Foto: Space Launch Now
Teknologi.id - Pada 6 November 2020 lalu, Cina berhasil meluncurkan roket Long March 6 beserta muatan berupa 13 satelit ke orbit. Diantaranya adalah satelit yang disebut sebagai satelit 6G pertama di dunia.
Pasalnya, seluruh dunia baru saja menyelami 5G yang dianggap sebagai jaringan broadband seluler paling baru. Jaringan 5G beroperasi pada frekuensi gelombang antara 30 sampai 300 GHz, 10 sampai 100 kali lebih tinggi dibandingkan jaringan seluler 4G.
Satelit yang dikenal sebagai Tianyan-5 adalah satelit yang dikembangkan University of Electronic Science and Technology of China, Chengdu Guoxing Aerospace Technology, dan Beijing Weina Xingkong Technology.
Selain mengamati Bumi, satelit akan menguji muatan komunikasi berfrekuensi tinggi yang dapat mengirim data dengan kecepatan beberapa kali lebih cepat dari 5G, mencapai hitungan Terahertz (THz).
Baca juga: Google Perpanjang Dukungan Chrome di Windows 7 Hingga 2022
Gelombang Terahertz (THz), yang merupakan gelombang submillimeter yang terletak di antara gelombang mikro dan cahaya infrared pada spektrum elektromagnetik, dan telah digunakan untuk mencapai kecepatan data lebih dari 100 Gbps.
Sayangnya, gelombang THz memiliki Achilles Heel (kelemahan terlepas dari kekuatannya, yang dapat menyebabkan penurunan) dengan gelombang milimeter yang digunakan dalam 5G.
Uap air di atmosfer bumi adalah penyerap radiasi THz yang kuat sehingga akan membatasi gelombang aplikasi THz. Masalah yang sama akan memperlambat perkembangan 5G, dan kemungkinan bisa menghambat peluncuran 6G jika memaksa untuk menggunakan gelombang THz.
Teknologi ini juga memicu ketakutan serupa yang dalam peluncuran 5G. Menara 5G yang dibuat tinggi menyebabkan teori konspirasi berkembang. Beberapa pihak juga mengaitkan pandemi COVID-19 dengan 5G, yang mungkin telah memotivasi penduduk Inggris untuk membakar hampir 80 menara 5G dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga: Begini Cara Hitung Perjalanan Umrah di Aplikasi Finansialku!
Sementara itu, para astronom mengancam akan menuntut SpaceX karena konstelasi Starlink dari satelit komunikasinya karena disebut akan membahayakan masa depan pengamatan astronomi berbasis darat.
Tianyan-5 diluncurkan dengan roket buatan Cina dengan satelit pengamat Bumi dari perusahaan Argentina, Satellogic.
Dalam orbit yang sinkron dengan matahari, satelit akan menghasilkan gambar resolusi tinggi seluas 4 kilometer persegi sehari dengan resolusi yang cukup tinggi untuk membedakan pohon-pohon di hutan.
Satelit tersebut dapat membantu menghentikan pembalakan liar di hutan dan mengelola tanaman. Masih belum ada informasi lebih lanjut apakah Tianyan-5 akan resmi menjadi satelit generasi berikutnya untuk ponsel.
(im)