Indonesia Kebut Riset 6G: BRIN Kembangkan Teknologi Sub-THz dan Cloud Cerdas

Wildan Nur Alif Kurniawan . November 30, 2025

Foto: 6G BRICKS

Teknologi.id – Indonesia tidak ingin tertinggal dalam perlombaan telekomunikasi global menuju generasi keenam (6G). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini menjadi garda terdepan, secara aktif mengembangkan dua pilar teknologi kunci yang digadang-gadang akan menjadi fondasi utama bagi sistem komunikasi ultra-cepat generasi mendatang: perangkat sub-terahertz (sub-THz) berbasis optikal dan arsitektur jaringan cloud cerdas.

Pengembangan ini merupakan respons terhadap prediksi eksplosif kebutuhan data. Peneliti Pusat Riset Telekomunikasi BRIN, Ken Paramayudha, menjelaskan bahwa teknologi telekomunikasi akan terus berevolusi hingga 6G, di mana kebutuhan akan kecepatan data diproyeksikan melonjak hingga seratus kali lebih cepat dibandingkan dengan generasi 5G. Lompatan kuantum ini menuntut inovasi radikal, terutama dalam pemanfaatan spektrum frekuensi baru dan kecerdasan jaringan.

Inovasi Spektrum Sub-Terahertz (Sub-THz)

Spektrum Sub-Terahertz (frekuensi di atas 100 GHz hingga 300 GHz) merupakan kandidat kuat untuk mewujudkan janji kecepatan ultra-tinggi 6G karena menawarkan lebar pita (bandwidth) yang masif. Namun, tantangan terbesarnya adalah membangun perangkat yang mampu menghasilkan sinyal pada frekuensi setinggi itu secara stabil dan efisien di lingkungan praktis.

Tim peneliti BRIN mengatasi tantangan ini dengan menggunakan pendekatan difference frequency generation (DFG). Pendekatan ini memanfaatkan material optik non-linear yang diintegrasikan secara presisi ke dalam rectangular waveguide. Inovasi ini memungkinkan perangkat untuk menghasilkan continuous wave signal secara stabil pada temperatur ruangan. Praktikalitas ini sangat krusial untuk implementasi industri di masa depan.

Dalam riset awal yang dilakukan, BRIN berhasil menunjukkan capaian signifikan: perangkat tersebut sukses memproduksi sinyal hingga frekuensi 100 GHz. Keberhasilan memproduksi sinyal pada frekuensi ini membuka peluang lebar untuk berbagai aplikasi ultra-cepat, antara lain:

  • High-speed optical-electrical conversion: Mengubah sinyal optik berkecepatan tinggi menjadi sinyal listrik.
  • Transmitter radio berbasis serat optik: Untuk pengiriman data dengan kecepatan masif melalui jaringan serat optik.
  • Komunikasi berkecepatan tinggi di lingkungan dengan kepadatan trafik data yang ekstrem.

Integrasi teknologi fotonik dan microwave melalui desain resonansi dan simulasi CST lebih lanjut meningkatkan efisiensi penguatan sinyal, memposisikan riset BRIN sejajar dengan tren global dalam eksplorasi spektrum THz untuk Beyond 5G.

Baca Juga: Cara Cek Rumah Masuk Jangkauan Internet Rakyat 100 Mbps Rp100 Ribu

Foto: BRIN

Jaringan Cloud Cerdas dan Deep Reinforcement Learning (DRL)

Komunikasi 6G tidak hanya menuntut kecepatan, tetapi juga kecerdasan dan fleksibilitas jaringan yang belum pernah ada. Pilar kedua riset BRIN berfokus pada arsitektur jaringan cloud cerdas yang akan menjadi tulang punggung sistem 6G.

Arief Indra Irawan, seorang PhD student yang terlibat dalam riset ini, menyoroti tantangan komunikasi cloud intelijen. Ia menekankan bahwa 6G akan menuntut konektivitas full-dimensional multi-access, yang mencakup integrasi tanpa batas antara komunikasi darat, udara (drone), dan satelit. Agar integrasi yang kompleks ini berjalan mulus, keputusan jaringan harus bersifat adaptif dan cerdas.

Teknologi kunci yang didorong dalam pengembangan jaringan ini adalah Deep Reinforcement Learning (DRL). DRL adalah algoritma Kecerdasan Buatan (AI) yang memungkinkan jaringan untuk melakukan optimasi jangka panjang berdasarkan lingkungan operasional dan kondisi trafik yang berubah secara real-time.

Pemanfaatan DRL akan memungkinkan jaringan 6G untuk:

  1. Penempatan Fungsi Layanan Otomatis: Secara cerdas menentukan lokasi fungsi layanan (seperti caching atau processing) demi efisiensi.
  2. Optimasi Jalur Komunikasi: Mengoptimalkan jalur komunikasi secara dinamis melintasi berbagai domain (darat, udara, satelit).
  3. Efisiensi dan Keamanan: Menjaga efisiensi pemrosesan data sambil memastikan keamanan data (privacy processing) dalam service function chaining (SFC).

Baca Juga: Elon Musk Gratiskan Internet Starlink untuk Korban Banjir Sumatera

Prospek Indonesia dalam Ekosistem Global 6G

Kombinasi antara riset perangkat keras sub-terahertz dan pengembangan arsitektur jaringan cloud cerdas merupakan langkah strategis bagi Indonesia. Alih-alih hanya menunggu dan menjadi konsumen ketika teknologi 6G matang di rentang tahun 2030-2035, BRIN berupaya memposisikan Indonesia sebagai negara yang turut berkontribusi dalam pengembangan teknologi intinya.

Inovasi material, integrasi fotonik-microwave, virtualisasi, dan kecerdasan jaringan (network intelligence) adalah empat pilar yang diyakini BRIN akan mendefinisikan masa depan telekomunikasi. Dengan dukungan riset yang berkelanjutan ini, Indonesia memperkuat fondasi riset dan inovasi nasional agar siap secara teknologi dan kebijakan saat dunia memasuki babak komunikasi ultra-cepat 6G.

Baca Juga: Satria-1 & Starlink Dikerahkan Pulihkan Komunikasi Banjir Aceh–Sumatera

Baca berita dan artikel lainnya di Google News

(WN/ZA)

Share :