantangan Global
Krisis baterai 4680 terjadi di tengah merosotnya performa penjualan Tesla secara keseluruhan di pasar global, khususnya di Eropa. Data dari Asosiasi Produsen Mobil Eropa (Acea) menunjukkan bahwa pada November 2025, Tesla hanya berhasil menjual 12.130 unit mobil baru di Uni Eropa. Angka ini turun signifikan dari 18.430 unit pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Akibat penurunan ini, pangsa pasar Tesla di Eropa menyusut dari 2,1% menjadi hanya 1,4%. Para pesaing dari China dan manufaktur tradisional Eropa mulai merebut dominasi yang selama ini dipegang oleh Tesla. Tanpa adanya model baru yang kompetitif (karena tertundanya proyek mobil murah akibat masalah baterai), Tesla kehilangan momentum di pasar yang sangat dinamis. Penurunan pangsa pasar ini mempertegas narasi bahwa era dominasi mutlak Tesla mungkin telah berakhir.
Masa Depan Program Baterai In-House Tesla
Kegagalan kontrak dengan L&F Co. memicu pertanyaan besar: apakah Tesla akan tetap melanjutkan pengembangan baterai in-house atau kembali bergantung sepenuhnya pada pemasok eksternal seperti Panasonic atau LG Energy Solution? Strategi integrasi vertikal yang selama ini diagung-agungkan Musk terbukti memiliki risiko yang sangat besar ketika teknologi yang dikembangkan menemui jalan buntu.
Jika Tesla tidak segera menyelesaikan masalah pada sel 4680, maka rencana untuk meluncurkan mobil listrik murah akan terus tertunda. Hal ini akan memberi ruang lebih luas bagi BYD dan manufaktur China lainnya untuk menguasai pasar dunia. Akhir tahun 2025 menjadi momen refleksi bagi Tesla bahwa inovasi tanpa eksekusi manufaktur yang stabil hanya akan berujung pada kerugian miliaran dolar dan hilangnya kepercayaan investor.
Baca artikel dan berita lainnya di Google News