Teknologi.id - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. melalui Telkomsat berkolaborasi dengan SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, untuk mengembangkan layanan bernama VSAT Star, sebuah sistem komunikasi berbasis satelit dengan orbit rendah (LEO) yang dikenal sebagai Starlink.
Layanan ini bertujuan untuk menyediakan internet dengan kecepatan hingga 500 Mbps per titik. Meskipun belum diluncurkan secara resmi, produk ini telah muncul di situs web resmi Telkomsat.
VSAT Star akan menargetkan dua segmen pasar, yaitu pasar daratan dan maritim, khususnya kapal-kapal besar di laut lepas.
Baca juga: SpaceX Luncurkan Roket Falcon 9 untuk yang Ke-7 Kali
Pasar Daratan
Di daratan, VSAT Star akan berfungsi sebagai jaringan seluler backhaul yang menghubungkan radio access network (RAN) seperti BTS/nodeB/eNode ke jaringan inti (Core Network) operator seluler. Dengan demikian, operator tidak perlu menggelar serat optik yang panjang ke daerah terpencil, yang akan mengurangi biaya dan waktu implementasi.
Selain itu, jaringan internet backhaul ini dapat menghubungkan pelanggan dengan penyedia layanan internet. VSAT Star juga dapat digunakan untuk jaringan private backhaul yang menghubungkan kantor cabang dengan kantor pusat.
VSAT Star memiliki beberapa keunggulan, termasuk latensi rendah yang sebanding dengan serat optik, aktivasi layanan yang sangat cepat, tingkat keandalan tinggi dengan service level agreement (SLA) di atas 99 persen, serta tingkat keamanan yang tinggi berkat teknologi enkripsi AES 128.
Selain itu, VSAT Star juga diklaim mampu menembus kecepatan hingga 500 Mbps per titik meskipun memiliki instalasi antena yang ringan dan kecil, dengan diameter hanya 60 cm dan berat 5 kg.
Pasar Maritim
Sementara itu, untuk segmen VSAT STAR Maritim, layanan ini difokuskan untuk pelanggan di wilayah maritim dengan jaringan inti (core network) utama. VSAT Star Maritim dapat memberikan layanan backhaul connectivity dengan latensi rendah, throughput tinggi, dan SLA (Service Level Agreement) yang tinggi.
Layanan ini juga berfungsi sebagai jaringan hot backup untuk menjaga sistem tetap beroperasi jika jaringan utama mengalami gangguan.
Baca juga: Dianggap Terlalu Mahal, Kemenkes Tawar Harga Layanan Internet Starlink ke Elon Musk
Berapa Biayanya?
Sebelumnya, telah ada laporan mengenai harga langganan internet Starlink yang berkisar antara Rp2-3 juta per bulan. Bogi Witjaksono, Direktur Wholesale & International Service Telkom Indonesia, menjelaskan bahwa tarif langganan yang lebih tinggi ini sebagian besar disebabkan oleh teknologi canggih yang digunakan oleh satelit Starlink.
Namun, ia menekankan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir karena ada berbagai pilihan yang sesuai dengan kebutuhan individu.
Dibandingkan dengan penyedia internet satelit pesaing yang menggunakan satelit GEO (Geostationary Earth Orbit), Starlink menawarkan akses internet yang lebih cepat karena satelitnya berada lebih dekat dengan permukaan bumi.
Dengan kecepatan unduh berkisar antara 50 hingga 500 Mbps dan kecepatan unggah dari 10 hingga 20 Mbps, Starlink memberikan alternatif yang lebih baik untuk pengguna di daerah terpencil.
Latensinya juga cukup baik, berkisar antara 25 hingga 50 milidetik, yang mendekati koneksi internet kabel tembaga pada umumnya.
Selain itu, Starlink tidak memberlakukan batasan data dan menawarkan data tak terbatas, meskipun ada batasan 1 TB pada semua paketnya setelah penggunaan yang wajar.
(dwk)